بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
إنَّ الحَمْدَ لله، نَحْمَدُه، ونستعينُه، ونستغفرُهُ، ونعوذُ به مِن شُرُورِ أنفُسِنَا، وَمِنْ سيئاتِ أعْمَالِنا، مَنْ يَهْدِه اللَّهُ فَلا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ، فَلا هَادِي لَهُ
وأَشْهَدُ أنْ لَا إلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه
Syukur kepada Allah ta’ala atas nikmat Allah yang mengumpulkan kita di negeri yang kami cintai ini, yaitu negeri Indonesia, negeri kaum muslimin, dan kami sudah mengetahui negeri ini sejak puluhan tahun yang lalu melalui kawan-kawan yang belajar bersama kami di Universitas Islam Madinah yang berasal dari Indonesia, mereka sangat berakhlak mulia. Terima kasih kepada panitia, pengurus masjid Al-Muhajirin wal Anshor Depok dan pengurus MUI.
Urgensi Pembahasan
➡Sebagai bantahan terhadap orang-orang yang menuduh bahwa Islam adalah agama teroris, dan ini bukan hal yang aneh, dahulu Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu’anha, Ash-Shiddiqoh bintu Ash-Shiddiq dituduh dengan tuduhan keji, dan Allah ta’ala membela beliau dari langit yang ketujuh. Tujuan mereka tidak lain untuk menjauhkan manusia dari agama Allah ta’ala.
➡Sangat disayangkan, sebagian anak muda kaum muslimin telah terpengaruh dengan propaganda-propaganda tersebut, maka perlu diluruskan.
Padahal orang-orang Barat yang suka melemparkan tuduhan ini, dahulu mereka mengambil ilmu dan adab dari kaum muslimin, karena agama mereka tidak bisa memberikan solusi, maka kini mereka membuang agama, di Inggris gereja-gereja di jual, di Perancis gereja terbesar hanya dibuka pada hari Ahad, dan banyak gereja sudah tidak dibuka lagi sejak empat puluh tahun yang lalu. Mereka juga memberi kebebasan terhadap muda mudi mereka, hingga rusaklah generasi muda mereka.
Keutamaan dan Keindahan Islam
Pertama: Islam terjaga ajarannya sebagaimana diwahyukan kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam pertama kali sampai hari kiamat, karena risalah beliau untuk seluruh makhluk sampai hari kiamat. Allah ta’ala berfirman,
قُلْ يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا
“Katakanlah: Wahai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua.” [Al-A’rof: 158]
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
وَكَانَ النَّبِيُّ يُبْعَثُ إِلَى قَوْمِهِ خَاصَّةً وَبُعِثْتُ إِلَى النَّاسِ عَامَّةً
“Dan dahulu seorang nabi diutus untuk kaumnya secara khusus, sedang aku diutus kepada seluruh manusia.” [Muttafaqun’alaih dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu’anhuma]
Maka agama ini akan tetap eksis sampai hari kiamat seperti diturunkan pertama kali, sebagaimana firman Allah ta’ala,
إِنَّا نَحْنُ نزلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” [Al-Hijr: 9]
Adapun agama lainnya dan syari’at lainnya yang pernah Allah turunkan tidak diberi jaminan oleh Allah dari penyelewengan dan perubahan-perubahan, bahkan yang melakukannya adalah tokoh-tokoh agamanya, yaitu ulamanya dan ahli-ahli ibadahnya, umat-umat mereka pun mengikuti kesesatan-kesesatan mereka, sebagaimana firman Allah ta’ala,
اتخذُواْ أَحْبَـارَهُمْ وَرُهْبَـانَهُمْ أَرْبَاباً مّن دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُواْ إِلاَّ لِيَعْبُدُواْ إِلَـهاً واحِداً لاَّ إله إِلاَّ هُوَ سُبْحَـانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ
“Mereka menjadikan ulama dan ahli ibadah mereka sebagai tuhan selain Allah, dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putra Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” [At-Taubah: 31]
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
أما إنهم لم يكونوا يعبدونهم، ولكنهم كانوا إذا أحلوا لهم شيئاً استحلوه، وإذا حرموا عليهم شيئاً حرموه
“Sesungguhnya orang-orang Yahudi dan Nasrani tidaklah beribadah kepada mereka (ulama dan ahli ibadah), akan tetapi mereka menaaati ulama dan ahli ibadah mereka dalam menghalalkan apa yang Allah haramkan dan mengharamkan apa yang Allah halalkan (maka itulah yang dimaksud beribadah kepada mereka).” [HR. At-Tirmidzi dari Adi bin Hatim radhiyallahu’anhu, Ash-Shahihah: 3293]
Bagaimana Allah Menjaga Kitab-Nya dan Sunnah Rasul-Nya?
1) Allah menjadikan para sahabat menghapal dan menulisnya;
➡Sejak ayat pertama turun telah memotivasi mereka untuk menulis, maka para sahabat pun belajar di Darul Arqom ketika di Makkah.
➡Ketika di Madinah, tidak kurang dari 70 orang ahlus shuffah yang selalu menyertai Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam untuk mempelajari ilmu, diantara mereka adalah Sahabat yang Mulia Abu Hurairah radhiyallahu’anhu.
➡Para sahabat yang tidak termasuk ahlus suffah saling bergantian mendatangi majelis ilmu dan mengajarkan kembali kepada yang tidak hadir, sebagaimana yang dilakukan Umar bin Khattab radhiyallahu’anhu dengan tetangga beliau, seorang sahabat Anshar.
➡Para sahabat menghapal seluruh yang mereka dengar dan saksikan pada diri Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam.
➡Para sahabat sangat bersemangat dalam meneladani Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam, sampai-sampai ketika beliau melepaskan sandal ketika sedang sholat karena malaikat Jibril mengabarkan kepada beliau bahwa di sandal beliau terdapat najis, para sahabat pun mengikuti apa yang beliau lakukan tersebut, maka setelah sholat beliau menjelaskan kepada mereka.
➡Hikmah Allah ta’ala mengizinkan kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam memiliki 9 istri hingga mereka menghikayatkan kepada kita petunjuk-petunjuk beliau ketika di rumah, sampai adab-adab beliau ketika di dalam kamar mandi.
➡Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam memotivasi mereka untuk menghapal hadits,
نَضَّرَ اللَّهُ امْرَأً سَمِعَ مِنَّا حَدِيثًا، فَحَفِظَهُ حَتَّى يُبَلِّغَهُ، فَرُبَّ حَامِلِ فِقْهٍ إِلَى مَنْ هُوَ أَفْقَهُ مِنْهُ، وَرُبَّ حَامِلِ فِقْهٍ لَيْسَ بِفَقِيهٍ
“Semoga Allah menjadikan berseri-seri wajahnya orang yang mendengar dariku sebuah hadits, lalu ia menghapalnya sampai kemudian ia menyampaikannya, maka bisa jadi seseorang yang membawa sebuah fiqh menyampaikan kepada orang yang lebih paham (faqih) darinya, dan bisa jadi orang yang membawa sebuah fiqh bukanlah seorang yang faqih.” [HR. Abu Daud dan At-Tirmidzi dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu]
➡Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam juga bersabda,
بَلِّغُوا عَنِّي وَلَوْ آيَةً
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat.” [HR. Al-Bukhari dari Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu’anhuma]
2) Kemudian masuk masa tabi’in, mereka pun bersemangat dalam mempelajari hadits-hadits Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam dan melakukan perjalanan-perjalanan jauh untuk menuntut ilmu agama, dan para ulama berikutnya sampai hari ini, sangat memperhatikan ilmu sanad, ilmu yang tidak dimiliki oleh umat mana pun selain Islam, dengan ilmu inilah Allah ta’ala menjaga Islam.
Kedua: Islam adalah agama yang sempurna dan mencakup semua perkara, tidak ada kekurangan sedikit pun. Allah ta’ala berfirman,
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ
“Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu.” [Al-Maidah: 3]
➡Islam mengajarkan aqidah (keyakinan yang benar).
➡Islam mengajarkan adab bertetangga dan mu’amalah yang baik.
➡Islam mengajarkan saling tolong menolong.
➡Islam mengajarkan tidak boleh merusak tanaman dan tumbuh-tumbuhan tanpa sebab.
➡Tidak boleh menyakiti binatang, sampai Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam mengabarkan tentang seorang wanita pezina masuk surga karena memberi minum seekor anjing, sebaliknya seorang wanita masuk neraka karena mengurung seekor kucing dan tidak diberi makan.
➡Islam mengajarkan jual beli yang jujur, tidak boleh berlaku curang.
➡Maka setiap hal yang kecil maupun besar dijelaskan dalam Islam. Inilah yang membuat orang-orang Yahudi dengki kepada kaum muslimin, sampai mereka berkata kepada Sahabat yang Mulia Salman Al-Farisi radhiyallahu’anhu,
قَدْ عَلَّمَكُمْ نَبِيُّكُمْ -صلى الله عليه وسلم- كُلَّ شَىْءٍ حَتَّى الْخِرَاءَةَ. قَالَ فَقَالَ أَجَلْ لَقَدْ نَهَانَا أَنْ نَسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةَ لِغَائِطٍ أَوْ بَوْلٍ أَوْ أَنْ نَسْتَنْجِىَ بِالْيَمِينِ أَوْ أَنْ نَسْتَنْجِىَ بِأَقَلَّ مِنْ ثَلاَثَةِ أَحْجَارٍ أَوْ أَنْ نَسْتَنْجِىَ بِرَجِيعٍ أَوْ بِعَظْمٍ
“Sungguh Nabi kalian –shallallahu’alaihi wa sallam- telah mengajari kalian segala sesuatu sampai cara buang hajat. Maka beliau berkata: Benar, Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam melarang kami menghadap kiblat ketika buang air besar atau kecil, beliau juga melarang kami membersihkan kemaluan setelah buang hajat (istinja’) dengan tangan kanan, dengan kurang dari tiga buah batu, dengan kotoran hewan atau tulang.” [HR. Muslim]
Ketiga: Islam adalah agama kasih sayang.
Keempat: Islam adalah agama pertengahan, tidak mengajarkan ghuluw (bersifat keras, ekstrim) dan ifrath (bermudah-mudahan).
Kelima: Islam agama yang mengajak kepada keamanan.
Keenam: Islam adalah agama yang sesuai fitrah.
Beberapa Faidah Terkait Pembahasan:
➡Islam tidak seperti nasrani yang mengajarkan apabila dipukul pipi kanan maka berikan pipi kiri, adapun Islam memberi hak kepada manusia untuk membalas sesuai dengan kadar kejahatan yang ditimpakan kepadanya, maka Islam mengharuskan hukum qishos, hikmahnya apabila seorang pembunuh dihukum mati maka menjadi terjaga banyak jiwa, orang-orang pun takut membunuh, maka Islam menjaga jiwa.
➡Dan hukum Islam tidak pandang bulu dalam menentukan hukum, Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam menghukum wanita bangsawan yang mencuri dan mencela orang yang mau memberi ‘syafa’at’ kepadanya, bahkan beliau berkata: “Andai Fathimah bintu Muhammad yang mencuri, aku sendiri yang akan memotong tangannya.”
➡Islam menjaga akal dengan mengharamkan khamar.
➡Islam menjaga keturunan dengan melarang perzinahan.
➡Nasrani melarang pendeta menikah, maka ini menyelisihi fitrah, dan Islam menganjurkan pernikahan, untuk memberikan hak kepada fitrah manusia. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ، مَنِ اسْتَطَاعَ البَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ، فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ
“Wahai para pemuda, siapa diantara kalian yang telah memiliki kemampuan hendaklah segera menikah, karena itu lebih menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan, siapa yang belum mampu menikah maka hendaklah ia berpuasa, karena puasa itu akan menjadi perisai baginya.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu]
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam juga bersabda,
تَزَوَّجُوا الْوَدُودَ الْوَلُودَ فَإِنِّي مُكَاثِرٌ بِكُمُ الْأُمَمَ
“Nikahilah wanita yang penyayang lagi peranak, karena sesungguhnya aku akan berbangga dengan jumlah kalian di hadapan umat-umat yang lain (pada hari kiamat).” [HR. Abu Daud dan An-Nasaai dari Ma’qil bin Yasar radhiyallahu’anhu, dan Ahmad dan Ibnu Hibban dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu, Shahih Abi Daud: 1789]
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم