Menolong Seorang Muslim adalah Amal Shalih yang Sangat Agung

1
6279

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا، نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ، يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا، سَتَرَهُ اللهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَاللهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ، وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا، سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ، وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللهِ، يَتْلُونَ كِتَابَ اللهِ، وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ، إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمِ السَّكِينَةُ، وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ، وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ، وَمَنْ بَطَّأَ بِهِ عَمَلُهُ، لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ

“Barangsiapa melepaskan satu kesusahan dunia dari seorang mukmin, Allah akan melepaskan darinya satu kesusahan di hari kiamat. Barangsiapa memudahkan orang yang kesulitan, Allah akan memudahkannya di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutupi aib seorang muslim, Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat, dan Allah akan senantiasa menolong seorang hamba, selama hamba tersebut menolong saudaranya.

Dan barangsiapa menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu agama, Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga dengan ilmu tersebut, dan tidaklah ada satu kaum yang berkumpul di rumah Allah; membaca kitab Allah dan saling mengajarkannya di antara mereka, kecuali akan turun kepada mereka ketenangan, dicurahkan kepada mereka rahmat, malaikat meliputi mereka dan Allah menyebut mereka di hadapan malaikat yang ada di sisi-Nya.

Barangsiapa yang lambat amalannya, tidak akan dipercepat oleh nasabnya.” [HR. Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu]

BEBERAPA PELAJARAN ‬

1. Hadits yang mulia ini menjelaskan keutamaan-keutamaan besar yang akan diraih seorang hamba apabila ia selalu menolong saudara-saudaranya kaum mukminin, yaitu ia akan meraih pertolongan Allah jalla wa ‘ala di dunia dan akhirat.

Dan sungguh seorang hamba sangat membutuhkan pertolongan Allah ta’ala, tidak mungkin seorang hamba meraih kebaikan apa pun tanpa pertolongan-Nya, apakah kebaikan di dunia terlebih di akhirat kelak, di hari yang tidak ada perlindungan kecuali perlindungan-Nya, di hari ketika harta benda dan jabatan tiada lagi bermanfaat kecuali amal-amal shalih.

Sahabat yang Mulia Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu berkata,

يُحْشَرُ النَّاسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْرَى مَا كَانُوا قَطُّ، وَأَجْوَعُ مَا كَانُوا قَطُّ، وَأَظْمَأُ مَا كَانُوا قَطُّ، وَأَنْصَبُ مَا كَانُوا قَطُّ، فَمَنْ كَسَا لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ كَسَاهُ اللَّهُ، وَمَنْ أَطْعَمَ لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ أَطْعَمَهُ اللَّهُ، وَمَنْ سَقَى لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ سَقَاهُ اللَّهُ، وَمَنْ عَفَا لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ أَعْفَاهُ اللَّهُ.

“Manusia akan dikumpulkan di hari kiamat dalam keadaan sangat membutuhkan pakaian, sangat kelaparan, sangat kehausan dan sangat kepayahan melebihi yang pernah mereka rasakan (di dunia), maka siapa yang (ketika di dunia) pernah memberi pakaian karena Allah ‘azza wa jalla, Allah akan memakaikan pakaian kepadanya, siapa yang pernah memberi makan karena Allah ‘azza wa jalla, Allah akan memberi makan kepadanya, siapa yang pernah memberi minum karena Allah ‘azza wa jalla, Allah akan memberi minum kepadanya, siapa yang pernah memaafkan karena Allah ‘azza wa jalla, Allah akan menjadikan manusia memaafkan kezalimannya.” [Jaami’ul ‘Uluumi wal Hikam, 2/287]

2. Menolong seorang mukmin dan menghilangkan kesusahannya adalah amalan yang dicintai Allah tabaraka wa ta’ala, menunjukkan bahwa itu termasuk amal shalih yang sangat agung, yang menyebabkan kecintaan Allah subhanahu wa ta’ala kepada orang yang mengamalkannya.

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى سُرُورٌ تُدْخِلُهُ عَلَى مُسْلِمٍ, أَوْ تَكَشِفُ عَنْهُ كُرْبَةً, أَوْ تَطْرُدُ عَنْهُ جُوعًا, أَوْ تَقْضِي عَنْهُ دَيْنًا

“Amalan yang paling dicintai Allah ta’ala adalah engkau menyenangkan seorang muslim, atau engkau mengatasi kesulitannya, atau engkau menghilangkan laparnya, atau engkau membayarkan hutangnya.” [HR. Abusy Syaikh dalam Ats-Tsawaab dari Ibnu Umar radhiyallahu’anhuma, Shahihut Targhib: 955]

Menghilangkan kesusahan seekor anjing saja, menjadi sebab seorang pelacur diberi hidayah untuk bertaubat kemudian mendapat ampunan Allah ta’ala, terlebih lagi menghilangkan kesusahan seorang mukmin.

Dan apabila menghilangkan kesusahan seorang mukmin di dunia keutamaannya sangat besar, maka menghilangkan kesusahannya di akhirat tentu lebih besar lagi, yaitu dengan mengajarkan tauhid dan sunnah kepadanya, serta melarangnya dari melakukan syirik dan bid’ah.

Asy-Syaikh Al-‘Allamah Prof. Dr. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan hafizhahullah pernah berkata dalam salah satu ceramah beliau,

إذا كان الله غفر للمراة البغي لما سقت الكلب الماء وهو يلهث وفي أمس الحاجة إليه فكيف بمن يسقي الناس التوحيد وهم في أمس الحاجة إليه

“Jika Allah mengampuni seorang wanita pelacur karena ia memberi minum seekor anjing yang kehausan dan sangat butuh minum, bagaimana dengan orang yang memberi minum (mengajarkan) tauhid kepada manusia dalam keadaan mereka sangat membutuhkannya.”

3. Kewajiban menjaga dan menguatkan persaudaraan antara kaum mukminin dengan saling memperhatikan dan tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaan.

Allah ta’ala berfirman,

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.” [Al-Hujurat: 10]

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ المُؤْمِنَ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا

“Seorang mukmin dengan mukmin yang lain bagaikan sebuah bangunan, satu dengan yang lainnya saling menguatkan.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu’anhu]

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam juga bersabda,

مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِى تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى

“Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mencintai, menyayangi dan berlemah lembut di antara mereka bagaikan satu tubuh, apabila ada satu anggota tubuh yang sakit maka seluruh tubuh akan ikut merasa sakit hingga tidak bisa tidur dan merasa demam.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari An-Nu’man bin Basyir radhiyallahu’anhu]

4. Hadits yang mulia ini juga menerangkan keutamaan ilmu dan penuntut ilmu, serta hubungannya yang sangat erat antara ilmu dengan iman dan kasih sayang terhadap kaum mukminin.

Bahwa menuntut ilmu agama, yaitu ilmu tentang Allah ta’ala, nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya dan syari’at-Nya, akan mengokohkan keimanan dalam diri seorang hamba, kemudian melahirkan amal shalih, kemudian dengan iman dan amal shalih, seorang hamba akan meraih rahmat Allah subhanahu wa ta’ala, sehingga ia selamat dari azab neraka dan masuk surga.

Dan apabila menguat keimanan dalam diri seseorang, menguat pula kecintaannya kepada kaum mukminin.

Asy-Syaikh Prof. Dr. Abdur Rozzaq bin Abdul Muhsin Al-Badr hafizhahumallah berkata,

كلَّما قوي إيمان الشَّخص قويت رحمته بإخوانه فقوَّتها في العبد من قوة إيمانه، وضعفها من ضعف إيمانه، وهـذا ظاهر في قوله عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ: «مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ»، وذلك أنَّ إلـاهنا المقصود المعبود رحيم يحب الرحماء ودِيننا دين الرَّحمة، ونبيّنا نبيّ الرّحمة، وكتابنا القران كتاب الرحمة، والله نعت عباده المؤمنين فيه بقوله: {رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ}.

“Setiap kali menguat iman seseorang, menguat pula kasih sayangnya terhadap saudara-saudaranya seagama, karena kuatnya sifat kasih sayang berasal dari kekuatan imannya dan lemahnya sifat tersebut berasal dari kelemahan imannya. Ini jelas dalam sabda Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam,

مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ

“Perumpamaan kaum mukminin dalam hal saling mencintai, menyayangi dan berlemah lembut bagaikan satu tubuh.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari An-Nu’man bin Basyir radhiyallahu’anhuma)

Demikian itu karena Allah yang kita sembah adalah yang Maha Penyayang; mencintai orang-orang yang penyayang, agama kita adalah agama kasih sayang, Nabi kita seorang yang penyayang, kitab kita Al-Qur’an adalah kitab kasih sayang, dan Allah mensifatkan hamba-hamba-Nya yang beriman dalam kitab-Nya dengan firman-Nya,

رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ

“Mereka (orang-orang yang beriman) saling berkasih sayang di antara mereka.” (Al-Fath: 29).” [Fawaaid Mukhtashoroh min Mauqi’ Asy-Syaikh Abdur Rozzaq bin Abdul Muhsin Al-Badr hafizhahullah]

5. Peringatan untuk tidak tertipu dengan kemuliaan nasab dan kehebatan nenek moyang, karena yang meninggikan derajat seseorang adalah amal-amal shalihnya sendiri, bukan karena nasab dan keturunan.

Al-Hafiz Ibnu Rajab rahimahullah berkata,

قَوْلُهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «وَمَنْ بَطَّأَ بِهِ عَمَلُهُ، لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ» : مَعْنَاهُ أَنَّ الْعَمَلَ هُوَ الَّذِي يَبْلُغُ بِالْعَبْدِ دَرَجَاتِ الْآخِرَةِ، كَمَا قَالَ تَعَالَى: {وَلِكُلٍّ دَرَجَاتٌ مِمَّا عَمِلُوا}، فَمَنْ أَبْطَأَ بِهِ عَمَلُهُ أَنْ يُبْلَغَ بِهِ الْمَنَازِلَ الْعَالِيَةَ عِنْدَ اللَّهِ تَعَالَى، لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ، فَيُبَلِّغَهُ تِلْكَ الدَّرَجَاتِ، فَإِنَّ اللَّهَ تَعَالَى رَتَّبَ الْجَزَاءَ عَلَى الْأَعْمَالِ، لَا عَلَى الْأَنْسَابِ، كَمَا قَالَ تَعَالَى: {فَإِذَا نُفِخَ فِي الصُّورِ فَلَا أَنْسَابَ بَيْنَهُمْ يَوْمَئِذٍ وَلَا يَتَسَاءَلُونَ}

“Sabda Nabi shallallahu’alaihi wa sallam, “Barangsiapa yang lambat amalannya, tidak akan dipercepat oleh nasabnya”, maknanya adalah, amalanlah yang dapat mengantarkan seseorang meraih ketinggian derajat di akhirat, sebagaimana firman Allah ta’ala,

وَلِكُلٍّ دَرَجَاتٌ مِمَّا عَمِلُوا

“Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat (sesuai) dengan apa yang dikerjakannya.” (Al-An’am: 132)

Maka siapa yang lambat dalam beramal untuk meraih kedudukan yang tinggi di sisi Allah ta’ala, tidak akan dipercepat oleh nasabnya untuk sampai kepada kedudukan tersebut, karena Allah ta’ala menetapkan adanya balasan karena amalan, bukan karena nasab, sebagaimana firman-Nya,

فَإِذَا نُفِخَ فِي الصُّورِ فَلَا أَنْسَابَ بَيْنَهُمْ يَوْمَئِذٍ وَلَا يَتَسَاءَلُونَ

“Apabila sangkakala ditiup maka tidaklah ada lagi pertalian nasab di antara mereka pada hari itu, dan tidak ada pula mereka saling bertanya.” (Al-Mukminun: 101).” [Jaami’ul ‘Uluumi wal Hikam, 2/308]

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم

═══ ❁✿❁ ════

GABUNG TELEGRAM DAN GROUP WA TA’AWUN DAKWAH & BIMBINGAN ISLAM

Channel Telegram:
https://t.me/taawundakwah
https://t.me/kajian_assunnah
https://t.me/kitab_tauhid
https://t.me/videokitabtauhid
https://t.me/kaidahtauhid
https://t.me/akhlak_muslim

Gabung WAG Ketik: Daftar
Kirim ke wa.me/628111833375
Atau wa.me/628111377787

Medsos dan Website:
Facebook: https://www.facebook.com/taawundakwah
Instagram: https://www.instagram.com/taawundakwah
Website: https://taawundakwah.com

#Yuk_share agar menjadi amalan yang terus mengalir insya Allah. Rasulullah shallallaahu’alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ

“Barangsiapa menunjukkan satu kebaikan maka ia akan mendapatkan pahala seperti orang yang mengamalkannya.” [HR. Muslim dari Abu Mas’ud Al-Anshori radhiyallaahu’anhu]

1 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini