Metode Mengkritik dan Mengoreksi Kesalahan Ulama dan Da’i Ahlus Sunnah

0
1926

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Asy-Syaikh Al-‘Allamah Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz rahimahullah berkata,

 : الحمد لله رب العالمين , والصلاة والسلام على نبينا محمد النبي الأمين , وعلى آله وصحبه ومن اتبع سنته إلى يوم الدين أما بعد

Sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla memerintahkan untuk berbuat adil dan melakukan perbaikan, melarang kezaliman, sikap melampaui batas dan permusuhan. Dan sungguh Allah ta’ala telah mengutus Nabi-Nya Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam dengan membawa ajaran yang juga dibawa oleh seluruh rasul, yaitu dakwah kepada tauhid dan mengikhlaskan ibadah hanya bagi Allah ta’ala semata. Dan Allah ta’ala memerintahkan kepada beliau untuk menegakkan keadilan dan melarang kezaliman, yaitu melarang peribadahan kepada selain Allah ta’ala, perpecahan, perselisihan dan pelanggaran terhadap hak-hak para hamba.

Dan sungguh telah tersebar di zaman ini, banyak sekali orang yang menisbatkan diri kepada ilmu dan dakwah kepada kebaikan, yang mereka itu merendahkan kehormatan saudara-saudara mereka para da’i yang sudah masyhur. Mereka berbicara menjatuhkan kehormatan para penuntut ilmu, du’at dan para penceramah. Mereka lakukan itu secara rahasia di majelis-majelis mereka. Dan terkadang mereka merekamnya di kaset-kaset lalu disebarkan di tengah-tengah manusia. Dan bisa jadi pula mereka lakukan hal itu secara terang-terangan pada ceramah terbuka di masjid-masjid.

Metode ini menyelisihi perintah Allah dan Rasul-Nya dari banyak sisi:

Pertama: Hal itu adalah tindakan melampaui batas terhadap hak-haknya kaum muslimin, bahkan orang-orang khusus di antara mereka, yaitu para penuntut ilmu dan para da’i yang telah mengerahkan segenap potensi mereka untuk mengarahkan dan membimbing manusia serta memperbaiki aqidah dan manhaj mereka. Dan juga telah berusaha mengatur pelajaran-pelajaran, ceramah-ceramah dan menulis buku-buku yang bermanfaat.

Kedua: Perbuatan tersebut memecah belah persatuan kaum muslimin dan mengoyak barisan mereka. Padahal, para penuntut ilmu dan da’i itu sendiri lebih butuh kepada persatuan dan jauh dari perselisihan, perpecahan dan banyaknya desas desus di antara mereka. Secara khusus, bahwa para da’i yang direndahkan tersebut adalah dari kalangan Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang sudah dikenal dalam memerangi bid’ah dan khurafat, melawan para da’i yang mengajak kepada kesesatan, menyingkap borok-borok dan tipu daya mereka. Maka kami tidak melihat kemaslahatan dalam perbuatan ini kecuali bagi musuh dari kalangan orang-orang kafir, munafiq dan sesat yang selalu menunggu-nunggu hal ini terjadi.

Ketiga: Perbuatan tersebut merupakan bentuk kerja sama dan pertolongan terhadap orang-orang yang ingin menghancurkan Islam, yaitu kaum sekuler, pengekor Barat dan selain mereka dari kalangan orang-orang sesat yang telah dikenal dalam menjatuhkan para da’i dan berbuat kedustaan serta memusuhi para da’i dalam tulisan maupun rekaman mereka. Maka tidaklah orang-orang yang terburu-buru tersebut menunaikan hak ukhuwah Islamiyah jika mereka menolong musuh-musuh mereka untuk memerangi saudara-saudara mereka sendiri dari kalangan penuntut ilmu, para da’i dan selain mereka.

Keempat: Sesungguhnya perbuatan tersebut akan merusak hati orang-orang umum maupun khusus, menebarkan dan menyiarkan kedustaan dan kebatilan, dan menjadi sebab semakin banyaknya ghibah dan namimah, serta membuka pintu-pintu keburukan atas orang-orang yang lemah jiwanya, yang selalu menyebarkan syubhat-syubhat, mengobarkan fitnah dan berkeinginan besar untuk menyakiti kaum muslimin dengan sesuatu yang tidak mereka lakukan.

Kelima: Bahwa banyak ucapan yang dikatakan tersebut adalah sesuatu yang tidak memiliki hakikat (tidak sesuai fakta), melainkan sekedar persangkaan yang mana setan telah menghiasi dan menipu mereka sehingga keburukan nampak baik dalam pandangan mereka. Dan Allah ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain.” [Al-Hujurat: 12]

Dan seorang mukmin sepatutnya membawa ucapan saudara muslimnya kepada makna yang paling baik. Berkata sebagian Salaf,

لا تظن بكلمة خرجت من أخيك سوء وأنت تجد لها في الخير محملا

“Janganlah engkau berprasangka buruk terhadap satu kalimat yang keluar dari saudaramu, sedang engkau mendapati kemungkinan makna yang baik baginya.”

Keenam: Apa yang terdapat pada ijtihad sebagian ulama dan penuntut ilmu dalam perkara yang dibolehkan padanya ijtihad, maka seorang yang berijtihad tidaklah dihukum dan dicela apabila dia memang layak berijtihad. Jika dia menyelisihi selainnya dalam ijtihad, sepatutnya dia didebat dengan cara yang terbaik, dengan keinginan besar agar dia mencapai kebenaran dari jalan yang paling dekat dan menolak was-was dan pemecahbelahan yang dilakukan setan di antara manusia.

Jika cara terbaik itu tidak memungkinkan, dan seseorang melihat bahwa dia harus menerangkan adanya penyimpangan maka hendaklah dengan ungkapan yang paling baik dan isyarat yang paling halus. Tanpa menyerang, atau melukai, atau berbuat zalim dalam ucapan yang justru dapat membawa kepada penolakan terhadap al-haq atau berpaling darinya. Dan juga tanpa disertai serangan terhadap pribadi, menuduh niat atau menambah ucapan yang tidak patut. Dan Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda dalam perkara yang semisal ini,

مَا بَالُ أَقْوَامٍ قَالُوْا كَذَا وَكَذَ

“Mengapakah orang-orang tersebut mengucapkan ini dan itu.” [HR. Muslim]

(Yakni Nabi shallallahu’alaihi wa sallam menyebutkan kesalahan mereka tanpa menyebutkan nama mereka secara terang-terangan, pen).

Maka yang aku nasihatkan kepada Ikhwan yang telah menodai kehormatan para da’i dan melukai mereka hendaklah bertaubat kepada Allah ta’ala dari apa yang mereka tulis dengan tangan-tangan mereka, atau yang diucapkan oleh lisan-lisan mereka yang telah menyebabkan rusaknya hati sebagian pemuda dan membakar mereka dengan kedengkian dan kebencian, menyibukkan mereka dari menuntut ilmu yang bermanfaat dan dakwah kepada Allah ta’ala, dengan desas desus dan pembicaraan tentang fulan dan fulan, mencari-cari dan memburu apa yang mereka anggap salah, hingga berlebih-lebihan dalam hal itu.

Sebagaimana aku nasihatkan kepada mereka untuk meralat apa yang telah mereka lakukan dengan suatu tulisan atau selainnya yang dapat melepaskan mereka dari perbuatan seperti ini dan berusaha menghilangkan pengaruh buruk yang ada dalam benak orang-orang yang mendengarkan ucapan mereka. Dan hendaklah mereka bersegera melakukan amalan-amalan yang dapat menghasilkan pendekatan diri kepada Allah ta’ala dan bermanfaat bagi para hamba. Juga hendaklah mereka berhati-hati dari sikap tergesa-gesa dalam memutlakkan pengkafiran, pengfasikan dan pembid’ahan kepada selain mereka tanpa ada bukti dan dalil. Dan Nabi shallallahu’alaihi wa sallam telah mengingatkan,

مَنْ قَالَ لِأَخِيْهِ: يَا كَافِرُ فَقَدْ بَاءَ بِهَا أَحَدُهُمَا

“Barangsiapa yang berkata kepada saudaranya wahai kafir, maka ucapan tersebut pasti kembali kepada salah satu dari keduanya.” [Muttafaqun ‘alaihi]

Dan yang disyari’atkan bagi para da’i dan penuntut ilmu, apabila ada perkara rumit dalam ucapan orang-orang yang berilmu atau selain mereka, maka hendaklah dia merujuk kepada para ulama yang mu’tabar dan bertanya kepada mereka agar mendapatkan keterangan yang jelas dan sampai kepada hakikatnya serta menghilangkan keraguan dan syubhat, sebagai pengamalan terhadap firman Allah ta’ala,

وَإِذَا جَاءَهُمْ أَمْرٌ مِنَ الْأَمْنِ أَوِ الْخَوْفِ أَذَاعُوا بِهِ وَلَوْ رَدُّوهُ إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَى أُولِي الْأَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِينَ يَسْتَنْبِطُونَهُ مِنْهُمْ وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ لَاتَّبَعْتُمُ الشَّيْطَانَ إِلَّا قَلِيلًا

“Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan atau pun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Andaikan mereka menyerahkan urusannya kepada Rasul dan Ulil Amri (pemegang urusan dari kalangan umaro dan orang-orang berilmu) di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil Amri). Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikuti setan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu).” [An-Nisa’: 83]

Dan kepada Allah jualah kita memohon untuk memperbaiki keadaan kaum muslimin seluruhnya dan menyatukan hati serta amalan mereka di atas ketakwaan, memberikan taufiq kepada seluruh ulama kaum muslimin dan seluruh da’i yang mengajak kepada kebenaran untuk melakukan amalan yang Dia ridhoi dan bermanfaat bagi hamba-hamba-Nya, menyatukan kalimat mereka di atas hidayah, melindungi mereka dari sebab-sebab perpecahan dan perselisihan, menolong kebenaran dan menghinakan kebatilan dengan mereka, sesungguhnya Dia adalah Penolong dalam hal itu dan Maha Mampu melakukannya.

وصلى الله وسلم على نبينا محمد وآله وصحبه, ومن اهتدى بهداه إلى يوم الدين

[Majmu’ Fatawa Asy-Syaikh Ibni Baz rahimahullah, 7/311-314]

GABUNG TELEGRAM DAN GROUP WA TA’AWUN DAKWAH & BIMBINGAN ISLAM

Channel Telegram:
taawundakwah
kajian_assunnah
kitab_tauhid
videokitabtauhid
kaidahtauhid
akhlak_muslim

Gabung WAG Ketik: Daftar
Kirim ke 628111833375
Atau 628111377787

Medsos dan Website:
Facebook
Instagram
Website

#Yuk_share agar menjadi amalan yang terus mengalir insya Allah. Rasulullah shallallaahu’alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ

“Barangsiapa menunjukkan satu kebaikan maka ia akan mendapatkan pahala seperti orang yang mengamalkannya.” [HR. Muslim dari Abu Mas’ud Al-Anshori radhiyallaahu’anhu]

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini