بسم الله الرحمن الرحيم
Allah ta’ala berfirman,
إِنَّكَ لا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu cintai, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” [Al-Qoshosh: 56]
Asy-Syaikh Prof. DR. Shalih Al-Fauzan hafizhahullah berkata,
المعنى الإجمالي للآية: يقول تعالى لرسوله -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-: إنك لا تقدر على توفيق من تحب دخوله في الإسلام، ولكن ذلك إنما يكون بيدالله، فهو الذي يوفق من شاء له، وهو أعلم بمن يستحقه ممن لا يستحقه.
مناسبة الآية للباب: أن فيها دلالة واضحة على أن الرسول -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- لا يملك ضراً ولا نفعاً ولا عطاء ولا منعاً، وأن الأمر كله بيد الله، ففيها الرد على الذين ينادونه لتفريج الكربات وقضاء الحاجات.
ما يستفاد من الآية:
1- الرد على الذين يعتقدون أن الأولياء ينفعون أو يضرون ويتصرفون بعد الموت على سبيل الكرامة.
2- أن هداية التوفيق بيد الله سبحانه.
3- إثبات العلم لله سبحانه.
4- إثبات الحكمة لله سبحانه.
5- إبطال التعلق بغير الله.
Makna ayat Secara Global:
Allah ta’ala berkata kepada Rasul-Nya shallallahu’alaihi wa sallam: Sesungguhnya engkau tidak mampu memberikan hidayah taufiq kepada orang yang engkau cintai untuk masuk ke dalam Islam, akan tetapi kemampuan itu hanyalah milik Allah, Dialah yang memberikan hidayah taufiq kepada siapa yang Dia kehendaki, dan Dia lebih tahu siapa yang berhak dan siapa yang tidak berhak mendapatkan hidayah.
Kesesuaian Ayat dengan Bab Tauhid:
Sungguh dalam ayat ini ada penunjukkan yang jelas bahwa Rasul shallallahu’alaihi wa sallam tidak memiliki kekuasaan untuk menimpakan mudarat, manfaat, memberi dan mencegah, dan bahwa urusan tersebut seluruhnya di tangan Allah, maka dalam ayat ini terdapat bantahan terhadap orang-orang yang menyeru (berdoa) kepada beliau untuk menghilangkan kesusahan-kesusahan atau menunaikan hajat-hajat mereka.
Pelajaran dari Ayat:
1) Bantahan terhadap orang-orang yang meyakini bahwa para wali dapat memberikan manfaat atau menimpakan mudarat dan mengatur urusan-urusan setelah mereka mati, dalam bentuk karomah.
2) Bahwa hidayah taufiq (memampukan seseorang untuk beramal) di tangan Allah subhanahu wa ta’ala.
3) Penetapan sifat ilmu bagi Allah.
4) Penetapan sifat hikmah bagi Allah.
5) Penjelasan batilnya ketergantungan kepada selain Allah.
[Al-Mulakhkhos fi Syarhi Kitab At-Tauhid, hal. 153-154]
Pelajaran Lainnya:
6) Cinta yang sifatnya tabiat manusia terhadap kerabat yang kafir dan tidak memerangi Islam, tidak menafikan keimanan.
7) Penetapan sifat “kehendak” bagi Allah ta’ala sesuai dengan kebesaran-Nya (yang tidak sama dengan sifat kehendak makhluk).
[Al-Jadid fi Syarhi Kitab At-Tauhid, hal. 165]
8) Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam adalah makhluk yang paling mulia, paling dicintai oleh Allah ta’ala dan paling tinggi kedudukannya di sisi Allah tabaraka wa ta’ala, tetapi beliau hanyalah manusia biasa yang tidak dapat memberikan hidayah kepada siapa pun, tidak pula bisa memberi manfaat dan menolak mudarat, tidak mendengarkan doa dan tidak pula dapat mengabulkannya, maka tidaklah patut beliau dipersekutukan dengan Allah ta’ala, dan tentunya lebih tidak patut lagi mempersekutukan Allah dengan selain beliau yang kedudukannya lebih rendah dari beliau. Allah ta’ala Maha Tinggi dan Maha Besar, tidak patut dipersekutukan dengan siapa pun.
9) Ayat yang mulia ini juga menafikkan sifat Nasrani dan Yahudi;
• Nasrani memiliki sifat Ifrath, ghuluw, berlebih-lebihan dan melampaui batas dalam memuliakan rasul yang diutus kepada mereka, yaitu Nabi Isa ‘alaihissalaam, sampai mengangkat beliau sebagai sesembahan mereka.
• Yahudi memiliki sifat Tafrith, meremehkan dan menentang ajaran para rasul yang diutus kepada mereka, bahkan sampai menyiksa dan membunuh para rasul tersebut.
Maka ayat yang mulia ini menegaskan kepada kita bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam hanyalah manusia biasa yang tidak patut disembah, akan tetapi beliau juga seorang rasul yang menerima dan menyampaikan wahyu dari Allah ta’ala, sehingga harus ditaati dan diteladani, serta dimuliakan dan dihormati, tapi tidak boleh berlebih-lebihan seperti orang-orang Nasrani dan tidak boleh meremehkan seperti orang-orang Yahudi.
10) Hidayah adalah nikmat terbesar yang Allah ta’ala berikan kepada seorang hamba dan hanya Dia berikan kepada siapa yang Dia kehendaki, sedang Dia lebih tahu siapa yang pantas mendapatkan hidayah, maka wajib bagi setiap hamba untuk menjaga nikmat hidayah yang Allah ta’ala anugerahkan kepadanya dan senantiasa mensyukurinya.
• Saudaraku, peluk erat hidayahmu, gigit sekuat-kuatnya dengan gigi gerahammu dan jangan pernah engkau lepaskan hanya demi kenikmatan dunia yang sangat sedikit ini…!
• Tuntutlah ilmu agama, amalkan dengan baik dan sebarkanlah seluas-luasnya serta bersabarlah…!
• Bertemanlah dengan orang-orang shalih yang selalu mengingatkanmu untuk bertakwa kepada Allah ta’ala dan jauhilah teman-teman yang jelek…!
• Gantungkan selalu hatimu kepada Allah ta’ala dan senantiasa bermunajat kepada-Nya, karena hanya Dia-lah yang Maha Mampu menguatkanmu di atas jalan hidayah sampai saat perpisahan dengan kehidupan dunia yang sementara ini…!
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم
FansPage Website: Sofyan Chalid bin Idham Ruray [www.fb.com/sofyanruray.info]