Kewajiban Memuliakan Ilmu dan Ulama

0
8611

Allah Ta'ala Meninggikan Derajat Ulama, Jangan Kau Rendahkan

?Kewajiban Memuliakan Ilmu dan Ulama?

بسم الله الرحمن الرحيم

? Allah ta’ala berfirman,

يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ

? “Allah mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” [Al-Mujadilah: 11]

? Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata,

يرفع الله المؤمن العالم على المؤمن غير العالم ورفعة الدرجات تدل على الفضل إذ المراد به كثرة الثواب وبها ترتفع الدرجات ورفعتها تشمل المعنوية في الدنيا بعلو المنزلة وحسن الصيت والحسية في الآخرة بعلو المنزلة في الجنة

1) Allah mengangkat derajat seorang mukmin yang berilmu melebihi mukmin yang tidak berilmu.
2) Terangkatnya derajat menunjukkan keutamaan, yaitu banyaknya pahala yang dengan itu terangkatlah derajat.
3) Ketinggian derajat mencakup ‘maknawiyah’ di dunia, seperti kedudukan yang tinggi dan disebut dengan kebaikan, dan juga mencakup ‘hissiyah’ di akhirat yaitu kedudukan yang tinggi di surga.
[Fathul Baari, 1/141]

? Maka ayat yang mulia ini menunjukkan keutamaan ilmu agama dan keutamaan orang-orang yang memilikinya dan selalu berusaha mempelajarinya. Oleh karena itu Allah ta’ala tidaklah memerintahkan kepada Rasul-Nya shallallahu’alaihi wa sallam untuk meminta suatu tambahan selain ilmu.

? Allah ta’ala berfirman,

وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا

? “Dan katakanlah: Wahai Rabbku, tambahkanlah kepadaku ilmu.” [Thaha: 114]

? Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata,

واضح الدلالة في فضل العلم لأن الله تعالى لم يأمر نبيه صلى الله عليه و سلم بطلب الازدياد من شيء الا من العلم والمراد بالعلم العلم الشرعى الذي يفيد معرفة ما يجب على المكلف من أمر دينه في عباداته ومعاملاته والعلم بالله وصفاته وما يجب له من القيام بأمره وتنزيهه عن النقائص ومدار ذلك على التفسير والحديث والفقه

1) Ayat ini jelas menunjukkan keutamaan ilmu, karena Allah ta’ala tidak memerintahkan Nabi-Nya shallallahu’alaihi wa sallam untuk meminta suatu tambahan kecuali ilmu.
2) Ilmu yang dimaksudkan di sini adalah ilmu syar’i (ilmu agama) yang dengan itulah kita mengenal kewajiban atas seorang hamba dalam ibadah maupun mu’amalat, juga ilmu tentang Allah dan sifat-sifat-Nya, dan kewajiban untuk menjalankan perintah-Nya serta menyucikan-Nya dari berbagai kekurangan.
3) Ilmu ini beredar pada tafsir, hadits dan fiqh.
[Fathul Baari, 1/141]

?#Beberapa_Pelajaran:

1) Kewajiban dan keutamaan menuntut ilmu agama.

2) Hendaklah selalu bersemangat dalam menuntut ilmu agama dan senentiasa berdoa meminta tambahan ilmu kepada Allah ta’ala.

3) Manusia hanya bisa berusaha dan yang menganugerahkan hasilnya adalah Allah ta’ala, tidak terkecuali ilmu, oleh karena itu diantara bekal terbaik dalam menuntut ilmu adalah ketakwaan.

4) Kemuliaan para ulama dan penuntut ilmu agama, maka wajib bagi setiap muslim dan muslimah untuk memuliakan dan menghormati mereka serta mendoakan kebaikan untuk mereka.

5) Merendahkan para ulama dan penuntut ilmu termasuk dosa besar, karena Allah ta’ala telah memuliakan mereka, maka tidaklah patut merendahkan mereka. Oleh karena itu, betapa pun kita tidak setuju dengan pendapat seorang ulama karena kita lebih memilih pendapat ulama yang lain, namun tidak dibenarkan bagi kita untuk menjatuhkan kehormatan seorang ulama, meski kita tidak mengikuti pendapatnya dalam masalah yang diperbolehkan padanya perbedaan pendapat antara para ulama, karena merendahkan ulama sangat berbahaya dan termasuk ciri ahlul bid’ah yang paling jelas.

➡ Al-Imam Abu ‘Utsman Ash-Shabuni rahimahullah berkata,

علامات البدع على أهلها بادية ظاهرة، وأظهر آياتهم وعلاماتهم: شدة معاداتهم لحملة أخبار النبي صلى الله عليه وسلم واحتقارهم واستخفافهم بهم

⛔ “Tanda-tanda ahlul bid’ah nampak jelas pada orang-orangnya, dan tanda mereka yang paling jelas adalah, kerasnya permusuhan, perendahan dan peremehan mereka terhadap para ulama pembawa hadits-hadits Nabi shallallahu’alaihi wa sallam.” [‘Aqidatus Salaf Ashhaabil Hadits: 101]

➡ Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan hafizhahullah berkata,

وأننا نسمع في زماننا هذا من يتكلم في أعراض العلماء ويتهمهم بالغباوة والجهل وعدم إدراك الأمور وعدم فقه الواقع كما يقولون وهذا أمر خطير

⛔ “Sering kita mendengar di zaman sekarang ini, orang yang menjelek-jelekan ulama dan menuduh mereka sebagai orang dungu, jahil, tidak mengerti permasalahan dan tidak tahu fakta di lapangan (fiqh waqi’), tuduhan ini adalah hal yang sangat berbahaya.” [Muhadhoroh Aqidah wa Da’wah, 2/183]

➡ Asy-Syaikh Shalih bin Abdul ‘Aziz Aalusy Syaikh hafizhahullah berkata,

فإذا غلط أحدهم في مسألة أو في مسألتين أو إجتهد فأخطأ، فإنهم لا يتبعونه فيما أخطأ فيه، لكنهم لا يذمونه لأنهم يعلمون أنه مجتهد، وأن العلماء هم ورثة الأنبياء. فمن منهجهم سلامة ألسنتهم من الوقيعة في أهل العلم، لأن العلماء هم ورثة الأنبياء وهم الذين يدلون الناس على الشريعة

⛔ “Apabila salah seorang ulama keliru dalam satu atau dua masalah, atau ia berijtihad dan salah maka Ahlus Sunnah tidak mengikuti kesalahan mereka namun juga tidak mencela mereka, karena Ahlus Sunnah menyadari bahwa ia seorang mujtahid, dan para ulama adalah pewaris para nabi. Maka termasuk manhaj Ahlus Sunnah adalah selamatnya lisan-lisan mereka dari menjelek-jelekkan para ulama, karena ulama adalah pewaris para nabi dan merekalah yang menunjuki umat kepada syari’at agama ini.” [Ad-Durusul ‘Ilmiyyah Al-’Aammah fil ‘Ilmi wad Da’wah wat Tarbiyah, 2/487]

6) Ilmu yang paling wajib untuk dipelajari dan paling tinggi kedudukannya adalah ilmu agama.

7) Mempelajari ilmu dunia dan lebih mementingkannya, dan tidak mempedulikan ilmu agama sangat tercela.

8) Mempelajari ilmu agama termasuk sebesar-besarnya ibadah yang mendekatkan diri kepada Allah ta’ala dan meraih pahala yang besar.

9) Kaum mukminin bertingkat-tingkat derajat mereka di dunia maupun di akhirat, sesuai dengan kadar ilmu dan amal.

10) Tidak ada jalan untuk meraih kebahagian di dunia dan akhirat kecuali dengan menuntut ilmu agama, mengamalkannya dan mengajarkannya.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم

?www.fb.com/sofyanruray.info

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini