1. Urgensi Mempelajari Tauhid
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Tauhid adalah kunci utama kebahagian seorang hamba, karena tauhid adalah hak Allah ‘azza wa jalla yang paling agung, yang Dia tetapkan sebagai tujuan hamba diciptakan dan inti dakwah seluruh para nabi dan rasul ‘alaihimussalaam.
Rasulullah shallallaahu’alaihi wa sallam bersabda,
فَإِنَّ حَقَّ اللّهِ عَلَى الْعِبَادِ أَنْ يَعْبُدُوا اللّهِ وَلاَ يُشْرِكُوا بِهِ شَيْئاً وَحَقُّ الْعِبَادِ عَلَى اللّهِ عَزَّ وَجَلَّ أَنْ لاَ يُعَذِّبَ مَنْ لاَ يُشْرِكُ بِهِ شَيْئاً
“Sesungguhnya hak Allah atas para hamba adalah mereka beribadah kepada Allah dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun, dan hak para hamba atas Allah adalah Allah tidak akan mengazab orang yang tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu’anhu]
Simak Pembahasan Kitab Tauhid:
– Untuk Versi Dekstop: Klik Slide Next di Kanan Atas
– Versi Mobile: Geser ke Bawah
Atau Melalui Playlist Youtube: http://bit.ly/videokitabtauhid
Download Terjemahan Kitab Panduan: https://t.me/taawundakwah/8536
Penulis: Asy-Syaikh Muhammad At-Tamimi rahimahullah
Pemateri: Ustadz Sofyan Chalid bin Idham Ruray, Lc hafizhahullah
Telegram Kitab Tauhid:
– Audio (Rekaman Lengkap Kajian Kitab Tauhid Masjid Nurullah Kalibata Jakarta Selatan): https://t.me/kitab_tauhid
– Video (Sedang Berjalan Kajian Kitab Tauhid di Masjid Ar-Riyadh Depok Jawa Barat): https://t.me/videokitabtauhid
Gabung WAG Ketik: Daftar
Kirim ke wa.me/628111833375
Atau wa.me/628111377787
#Yuk_share agar menjadi amalan yang tidak terputus insya Allah ta’ala. Rasulullah shallallaahu’alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ
“Barangsiapa menunjukkan satu kebaikan maka ia akan mendapatkan pahala seperti orang yang mengamalkannya.” [HR. Muslim dari Abu Mas’ud Al-Anshori radhiyallaahu’anhu]
Jazaakumullaahu khayron wa baaroka fiykum
2. Pengantar Memahami Tauhid (Muqoddimah Bag. 1)
Saudaraku rahimakumullaah, dalam tauhid ada cinta dan pengagungan kepada Allah ‘azza wa jalla, dan dalam dosa syirik ada permusuhan dan pelecehan terhadap Allah tabaroka wa ta’ala. Maka tauhid adalah kewajiban teragung dan syirik adalah dosa terbesar.
Sahabat yang Mulia Ibnu Mas’ud radhiyallaahu’anhu berkata,
سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الذَّنْبِ أَعْظَمُ عِنْدَ اللَّهِ قَالَ أَنْ تَجْعَلَ لِلَّهِ نِدًّا وَهُوَ خَلَقَكَ قُلْتُ إِنَّ ذَلِكَ لَعَظِيمٌ قُلْتُ ثُمَّ أَيُّ قَالَ وَأَنْ تَقْتُلَ وَلَدَكَ تَخَافُ أَنْ يَطْعَمَ مَعَكَ قُلْتُ ثُمَّ أَيُّ قَالَ أَنْ تُزَانِيَ حَلِيلَةَ جَارِكَ
“Aku pernah bertanya kepada Nabi shallallahu’alaihi wa sallam: Dosa apakah yang paling besar di sisi Allah? Beliau bersabda: Engkau menjadikan bagi Allah ta’ala suatu tandingan (sekutu) padahal Dia yang menciptakanmu.
Aku berkata: Sesungguhnya hal itu benar-benar dosa besar. Kemudian apa lagi? Beliau bersabda: Engkau membunuh anakmu karena khawatir dia makan bersamamu.
Aku berkata: Kemudian apa lagi? Beliau bersabda: Engkau berzina dengan istri tetanggamu.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim]
Video
Audio
Download (Durasi: 1:41:32 | 23 MB)
3. Faidah Melimpah Basmalah (Muqoddimah Bag. 2)
Saudaraku rahimakumullaah, dalam hidup ini seorang hamba tidak akan pernah lepas dari kebutuhan kepada Allah ‘azza wa jalla, hamba akan selalu membutuhkan pertolongan Allah ‘azza wa jalla, karena yang bisa memberikan kemampuan dan keberkahan hanya Allah ‘azza wa jalla.
Oleh karena itu hendaklah kita selalu bergantung hati dan memohon pertolongan hanya kepada Allah ‘azza wa jalla, diantaranya dengan mengucapkan kalimat basmalah.
Sahabat yang Mulia Usamah bin ‘Umair radhiyallahu’anhu berkata,
كُنْتُ رَدِيفَ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- فَعَثَرَتْ دَابَّتُهُ فَقُلْتُ تَعِسَ الشَّيْطَانُ فَقَالَ لاَ تَقُلْ تَعِسَ الشَّيْطَانُ فَإِنَّكَ إِذَا قُلْتَ ذَلِكَ تَعَاظَمَ حَتَّى يَكُونَ مِثْلَ الْبَيْتِ وَيَقُولَ بِقُوَّتِى وَلَكِنْ قُلْ بِسْمِ اللَّهِ فَإِنَّكَ إِذَا قُلْتَ ذَلِكَ تَصَاغَرَ حَتَّى يَكُونَ مِثْلَ الذُّبَابِ
“Aku pernah dibonceng oleh Nabi shallallahu’alaihi wa sallam, tiba-tiba hewan tunggangan beliau tergelincir, maka aku berkata: ‘Celakalah setan’. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam pun bersabda: Jangan kamu katakan: ‘Celakalah setan’, karena sungguh jika kamu berkata demikian maka setan akan membesar sampai menjadi seperti rumah, dan ia mengatakan: ‘Dengan kekuatanku’. Akan tetapi bacalah: ‘Bismillah’, karena jika kamu mengatakan ‘Bismillah’ maka setan akan mengecil sampai menjadi seperti lalat.” [HR. Abu Daud, Shahihut Targhib: 3128]
Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata,
فهذا من تأثير بركة بسم الله؛ ولهذا تستحب في أوّل كل عمل وقول
“Maka ini termasuk pengaruh keberkahan bismillah, oleh karena itu disunnahkan untuk memulai dengan bismillah di awal setiap amalan dan ucapan.” [Tafsir Ibnu Katsir, 1/120]
Dari sini tercabang satu pelajaran penting, bahwa keberkahan itu milik Allah, tidak ada yang bisa memberikan keberkahan kecuali Allah, dan tidak ada yang mampu menetapkan sesuatu memiliki berkah kecuali Allah ta’ala, maka mengharapkan atau meminta berkah kepada selain Allah termasuk syirik.
Video
Audio
Download (Durasi: 1:28:53 | 20 MB)
4. Tujuan Penciptaan Manusia dan Misi Pengutusan Para Rasul (Bab 1 Dalil Ke 1-2)
Saudaraku rahimakumullaah, kehidupan yang sia-sia, tidak bermakna dan tidak memiliki arti, itulah kehidupan tanpa arah dan tujuan.
Maka Allah yang Maha Penyayang mengutus para rasul dan menurunkan kitab-kitab agar hamba mengetahui arah perjalanan hidupnya dan tujuan penciptaannya di muka bumi.
Allah ‘azza wa jalla berfirman,
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالأِنْسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُونِ
“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku saja.” [Adz-Dzariyyat: 56]
Allah ‘azza wa jalla juga berfirman,
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولاً أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
“Dan sungguh, Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): Sembahlah Allah saja, dan jauhilah thaghut (yang disembah selain Allah) itu.” [An-Nahl: 36]
Video
Audio
Download (Durasi: 1:28:53 | 20 MB)
5. Perintah Bertauhid dan Berbakti kepada Orang Tua (Bab 1 Dalil Ke 3-4)
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
“Dan Rabb-mu telah memerintahkan: Janganlah kamu beribadah kecuali hanya kepada-Nya, dan hendaknya kamu berbuat baik kepada kedua orang tuamu.” [Al-Isra: 23]
Allah subhanahu wa ta’ala juga berfirman,
وَٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا۟ بِهِ شَيْـًٔا وَبِٱلْوَٰلِدَيْنِ إِحْسَٰنًا
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapak.” [An-Nisa: 36]
Video
Audio
Download (Durasi: 1:24:15 | 20.2 MB)
6. Sepuluh Wasiat Allah ‘Azza wa Jalla (Bab 1 Dalil Ke 5)
Allah ‘azza wa jalla berfirman,
قُلْ تَعَالَوْا أَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ أَلَّا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ مِنْ إِمْلَاقٍ نَحْنُ نَرْزُقُكُمْ وَإِيَّاهُمْ وَلَا تَقْرَبُوا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَلَا تَقْتُلُوا النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ وَلَا تَقْرَبُوا مَالَ الْيَتِيمِ إِلَّا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ حَتَّى يَبْلُغَ أَشُدَّهُ وَأَوْفُوا الْكَيْلَ وَالْمِيزَانَ بِالْقِسْطِ لَا نُكَلِّفُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا وَإِذَا قُلْتُمْ فَاعْدِلُوا وَلَوْ كَانَ ذَا قُرْبَى وَبِعَهْدِ اللَّهِ أَوْفُوا ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Katakanlah: Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Rabbmu, yaitu:
1. Janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia.
2. Dan berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapak.
3. Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan. Kamilah yang memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka.
4. Dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak maupun yang tersembunyi.
5. Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali dengan alasan yang benar.
Yang demikian itu diwasiatkan oleh Allah kepadamu supaya kamu berakal.
6. Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang terbaik, hingga sampai ia dewasa (serahkanlah hartanya kepadanya).
7. Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar kesanggupannya.
8. Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil meskipun terhadap karib kerabat.
9. Dan penuhilah janji Allah.
Yang demikian itu diwasiatkan oleh Allah kepadamu agar kamu mengambil pelajaran.
10. Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah jalan Ini, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya.
Yang demikian itu diwasiatkan oleh Allah kepadamu agar kamu bertakwa.” [Al An’am: 151-153]
Video
Audio
Download (Durasi: 1:59:07 | 27 MB)
7. Mengenal Hak Allah ‘Azza wa Jalla dan Hak Hamba (Bab1 Dalil Ke 6)
Saudaraku rahimakumullaah ketahuilah, termasuk kekafiran apabila seseorang meyakini bahwa hamba bebas memilih siapa yang hendak ia sembah dan agama yang hendak ia anut.
Di sini hamba tidak punya hak untuk memilih, yang punya hak adalah Allah ‘azza wa jalla, yaitu disembah dan tidak dipersekutukan dengan sesuatu apa pun, dan hanya Islam yang mengajarkan ini.
Adapun hak hamba adalah mendapat jaminan keselamatan dari azab Allah dan kebahagiaan di dunia dan akhirat, apabila ia telah menunaikan hak Allah ‘azza wa jalla.
Sahabat yang Mulia Mu’adz bin Jabal radhiyallaahu’anhu berkata,
كُنْتُ رِدْفَ رَسُولِ اللّهِ صلى الله عليه و سلم عَلَى حِمَارٍ يُقَالُ لَهُ عُفَيْرٌ. قَالَ: فَقَالَ: يَا مُعَاذُ! أَتَدْرِي مَا حَقُّ اللّهِ عَلَى الْعِبَادِ وما حقُّ العبادِ عَلَى الله؟ قَالَ قُلْتُ: الله وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: «فَإِنَّ حَقَّ اللّهِ عَلَى الْعِبَادِ أَنْ يَعْبُدُوا اللّهِ وَلاَ يُشْرِكُوا بِهِ شَيْئاً. وَحَقُّ الْعِبَادِ عَلَى اللّهِ عَزَّ وَجَلَّ أَنْ لاَ يُعَذِّبَ مَنْ لاَ يُشْرِكُ بِهِ شَيْئاً» قَالَ قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللّهِ! أَفَلاَ أُبَشِّرُ النَّاسَ؟ قَالَ: «لاَ تُبَشِّرْهُمْ فَيَتَّكِلُوا»
“Aku pernah dibonceng Rasulullah shallallaahu’alaihi wa sallam di atas keledai beliau yang disebut ‘Ufair. Maka ketika itu Rasulullah shallallaahu’alaihi wa sallam bersabda: Wahai Mu’adz tahukah kamu apa hak Allah atas hamba dan apa hak hamba atas Allah? Aku menjawab: Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui. Beliau bersabda:
فَإِنَّ حَقَّ اللّهِ عَلَى الْعِبَادِ أَنْ يَعْبُدُوا اللّهِ وَلاَ يُشْرِكُوا بِهِ شَيْئاً وَحَقُّ الْعِبَادِ عَلَى اللّهِ عَزَّ وَجَلَّ أَنْ لاَ يُعَذِّبَ مَنْ لاَ يُشْرِكُ بِهِ شَيْئاً
‘Sesungguhnya hak Allah atas para hamba adalah mereka beribadah kepada Allah dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun, dan hak para hamba atas Allah adalah Allah tidak akan mengazab orang yang tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun’.
Aku berkata: Wahai Rasulullah, bolehkah aku kabarkan berita gembira ini kepada orang-orang? Beliau bersabda: Jangan dulu kamu sampaikan, karena akan membuat mereka bersandar (dengan hadits ini lalu tidak lagi memperbanyak amal shalih).” [HR. Al-Bukhari dan Muslim]
Dalam hadits yang mulia ini terdapat banyak sekali mutiara-mutiara hikmah dan pelajaran yang sangat berharga.
Video
Audio
Download (Durasi: 1:24:47 | 19MB)
8. Tauhid adalah Benteng Terkuat dan Pintu Hidayah Terbesar (Bab 2 Dalil Ke 1)
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan hidayah.” [Al-An’am: 82]
Al-Imam Al-Mufassir Ibnu Katsir rahimahullah berkata,
قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: {الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الأمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ} أَيْ: هَؤُلَاءِ الَّذِينَ أَخْلَصُوا الْعِبَادَةَ لِلَّهِ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ، لَهُ، وَلَمْ يُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا هُمُ الْآمِنُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، الْمُهْتَدُونَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ
“Firman Allah ta’ala, ‘Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman’, maknanya: Mereka adalah orang-orang yang memurnikan ibadah hanya kepada Allah yang satu saja, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan mereka tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun, merekalah yang akan mendapatkan keamanan di hari kiamat dan hidayah di dunia dan akhirat.” [Tafsir Ibnu Katsir, 3/294, Fathul Majid, hal. 32]
Al-’Allamah Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata,
التوحيد حصن الله الأعظم الذي من دخله كان من الآمنين
“Tauhid adalah benteng Allah ta’ala yang terbesar, barangsiapa yang memasukinya maka ia aman.” [Badaai’ul Fawaaid, 2/470]
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah berkata,
أن الله أثبت الأمن لمن لم يشرك، والذي لم يشرك يكون موحدا، فدل على أن من فضائل التوحيد استقرار الأمن
“Bahwa Allah menetapkan keamanan bagi orang yang tidak berbuat syirik. Dan orang yang tidak berbuat syirik adalah orang yang bertauhid, maka ayat yang mulia ini menunjukkan bahwa diantara keutamaan tauhid adalah anugerah nikmat keamanan.” [Al-Qoulul Mufid, 1/63]
Dan hidayah dalam ayat ini mencakup dua macam hidayah:
1. Hidayah kepada ilmu, yaitu Allah mudahkan untuk mempelajari ilmu agama dan memahaminya dengan baik.
2. Hidayah kepada amalan, yaitu taufiq dari Allah ta’ala untuk mengamalkan ilmunya.
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah berkata,
وقوله: ” وهم مهتدون “: أي: في الدنيا إلى شرع الله بالعلم والعمل، فالاهتداء بالعلم هداية إرشاد. والاهتداء بالعمل: هداية توفيق، وهم مهتدون في الآخرة إلى الجنة
“Dan firman Allah, ‘Mereka itulah orang-orang yang mendapat hidayah’, maknanya: Hidayah di dunia kepada syari’at Allah dengan ilmu dan amal. Hidayah dengan ilmu adalah hidayah berupa bimbingan. Adapun hidayah dengan amal adalah hidayah taufiq (kemampuan untuk beramal), dan mereka juga akan mendapat hidayah di akhirat menuju surga.” [Al-Qoulul Mufid, 1/62]
Video
Audio
Download (Durasi: 1:24:14| 19MB)
9. Sudah Benarkah Syahadatmu? (Bab 2 Dalil Ke 2)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ شَهِدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهَ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، وَأَنَّ عِيْسَى عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ، وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوْحٌ مِنْهُ وَالْجَنَّةُ حَقٌّ وَالنَّارُ حَقٌّ أَدْخَلَهُ اللهُ الْجَنَّةَ عَلَى مَا كَانَ مِنَ الْعَمَلِ
“Barangsiapa yang bersyahadat bahwa tidak ada sesembahan yang benar selain Allah yang satu saja, tiada sekutu bagi-Nya, dan Muhammad adalah hamba-Nya dan rasul-Nya, dan bahwa Isa adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya, dan kalimat-Nya (yaitu Allah ciptakan dengan menyebut kalimat كُنْ) yang disampaikan kepada Maryam, serta ruh dari-Nya (yaitu ruh ciptaan-Nya) dan surga itu benar adanya, neraka juga benar adanya, maka Allah pasti memasukkannya ke dalam surga, bagaimana pun amalannya.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Ubadah bin Ash-Shomit radhiyallahu’anhu]
Video
Audio
Download (Durasi: 1:31:54| 21MB)
10. Tauhid adalah Sebab Terbesar Menggapai Ampunan (Bab 2 Dalil Ke 3-5)
Rasulullah shallallaahu’alaihi wa sallam bersabda,
فَإِنَّ اللهَ حَرَّمَ عَلَى النَّارِ مَنْ قَالَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهَ يَبْتَغِي بِذَلِكَ وَجْهَ اللهِ
“Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala mengharamkan neraka bagi orang yang mengucapkan لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهَ dengan ikhlas dan hanya mengharapkan wajah Allah.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari ‘Itban bin Malik radhiyallahu’anhu]
Diriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu’anhu bahwa Rasulullah shallallahu‘alaihi wa sallam bersabda,
قَالَ مُوْسَى يَا رَبِّ، عَلِّمْنِيْ شَيْئًا أَذْكُرُكَ وَأَدْعُوكَ بِهِ، قَالَ: قُلْ يَا مُوْسَى: لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهَ، قَالَ: يَا رَبِّ كُلُّ عِبَادِكَ يَقُوْلُوْنَ هَذَا، قَالَ: يَا مُوْسَى لَوْ أَنَّ السَّمَوَاتِ السَّبْعَ وَعَامِرَهُنَّ غَيْرِيْ وَالأَرْضِيْنَ السَّبْعَ فِيْ كِفَّةٍ، وَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهَ فِيْ كِفَّـةٍ، مَالَتْ بِهِـنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهَ
“Musa berkata: ‘Wahai Rabb, ajarkanlah kepadaku dzikir untuk mengingat-Mu dan berdoa kepada-Mu’, Allah berfirman: ‘Ucapkan wahai Musa لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهَ. Musa berkata: ‘Wahai Rabb, semua hamba-Mu mengucapkan itu’, Allah menjawab: ‘Wahai Musa, seandainya tujuh langit serta seluruh penghuninya –selain Aku- dan tujuh bumi diletakkan dalam satu sisi timbangan dan kalimat لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهَ diletakkan pada sisi lain timbangan, niscaya kalimat لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهَ lebih berat timbangannya.” [HR. Ibnu Hibban dan Al-Hakim, dan beliau menshahihkannya]
Rasulullah shallallahu‘alaihi wa sallam bersabda,
قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَا ابْنَ آدَمَ، لَوْ أَتَيْتَنِيْ بِقُرَابِ الأَرْضِ خَطَايَا، ثُمَّ لَقِيْتَنِيْ لاَ تُشْرِكُ بِيْ شَيْئًا، لَأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً
“Allah ta’ala berfirman: ‘Wahai anak Adam, jika engkau datang kepada-Ku dengan membawa dosa sepenuh bumi, tanpa menyekutukan-Ku dengan sesuatu apa pun, pasti Aku akan memberikan kepadamu ampunan sepenuh bumi itu pula’.” [HR. At-Tirmidzi dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu]
Video
Audio
Download (Durasi: 1:28:57| 20MB)
11. Profil Sang Pejuang Sejati (Bab 3 Dalil Ke 1-2)
Allah ‘azza wa jalla berfirman,
إِنَّ إِبْرَاهِيمَ كَانَ أُمَّةً قَانِتًا لِّلَّـهِ حَنِيفًا وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِينَ، شَاكِرًا لِأَنْعُمِهِ ۚاجْتَبَاهُ وَهَدَاهُ إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
“Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif (beribadah hanya kepada Allah), dan sekali-kali ia bukanlah termasuk orang-orang yang berbuat syirik, (lagi) yang mensyukuri nikmat-nikmat Allah. Allah telah memilihnya dan menunjukinya kepada jalan yang lurus.” [An-Nahl: 120-121]
Allah ‘azza wa jalla juga berfirman tentang sifat utama orang-orang yang beriman,
وَالَّذِينَ هُم بِرَبِّهِمْ لَا يُشْرِكُونَ
“Dan orang-orang yang tidak mempersekutukan Rabb mereka dengan sesuatu apa pun.” [Al Mukminun: 59]
Video
Audio
Download (Durasi: 1:12:43| 17MB)
12. Lebih dari 70.000 Orang yang Akan Masuk Surga Tanpa Hisab dan Azab (Bab 3 Dalil Ke 3)
Rasulullah shallallaahu’alaihi wa sallam bersabda tentang empat sifat orang yang akan masuk surga tanpa hisab dan azab,
هُمُ الَّذِيْنَ لاَ يَسْتَرْقُوْنَ وَلاَ يَكْتَوُوْنَ وَلاَ يَتَطَيَّرُوْنَ وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُوْنَ
“Mereka adalah orang-orang yang;
1. Tidak pernah minta diruqyah.
2. Tidak melakukan pengobatan al-kayy.
3. Tidak takut sial.
4. Selalu bertawakkal kepada Rabb mereka.
[HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma]
Video
Audio
Download (Durasi: 1:22:49| 19MB)
13. Dosa yang Tidak Terampunkan (Bab 4 Dalil Ke 1-2)
Allah subhaanahu wa ta’ala berfirman,
إِنَّ اللَّـهَ لَا يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَاءُ
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa saja yang Dia kehendaki.” [An-Nisa’: 48]
Nabi Ibrahim ‘alaihissalaam berdoa kepada Allah ‘azza wa jalla,
وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَن نَّعْبُدَ الْأَصْنَامَ
“Dan jauhkanlah aku dan anak cucuku dari perbuatan (menyembah) berhala.” [Ibrahim: 35]
Video
Audio
Download (Durasi: 1:13:09| 17MB)
14. BAHAYA SYIRIK KECIL (Bab 4 Dalil Ke-3)
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمُ الشِّرْكُ الأَصْغَرُ قَالُوا : وَمَا الشِّرْكُ الأَصْغَرُ يَا رَسُولَ اللهِ ؟ قَالَ : الرِّيَاءُ ، يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ : إِذَا جُزِيَ النَّاسُ بِأَعْمَالِهِمْ : اذْهَبُوا إِلَى الَّذِينَ كُنْتُمْ تُرَاؤُونَ فِي الدُّنْيَا فَانْظُرُوا هَلْ تَجِدُونَ عِنْدَهُمْ جَزَاءً
“Sesungguhnya yang paling aku takuti menimpa kalian adalah syirik kecil. Para sahabat bertanya: Apa syirik kecil itu wahai Rasulullah? Beliau bersabda: (Syirik kecil itu) riya’.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman pada hari kiamat kepada mereka (orang-orang yang riya’ dalam beramal), yaitu ketika amal-amal manusia telah dibalas, (maka Allah berkata kepada mereka):
Pergilah kalian kepada orang-orang yang dahulu kalian perlihatkan amalan-amalan kalian ketika di dunia, maka lihatlah apakah kalian akan mendapatkan balasan (kebaikan) dari mereka?!” [HR. Ahmad dari Mahmud bin Labid radhiyallahu’anhu, Ash-Shahihah: 951]
Video
Audio
Download (Durasi: 1:25:25| 20MB)
15. Akhir Kehidupan yang Paling Tragis (Bab 4 Dalil Ke 4-5)
Saudaraku rahimakumullah, orang yang mati dalam keadaan berbuat dosa atau belum bertaubat dari perbuatan dosa tersebut, itulah yang disebut suul khotimah, akhir kehidupan yang buruk.
Dan ketahuilah dosa terbesar adalah syirik, maka siapa yang mati dalam keadaan berbuat syirik atau belum bertaubat dari dosa syirik itulah akhir kehidupan yang paling tragis.
Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud radhiallahu‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ مَاتَ وَهُوَ يَدْعُو مِنْ دُوْنِ اللهِ نِدًّا دَخَلَ النَّارَ
“Barangsiapa yang mati dalam keadaan berdoa kepada sesembahan apapun selain Allah, maka ia akan masuk neraka.” [HR. Bukhari]
Diriwayatkan oleh Muslim dari Jabir radhiallahu‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ لَقِيَ اللهَ لاَ يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ لَقِيَهُ يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا دَخَلَ النَّارَ
“Barangsiapa yang menemui Allah dalam keadaan tidak berbuat syirik kepada-Nya dengan sesuatu apa pun, maka pasti ia masuk surga, dan barangsiapa yang menemui-Nya dalam keadaan berbuat syirik kepada-Nya dengan sesuatu apa pun, maka pasti ia masuk neraka.” [HR. Muslim]
Video
Audio
Download (Durasi: 1:34:07| 22MB)
16. Mengutamakan Dakwah Tauhid, Bukan Politik dan Tahdzir (Bab 5 Dalil Ke 1)
Allah ‘azza wa jalla berfirman,
قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
“Katakanlah: Inilah jalanku, aku berdakwah kepada Allah di atas bashiroh (dengan ilmu). Aku dan orang-orang yang mengikutiku juga berdakwah kepada Allah dengan ilmu. Maha Suci Allah, dan aku tidak termasuk orang-orang yang musyrik.” [Yusuf: 108]
Ayat yang mulia ini menjelaskan kewajiban berdakwah. Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan hafizhahullah berkata,
أن من لم يدع إلى الله وهو يستطيع الدعوة إلى الله، فإنه لم يحقق إتباعه للرسول صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بل إتباعه فيه نقص عظيم
“Bahwa siapa yang tidak berdakwah kepada Allah padahal ia mampu berdakwah kepada Allah, maka ia belum merealisasikan ittiba’ (peneladanan) kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam, bahkan dalam ittiba’nya terdapat kekurangan yang besar.” [I’aanatul Mustafid, 1/104]
Ayat yang mulia ini juga menjelaskan dua kunci sukses berdakwah, yaitu ikhlas dan ilmu. Asy-Syaikh Ibnul ‘Utsaimin rahimahullah berkata,
فتضمنت هذه الدعوة الإخلاص والعلم; لأن أكثر ما يفسد الدعوة عدم الإخلاص، أو عدم العلم، وليس المقصود بالعلم في قوله: ” على بصيرة ” العلم بالشرع فقط، بل يشمل: العلم بالشرع، والعلم بحال المدعو، والعلم بالسبيل الموصل إلى المقصود، وهو الحكمة
“Maka dakwah ini harus mencakup ikhlas dan ilmu, karena kebanyakan yang merusak dakwah adalah tidak ikhlas dan tidak ada ilmu. Dan bukanlah maksud ilmu dalam firman Allah, “Di atas bashiroh (dengan ilmu)”, hanyalah ilmu tentang syari’at saja, tetapi mencakup: (1) Ilmu tentang syari’at, (2) Ilmu tentang keadaan orang yang didakwahi dan (3) Ilmu tentang metode yang dapat mengantarkan kepada tujuan (cara berdakwah), yaitu dengan hikmah.” [Al-Qoulul Mufid, 1/130]
Ayat yang mulia ini juga menjelaskan bahwa dakwah Rasulullah shallallaahu’alaihi wa sallam adalah dakwah kepada Allah, yaitu mengajak manusia taat kepada Allah dan menjauhi dosa. Dan ketaatan kepada Allah yang paling agung dan pondasi seluruh amal ibadah adalah tauhid, dan dosa terbesar adalah syirik.
Oleh karena itu, dakwah yang diprioritaskan seluruh para nabi dan rasul ‘alaihimussalaam, serta para sahabat radhiyallahu’anhum adalah dakwah tauhid. Barangsiapa yang mementingkan selainnya maka ia telah menyimpang dari jalan yang lurus.
Video
Audio
Download (Durasi: 1:22:59| 19MB)
17. Kisah Pengutusan Mu’adz bin Jabal ke Negeri Yaman (Bab 5 Dalil Ke 2)
Ketika Rasulullah shallallahu‘alaihi wa sallam mengutus Mu’adz bin Jabal radhiyallahu’anhu ke Yaman, beliau bersabda kepadanya,
إِنَّكَ تَأْتِي قَوْمًا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ، فَلْيَكُنْ أَوَّلَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ شَهَادَةُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهَ وفي رواية: إِلَى أَنْ يُوَحِّدُوْا اللهَ فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوْكَ لِذَلِكَ فَأَعْلِمْهُمْ أَنَّ اللهَ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِيْ كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ، فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوْكَ لِذَلِكَ فَأَعْلِمْهُمْ أَنَّ اللهَ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ صَدَقَةً تُؤْخَذُ مِنْ أَغْنِيَائِهِمْ فَتُرَدُّ عَلَى فُقَرَائِهِمْ، فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوْكَ لِذَلِكَ فَإِيَّاكَ وَكَرَائِمَ أَمْوَالِهِمْ، وَاتَّقِ دَعْوَةَ الْمَظْلُوْمِ فَإِنَّهُ لَيْسَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ اللهِ حِجَابٌ
“Sungguh kamu akan mendatangi kaum ahlul kitab (Yahudi dan Nasrani) maka hendaklah pertama kali yang kamu dakwahkan kepada mereka adalah syahadat La Ilaha Illallah. Dalam riwayat yang lain disebutkan: Ajak mereka mentauhidkan Allah.
Jika mereka mematuhi apa yang telah kamu dakwahkan, maka sampaikan kepada mereka bahwa Allah mewajibkan atas mereka shalat lima waktu dalam sehari semalam.
Jika mereka mematuhi apa yang telah kamu dakwahkan, maka sampaikan kepada mereka bahwa Allah mewajibkan atas mereka zakat, yang diambil dari orang-orang kaya di antara mereka dan diberikan kepada orang-orang fakir diantara mereka.
Dan jika mereka mematuhi apa yang kamu sampaikan, maka janganlah kamu ambil sebagai zakat dari harta yang paling mereka sukai.
Dan takutlah kamu dari doanya orang-orang yang dizalimi, karena sesungguhnya tidak ada penghalang antara doanya dengan Allah.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma]
Video
Audio
Download (Durasi: 1:17:22| 18MB)
18. Kisah Pengangkatan Ali bin Abi Thalib Sebagai Panglima Perang Khaibar (Bab 5 Dalil Ke 3)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di saat perang Khaibar bersabda,
لأُعْطِيَنَّ الرَّايَةَ غَدًا رَجُلاً يًحِبُّ اللهَ وَرَسُوْلَهُ، وَيُحِبُّهُ اللهُ وَرَسُوْلُهُ، يَفْتَحُ اللهُ عَلَى يَدَيْهِ، فَبَاتَ النَّاسُ يَدُوْكُوْنَ لَيْلَتَهُمْ أَيُّهُمْ يُعْطَاهَا، فَلَمَّا أَصْبَحُوْا غَدَوْا عَلَى رَسُوْلِ اللهِ r كُلُّهُمْ يَرْجُوْنَ أَنْ يُعْطَاهَا، فَقَالَ: أَيْنَ عَلِيٌّ بْنُ أَبِيْ طَالِبٍ؟ فَقِيْلَ: هُوَ يَشْتَكِي عَيْنَيْهِ، فَأَرْسَلُوْا إِلَيْهِ فَأُتِيَ بِهِ، فَبَصَقَ فِيْ عَيْنَيْهِ وَدَعَا لَهُ، فَبَرَأَ كَأَنْ لَمْ يَكُنْ بِهِ وَجَعٌ، فَأَعْطَاهُ الرَّايَةَ، فَقَالَ: انْفُذْ عَلَى رِسْلِكَ حَتَّى تَنْـِزلَ بِسَاحَتِهِمْ، ثُمَّ ادْعُهُمْ إِلَى الإِسْلاَمِ، وَأَخْبِرْهُمْ بِمَا يَجِبُ عَلَيْهِمْ مِنْ حَقِّ اللهِ تَعَالَى فِيْهِ، فَوَاللهِ لأَنْ يَهْدِيَ اللهُ بِكَ رَجُلاً وَاحِدًا خَيْرٌ لَكَ مِنْ حُمُرِ النَّعَمِ
“Sungguh akan aku serahkan bendera (komando perang) ini besok pagi kepada orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya, dan dia dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya, Allah akan memberikan kemenangan dengan sebab kedua tangannya (kepemimpinannya).
Maka semalam suntuk para sahabat memperbincangkan siapakah di antara mereka yang akan diserahi bendera itu, di pagi harinya mereka mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Masing-masing berharap agar ia yang diserahi bendera tersebut, maka saat itu Rasulullah shallallaahu’alaihi wa sallam bertanya: Di mana Ali bin Abi Thalib? Mereka menjawab: Beliau sedang sakit pada kedua matanya.
Kemudian mereka mengutus orang untuk memanggilnya, beliau pun didatangkan, kemudian Rasulullah shallallaahu’alaihi wa sallam meludahi kedua matanya, seketika itu matanya sembuh seperti tidak pernah terkena penyakit sebelumnya, kemudian Rasulullah shallallaahu’alaihi wa sallam menyerahkan bendera itu kepada beliau dan bersabda:
Majulah engkau ke depan dengan tenang hingga engkau sampai di halaman benteng mereka, kemudian ajaklah mereka masuk Islam, dan sampaikanlah kepada mereka akan hak-hak Allah dalam Islam, maka demi Allah, sungguh apabila Allah memberi hidayah kepada seseorang dengan sebab engkau itu lebih baik bagimu dari unta-unta merah (harta yang paling berharga).” [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Sahl bin Sa’ad As-Sa’idi radhiyallahu’anhu]
Video
Audio
Download (Durasi: 1:23:56| 19MB)
19. Metode Dakwah kepada Orang Kafir (Bab 6 Dalil Ke 1)
Allah ‘azza wa jalla berfirman,
أُولَـٰئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَىٰ رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُ ۚ إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ كَانَ مَحْذُورً
“Orang-orang yang mereka sembah itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Rabb mereka, siapa diantara mereka yang lebih dekat (kepada Allah), dan mereka mengharapkan rahmat-Nya serta takut azab-Nya; sesungguhnya azab Rabbmu adalah sesuatu yang (harus) ditakuti.” [Al Isra’: 57]
Saudaraku rahimakumullah, ayat yang mulia ini mengajak manusia berfikir bahwa orang-orang shalih seperti para nabi dan wali yang disembah selain Allah adalah hamba-hamba yang beribadah kepada-Nya.
Mereka berusaha mendekatkan diri kepada Allah, mengharap rahmat-Nya dan takut azab-Nya. Oleh karena itu yang seharusnya disembah adalah Allah ‘azza wa jalla.
Siapa orang-orang shalih yang dimaksud dalam ayat ini?
Apa pilar-pilar ibadah yang mereka miliki?
Dan bagaimana cara mendakwahi orang kafir?
Video
Audio
Download (Durasi: 1:05:26| 15MB)
20. Dua Rukun Tauhid, Dalilnya dan Penjelasannya (Bab 6 Dalil Ke 2)
Allah ‘azza wa jalla berfirman,
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لِأَبِيهِ وَقَوْمِهِ إِنَّنِي بَرَاءٌ مِّمَّا تَعْبُدُونَ، إِلَّا الَّذِي فَطَرَنِي فَإِنَّهُ سَيَهْدِينِ
“Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya: Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kalian sembah, kecuali Allah yang telah menciptakan aku, karena hanya Dia yang akan memberikan hidayah kepadaku.” [Az Zukhruf: 26-27]
Saudaraku rahimakumullah, ucapan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dalam ayat yang mulia ini terkandung padanya dua rukun tauhid, yaitu:
1. An-Nafyu (Penafikan) yang terkandung dalam kalimat: “Sesungguhnya aku berlepas dari apa yang kalian sembah”. Maknanya adalah beliau mengingkari peribadahan kepada selain Allah ‘azza wa jalla.
2. Al-Itsbat (Penetapan) yang terkandung dalam kalimat: “Kecuali Allah yang menciptakan aku”. Maknanya adalah penetapan keimanan bahwa hanya Allah ‘azza wa jalla yang berhak disembah.
Pada ayat yang lain Allah ‘azza wa jalla menegaskan,
ذَٰلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّ مَا يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ هُوَ الْبَاطِلُ وَأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ
“Yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah yang berhak disembah dan sesungguhnya semua yang mereka sembah selain Allah adalah batil, dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.” [Al-Hajj: 62]
Video
Audio
Download (Durasi: 1:18:32| 18MB)
21. Jangan Menuhankan Guru atau Pemimpin (Bab 6 Dalil Ke 3)
Allah ‘azza wa jalla berfirman,
اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِّن دُونِ اللَّـهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا إِلَـٰهًا وَاحِدًا ۖ لَّا إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ ۚ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ
“Mereka menjadikan ulama dan pendeta-pendeta mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allah, dan Al-Masih putera Maryam juga mereka jadikan sebagai sesembahan; padahal mereka tidaklah diperintahkan kecuali beribadah kepada satu sembahan, tiada yang berhak disembah selain Dia (Allah). Maha suci Allah dari perbuatan syirik mereka.” [At-Taubah: 31]
Ayat yang mulia ini berbicara tentang salah satu bentuk kekafiran Yahudi dan Nasrani, yaitu menyembah ulama dan pendeta mereka.
Bukan dengan cara rukuk dan sujud, tapi mereka menghalalkan yang haram atau mengharamkan yang halal, demi mengikuti ulama dan pendeta mereka.
Rasulullah shallallaahu’alaihi wa sallam bersabda,
أما إنهم لم يكونوا يعبدونهم، ولكنهم كانوا إذا أحلوا لهم شيئاً استحلوه، وإذا حرموا عليهم شيئاً حرموه
“Sesungguhnya mereka tidaklah beribadah kepada ulama dan pendeta mereka (dengan rukuk dan sujud), akan tetapi mereka menaati ulama dan pendeta mereka dalam menghalalkan apa yang Allah haramkan dan mengharamkan apa yang Allah halalkan (maka itulah yang dimaksud beribadah kepada mereka).” [HR. At-Tirmidzi dari Adi bin Hatim radhiyallahu’anhu, Ash-Shahihah: 3293]
Oleh karena itu ulama Islam sepakat bahwa orang muslim yang menghalalkan zina menjadi kafir, murtad, keluar dari Islam.
Al-Qodhi ‘Iyadh rahimahullah berkata,
أجمع المسلمون على تكفير كل من استحل القتل، أو شرب الخمر، أو الزنا مما حرم الله، بعد علمه بتحريمه
“Ulama Islam seluruhnya sepakat atas pengkafiran setiap orang yang menghalalkan yang Allah haramkan seperti pembunuhan, atau minum khamar, atau zina, setelah ia mengetahui keharamannya.” [Asy-Syifa, 2/1073]
Video
Audio
Download (Durasi: 1:21:50| 19MB)
22. Cinta kepada Allah dan Konsekuensinya (Bab 6 Dalil Ke 4-5)
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَمِنَ النَّاسِ مَن يَتَّخِذُ مِن دُونِ اللَّـهِ أَندَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّـهِ ۖ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِّلَّـهِ
“Di antara manusia ada yang menjadikan tuhan-tuhan tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah, adapun orang-orang yang beriman lebih besar cintanya kepada Allah.” [Al-Baqarah: 165]
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ قَالَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَكَفَرَ بِمَا يُعْبَدُ مِنْ دُوْنِ اللهِ حَرُمَ مَالُهُ وَدَمُهُ وَحِسَابُهُ عَلَى اللهِ
“Barangsiapa yang mengucapkan ‘Laa ilaaha illallah’ dan mengingkari sesembahan selain Allah, maka haram harta dan darahnya, adapun perhitungannya terserah kepada Allah.” [HR. Muslim dari Abu Malik Al-Asyja’i radhiyallahu’anhu]
Video
Audio
Download (Durasi: 1:17:33| 19MB)
23. Mengenal Kaidah “Sebab” Agar Selamat dari Syirik (Bab 7 Dalik Ke 1-2)
Saudaraku rahimakumullah, wajib kita meyakini hanya Allah ‘azza wa jalla yang Maha Mampu menciptakan dan menetapkan segala sesuatu.
Termasuk menciptakan atau menetapkan sesuatu sebagai sebab kemanfaatan atau sebab kemudaratan. Maka barangsiapa meyakini sesuatu sebagai sebab padahal Allah tidak menciptakan atau menetapkannya sebagai sebab adalah termasuk kesyirikan. Dan menyerupai keyakinan orang-orang musyrik jahiliyah dahulu terhadap berhala yang mereka sembah dan jimat yang mereka gunakan.
Allah ‘azza wa jalla berfirman,
قُلْ أَفَرَأَيْتُم مَّا تَدْعُونَ مِن دُونِ اللَّـهِ إِنْ أَرَادَنِيَ اللَّـهُ بِضُرٍّ هَلْ هُنَّ كَاشِفَاتُ ضُرِّهِ أَوْ أَرَادَنِي بِرَحْمَةٍ هَلْ هُنَّ مُمْسِكَاتُ رَحْمَتِهِ ۚ قُلْ حَسْبِيَ اللَّـهُ ۖ عَلَيْهِ يَتَوَكَّلُ الْمُتَوَكِّلُونَ
“Katakanlah (wahai Muhammad kepada orang-orang musyrik): Terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu sembah selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan kemudharatan kepadaku, apakah berhala-berhala itu dapat menghilangkan kemudharatan itu? Atau jika Allah menghendaki untuk melimpahkan rahmat kepadaku apakah mereka mampu menahan rahmat-Nya? Katakanlah: Cukuplah Allah bagiku, hanya kepada-Nyalah orang-orang yang berserah diri bertawakkal.” [Az-Zumar: 38]
Dari Sahabat yang Mulia ‘Imron bin Hushain radhiyallahu’anhu,
أن النبي -صلى الله عليه وسلم- رأى رجلاً في يده حلقة من صُفر، فقال: (ما هذه؟ ) قال: من الواهنة، فقال: اِنْزَعْهَا فَإِنَّهَا لاَ تَزِيْدُكَ إِلاَّ وَهْنًا، فَإِنَّكَ لَوْ مِتَّ وَهِيَ عَلَيْكَ مَا أَفْلَحْتَ
“Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat seorang laki-laki memakai gelang yang terbuat dari kuningan, kemudian beliau bertanya: Apakah itu? Laki-laki itu menjawab: Gelang penangkal penyakit. Maka Nabi shallallaahu’alaihi wa sallam bersabda: Lepaskan gelang itu, karena sesungguhnya ia tidak akan menambah kepadamu kecuali kelemahan, dan jika kamu mati sedangkan gelang itu masih kamu kenakan maka kamu tidak akan beruntung selama-lamanya.” [HR. Ahmad]
Memahami KAIDAH “SEBAB” sangat penting sekali, karena dengannya insya Allah kita dapat mengenali berbagai bentuk dosa syirik.
Video
Download (Durasi: 1:37:38| 22MB)
24. Hukum Jimat dalam Islam (Bab 7 Dalil Ke 3-4)
Menggunakan atau mempercayai jimat termasuk syirik, dilihat dari dua sisi:
1. Syirik dalam rububiyah, yaitu meyakini jimat bisa memberi atau menjadi sebab kemanfaatan atau menolak mudarat.
2. Syirik dalam uluhiyah, yaitu bergantung hati kepada selain Allah ‘azza wa jalla.
APAKAH SYIRIK BESAR ATAU SYIRIK KECIL?
1. Syirik besar jika diyakini jimat tersebut dapat berpengaruh dengan sendirinya, bukan Allah yang menetapkan.
2. Syirik kecil jika diyakini jimat itu hanya sebab, dan Allah yang memberikan pengaruh.
Mengapa masih dihukumi syirik kecil padahal hanya diyakini sebagai sebab?
Karena seakan-akan meyakini ada selain Allah yang dapat menentukan sesuatu sebagai sebab.
DALIL-DALIL SYIRIKNYA JIMAT
Rasulullah shallallahu‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ تَعَلَّقَ تَمِيْمَةً فَلاَ أَتَمَّ اللهُ لَهُ، وَمَنْ تَعَلَّقَ وَدَعَةً فَلاَ وَدَعَ اللهُ لَه. وفي رواية: مَنْ تَعَلَّقَ تَمِيْمَةً فَقَدْ أَشْرَكَ
“Barangsiapa yang menggantungkan tamimah (jimat) maka Allah tidak akan mengabulkan keinginannya, dan barangsiapa yang menggantungkan wada’ah (jimat batu pantai) maka Allah tidak akan memberikan ketenangan kepadanya”.
Dan dalam riwayat yang lain Rasulullah shallallaahu’alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang menggantungkan tamimah (jimat) maka ia telah berbuat syirik.” [HR. Ahmad dari ‘Uqbah bin Amir radhiyallahu’anhu]
ولابن أبي حاتم عن حذيفة أنه رأى رجلاً في يده خيط من الحمى فقطعه، وتلا قوله: وَمَا يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُمْ بِاللهِ إِلاَّ وَهُم مُّشْرِكُونَ
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Hudzaifah radhiyallahu’anhu, bahwa beliau melihat seorang laki-laki yang di tangannya ada benang untuk mengobati sakit panas, maka beliau putuskan benang itu seraya membaca firman Allah subhanahu wa ta’ala,
وَمَا يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُم بِاللَّـهِ إِلَّا وَهُم مُّشْرِكُونَ
“Dan tidaklah kebanyakan mereka beriman, kecuali dalam keadaan mempersekutukan Allah.” [Yusuf: 106]
Video
Audio
Download (Durasi: 1:10:27| 16MB)
25. Hukum Ruqyah, Tata Caranya dan Kemungkaran-kemungkarannya (Pengantar Bab 8)
Meruqyah bukan sesuatu yang sulit, bukan pula sesuatu yang hanya bisa dilakukan oleh segelintir orang, tidak pula membutuhkan kemampuan khusus layaknya seorang dukun.
Dan sampai saat ini kami belum pernah mendengarkan para ulama sejak masa Salaf sampai hari ini yang mengadakan PELATIHAN RUQYAH, tidak pula pelatihan ruqyah massal atau pelatihan ruqyah mandiri, seperti pelatihan-pelatihan yang ditekuni oleh sebagian orang hari ini.
MAKNA RUQYAH
Asy-Syaikhul ‘Allamah Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan hafizhahullah berkata,
والرُّقْيَة: القراءة على المريض
“Ruqyah adalah bacaan untuk mengobati orang yang sakit.” [I’aanatul Mustafid, 1/150]
Inilah makna ruqyah yang dipahami ulama dari dalil-dalil syar’i, yaitu untuk pengobatan terhadap orang sakit. Kami belum mendapatkan para ulama mengajarkan RUQYAH RUMAH, RUQYAH BRANKAS, apalagi RUQYAH LANGIT untuk memindahkan hujan.
CARA MERUQYAH
Disebutkan dalam fatwa Al-Lajnah Ad-Daimah,
وهي تكون بالقراءة والنفث على المريض، سواء كان يرقي نفسه أو يرقيه غيره، ومنها قراءة القرآن في الماء للمريض وشربه إياه
“Cara meruqyah adalah dengan membaca dan meniup kepada orang yang sakit, sama saja ketika ia meruqyah dirinya atau meruqyah orang lain, dan diantara caranya adalah membaca Al-Qur’an di air untuk orang sakit dan meminumkan air tersebut kepadanya.” [Fatawa Al-Lajnah Ad-Daimah, 1/88 no. 16951]
Asy-Syaikh Ibnu Baz rahimahullah berkata,
الرقية تكون على المريض بالنفث عليه، وتكون في ماء يشربه المريض أو يتروش به
“Meruqyah orang yang sakit adalah dengan meniupnya (setelah membaca), dan boleh juga dengan membaca pada air dan si sakit meminumnya atau mandi dengannya.” [Fatawa Nur ‘alad Darb, 1/329]
Video
Audio
Download (Durasi: 1:11:31| 16MB)
26. Tipu Daya Dukun dalam Ruqyah dan Jimat (Bab 8 Dalik ke 1-2)
Dari Sahabat yang Mulia Abu Basyir Al-Anshori radhiyallaahu’anhu, bahwasanya beliau pernah bersama Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam dalam suatu perjalanan, lalu Nabi shallallahu’alaihi wa sallam mengirim seorang utusan untuk menyampaikan pesan,
أَنْ لاَ يَبْقَيَنَّ فِيْ رَقَبَةِ بَعِيْرٍ قِلاَدَةً مِنْ وَتَرٍ أَوْ قِلاَدَةٍ إِلاَّ قُطِعَتْ
“Agar tidak terdapat lagi di leher unta, kalung dari tali busur panah atau kalung apa pun kecuali harus diputuskan.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Basyir Al-Anshori radhiyallaahu’anhu]
Rasulullah shallallahu‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الرُّقَى وَالتَّمَائِمَ وَالتِّوَلَةَ شِرْكٌ
“Sesungguhnya ruqyah (jampi-jampi), tamimah (jimat) dan tiwalah (pelet) adalah syirik.” [HR. Ahmad dan Abu Dawud dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu]
Video
Audio
Download (Durasi: 1:22:45| 19MB)
27. Bahaya Bergantung kepada Selain Allah (Bab 8 Dalik ke 3-6)
Rasulullah shallallahu‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ تَعَلَّقَ شَيْئًا وُكِلَ إِلَيْهِ
“Barangsiapa bergantung kepada sesuatu, maka akan dibiarkan kepadanya.” [HR. Ahmad dan At-Turmudzi dari Abdullah bin ‘Ukaim radhiyallahu’anhu]
Rasulullah shallallaahu’alaihi wa sallam bersabda kepada Ruwaifi’,
يَا رُوَيْفِعُ، لَعَلَّ الحَيَاةَ تَطُوْلُ بِكَ، فَأَخْبِرِ النَّاسَ أَنَّ مَنْ عَقَدَ لِحْيَتَهُ، أَوْ تَقَلَّدَ وِتْرًا، أَوْ اسْتَنْجَى بِرَجِيْعِ دَابَّةٍ أَوْ عَظْمٍ، فَإِنَّ مُحَمَّدًا بَرٍيْءٌ مِنْهُ
“Wahai Ruwaifi’, engkau akan berumur panjang, oleh karena itu sampaikanlah kepada orang-orang bahwa barangsiapa yang menggulung jenggotnya, atau memakai kalung dari tali busur panah, atau beristinja dengan kotoran binatang atau tulang, maka sesungguhnya Muhammad berlepas diri darinya.” [HR. Ahmad dari Ruwaifi’ radhiyallahu’anhu]
Tabi’in yang Mulia Sa’id bin Jubair rahimahullah berkata,
من قطع تميمة من إنسان كان كعِدل رقبة
“Barangsiapa yang memotong tamimah (jimat) dari seseorang, maka seperti memerdekakan seorang budak.” [Diriwayatkan Waki’]
Tabi’in yang Mulia Ibrahim An-Nakha’i rahimahullah berkata,
كانوا يكرهون التمائم كلها من القرآن وغير القرآن
“Mereka (para sahabat dan tabi’in) tidak mengizinkan segala jenis jimat, baik dari Al-Qur’an maupun dari selain Al-Qur’an.” [Diriwayatkan Waki’]
Video
Audio
Download (Durasi: 1:25:35| 20MB)
28. Mencari Berkah yang Terlarang dan yang Disyari’atkan (Pengantar Bab 9)
Saudaraku rahimakumullah, hanya Allah ‘azza wa jalla yang Maha Mampu menetapkan sesuatu memiliki berkah;
1. Barangsiapa meyakini ada selain Allah yang bisa memberikan keberkahan, maka ia telah berbuat syirik.
2. Barangsiapa meyakini ada selain Allah yang bisa menentukan sebab keberkahan, maka ia telah berbuat syirik.
3. Barangsiapa meyakini sesuatu adalah sebab keberkahan, padahal Allah tidak menetapkannya maka ia telah berbuat syirik.
Agar selamat dari syirik dan penyimpangan dalam mencari berkah maka tiga hal yang dibutuhkan:
1. Adanya dalil yang menunjukkan keberkahannya.
2. Mengikuti dalil dalam cara mencari berkahnya.
3. Meyakini sesuatu yang memiliki berkah tersebut hanyalah sebab, dan yang memberikan keberkahan hanya Allah ‘azza wa jalla.
Video
Audio
Download (Durasi: 1:03:41| 15MB)
29. Mencari Berkah dari Benda-benda Termasuk Syirik (Bab 9 Dalil Ke 1-2)
Allah ‘azza wa jalla berfirman,
أَفَرَأَيْتُمُ اللَّاتَ وَالْعُزَّى، وَمَنَاةَ الثَّالِثَةَ الْأُخْرَى، أَلَكُمُ الذَّكَرُ وَلَهُ الْأُنثَى، تِلْكَ إِذًا قِسْمَةٌ ضِيزَى، إِنْ هِيَ إِلَّا أَسْمَاء سَمَّيْتُمُوهَا أَنتُمْ وَآبَاؤُكُم مَّا أَنزَلَ اللهُ بِهَا مِن سُلْطَانٍ إِن يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَمَا تَهْوَى الْأَنفُسُ وَلَقَدْ جَاءهُم مِّن رَّبِّهِمُ الْهُدَى
“Maka apakah patut kalian (hai orang-orang musyrik) menganggap Al-Lata, Al-Uzza dan Manat yang ketiga.
Apakah (patut) untuk kamu (anak) laki- laki dan untuk Allah (anak) perempuan? yang demikian itu tentulah suatu pembagian yang tidak adil.
Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang diada-adakan oleh kamu dan bapak-bapak kamu; Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun untuk (menyembah)nya.
Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaa-sangkaan dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka; padahal sesungguhnya tidak datang kepada mereka petunjuk dari Rabb mereka.” [An-Najm: 19-23]
Sahabat yang Mulia Abu Waqid Al-Laitsi radhiyallahu’anhu menuturkan,
خرجنا مع رسول الله -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- إلى حُنَين ونحن حُدَثاء عهد بكفر وللمشركين سِدْرة يعكُفون عندها ويَنُوطُون بها أسلحتهم يقال لها: ذات أنواط. فمررنا بسِدْرة فقلنا يا رسول الله، اجعل لنا ذاتَ أنواط كما لهم ذاتُ أنواط. فقال رسول الله -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-: “الله أكبر -إنها السُّنَن- قلتم والذي نفسي بيده كما قالت بنو إسرائيل لموسى: {اجْعَل لَّنَا إِلَهًا كَمَا لَهُمْ آلِهَةٌ قَالَ إِنَّكُمْ قَوْمٌ تَجْهَلُونَ} [الأعراف: 138] لتركبُن سَنَنَ من كان قبلكم” رواه الترمذي وصححه.
“Kami keluar bersama Rasulullah shallallaahu’alaihi wa sallam menuju Hunain, dan kami baru saja lepas dari kekafiran (masuk Islam), dan orang-orang musyrik memiliki sebuah pohon sidrah yang dikenal dengan Dzatu Anwath, mereka selalu berdiam diri dan menggantungkan senjata-senjata perang mereka pada pohon tersebut (untuk mencari berkah).
Ketika kami melewati pohon tersebut, maka kami berkata: Wahai Rasulullah, tetapkanlah untuk kami Dzatu anwath sebagaimana milik mereka.
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Allahu Akbar, sungguh itu tradisi (orang-orang kafir sebelum kalian), demi Allah yang jiwaku ada di tangan-Nya, kalian benar-benar telah mengatakan suatu perkataan seperti yang dikatakan oleh Bani Israel kepada Musa: Buatkanlah untuk kami sesembahan sebagaimana sesembahan mereka, Musa menjawab: Sungguh kalian adalah kaum yang bodoh (Al-A’rof: 138). Kalian pasti akan mengikuti tradisi orang-orang kafir sebelum kalian.” [HR. At-Tirmidzi, dan beliau menshahihkannya]
Video
Audio
Download (Durasi: 1:26:26| 20MB)
30. Tumbal dan Sesajen, Tradisi Syirik Warisan Jahiliyah (Bab 10 Dalil Ke 1-2)
Allah ‘azza wa jalla berfirman,
قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّـهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، لَا شَرِيكَ لَهُ ۖ وَبِذَٰلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ
“Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, penyembelihanku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah, Rabb seluruh makhluk, tiada sekutu bagi-Nya, demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang muslim yang pertama.” [Al-An’am: 162-163]
Allah ‘azza wa jalla juga berfirman,
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
“Maka dirikanlah shalat untuk Rabbmu, dan sembelihlah kurban (untuk-Nya).” [Al-Kautsar: 2]
Video
Audio
Download (Durasi: 1:27:45| 20MB)
31. Empat Pelaku Dosa yang Dilaknat Allah ‘Azza wa Jalla (Bab 10 Dalil ke 3)
Rasulullah shallallaahu’alaihi wa sallam bersabda,
لَعَنَ اللهُ مَنْ ذَبَحَ لِغَيْرِ اللهِ، لَعَنَ اللهُ مَنْ لَعَنَ وَالِدَيْهِ، لَعَنَ اللهُ مَنْ آوَى مُحْدِثًا، لَعَنَ اللهُ مَنْ غَيَّرَ مَنَارَ الأَرْضِ
(01) Allah melaknat Orang yang menyembelih untuk selain Allah,
(2) Allah melaknat orang yang melaknat kedua orang tuanya,
(3) Allah melaknat orang yang melindungi pelaku dosa,
(4) dan Allah melaknat orang yang merubah tanda batas tanah.”
[HR. Muslim dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu’anhu]
Video
Audio
Download (Durasi: 1:15:51| 17MB)
32. Orang yang Masuk Surga dan Masuk Neraka karena Seekor Lalat (Bab 10 Dalil ke 4)
Thariq bin Syihab radhiallahu‘anhu menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu‘alaihi wa sallam bersabda,
دَخَلَ الْجَنَّةَ رَجُلٌ فِيْ ذُبَابٍ, وَدَخَلَ النَّارَ رَجُلٌ فِيْ ذُبَابٍ، قَالُوْا: وَكَيْفَ ذَلِكَ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: مَرَّ رَجُلاَنِ عَلَى قَوْمٍ لَهُمْ صَنَمٌ لاَ يَجُوْزُهُ أَحَدٌ حَتَّى يُقَرِّبَ لَهُ شَيْئًا، فَقَالُوْا لأَحَدِهِمَا: قَرِّبْ، قَالَ: لَيْسَ عِنْدِيْ شَيْءٌ أُقَرِّبُ، قَالُوْا لَهُ: قَرِّبْ وَلَوْ ذُبَابًا، فَقَرَّبَ ذُبَابًا فَخَلُّوْا سَبِيْلَهُ فَدَخَلَ النَّارَ، وَقَالُوْا لِلآخَرِ: قَرِّبْ، فَقَالَ: مَا كُنْتُ لأُقَرِّبَ ِلأحَدٍ شَيْئًا دُوْنَ اللهِ U، فَضَرَبُوْا عُنُقَهُ فَدَخَلَ الْجَنَّةَ
“Ada seseorang yang masuk surga karena seekor lalat, dan ada yang masuk neraka karena seekor lalat pula. Para sahabat bertanya: Bagaimana itu bisa terjadi wahai Rasulullah? Beliau menjawab:
Ada dua orang berjalan melewati sekelompok orang yang memiliki berhala, mereka tidak membolehkan seorang pun lewat kecuali dengan mempersembahkan hewan sembelihan untuk berhala mereka, maka mereka berkata kepada salah satu di antara kedua orang tadi: Persembahkanlah sesuatu untuk berhala kami!
Ia menjawab: Aku tidak memiliki seekor hewan pun yang bisa aku persembahkan untuknya. Mereka berkata lagi: Persembahkan untuknya walau seekor lalat! Maka ia mempersembahkan untuknya seekor lalat, mereka pun melepaskannya untuk meneruskan perjalanannya, maka ia masuk ke neraka karena perbuatan itu.
Kemudian mereka berkata lagi kepada orang kedua: Persembahkalah sesuatu untuk berhala kami! Ia menjawab: Aku tidak akan mempersembahkan apa pun untuk siapa pun selain Allah. Mereka pun memenggal lehernya, maka ia masuk ke surga.” [HR. Ahmad]
Video
Audio
Download (Durasi: 1:00:18| 14MB)
33. Kisah Masjid Kaum Munafik (Bab 11 Dalil ke 1)
Allah ‘azza wa jalla berfirman,
وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مَسْجِدًا ضِرَارًا وَكُفْرًا وَتَفْرِيقًا بَيْنَ الْمُؤْمِنِينَ وَإِرْصَادًا لِّمَنْ حَارَبَ اللَّـهَ وَرَسُولَهُ مِن قَبْلُ ۚ وَلَيَحْلِفُنَّ إِنْ أَرَدْنَا إِلَّا الْحُسْنَىٰ ۖ وَاللَّـهُ يَشْهَدُ إِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ
لَا تَقُمْ فِيهِ أَبَدًا ۚ لَّمَسْجِدٌ أُسِّسَ عَلَى التَّقْوَىٰ مِنْ أَوَّلِ يَوْمٍ أَحَقُّ أَن تَقُومَ فِيهِ ۚ فِيهِ رِجَالٌ يُحِبُّونَ أَن يَتَطَهَّرُوا ۚ وَاللَّـهُ يُحِبُّ الْمُطَّهِّرِينَ
“Dan (diantara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudharatan (bagi orang-orang beriman), dan untuk melakukan kekafiran, dan untuk memecah belah antara orang-orang beriman, dan menjadi tempat pengintaian bagi orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu.
Mereka benar-benar bersumpah: Kami tidak menghendaki selain kebaikan.
Dan Allah menjadikan saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta. Janganlah kamu lakukan shalat di masjid itu selama-lamanya. Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar takwa (masjid Nabawi dan Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu lakukan shalat di dalamnya. Di masjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan Allah mencintai orang-orang yang mensucikan diri.” [At-Taubah: 107 –108]
Video
Audio
Download (Durasi: 1:22:40| 19MB)
34. Larangan Menyembelih di Tempat Penyembelihan Kaum Musyrikin (Bab 11 Dalil ke 2)
Sahabat yang Mulia Tsabit bin Dhahhak radhiallahu‘anhu berkata,
نَذَرَ رَجُلٌ أَنْ يَذْبَحَ إِبِلاً بِبُوَانَةَ، فَسَأَلَ النَّبِيَّ ﷺ فَقَالَ: هَلْ كَانَ فِيْهَا وَثَنٌ مِنْ أَوْثَانِ الْجَاهِلِيَّةِ يُعْبَدُ؟ قَالُوْا: لاَ، قَالَ: فَهَلْ كَانَ فِيْهَا عِيْدٌ مِنْ أَعْيَادِهِمْ؟ قَالُوْا: لاَ، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ﷺ: أَوْفِ بِنَذْرِكَ؛ فَإِنَّهُ لاَ وَفَاءَ لِنَذْرٍ فِيْ مَعْصِيَةِ اللهِ وَلاَ فِيْمَا لاَ يَمْلِكُ ابْنُ آدَمَ
“Ada seseorang yang bernadzar akan menyembelih unta di Buwanah, lalu ia bertanya kepada Rasulullah ﷺ, maka Nabi ﷺ bertanya: Apakah di tempat itu ada berhala-berhala yang pernah disembah oleh orang-orang Jahiliyah? Para sahabat menjawab: Tidak. Nabi ﷺ bertanya lagi: Apakah di tempat itu pernah dirayakan hari raya mereka? Para sahabat menjawab: Tidak. Maka Nabi ﷺ menjawab: Kalau begitu tunaikan nadzarmu, karena nadzar tidak boleh ditunaikan apabila mengandung maksiat kepada Allah, dan dalam hal yang tidak dimiliki oleh anak Adam.” [HR. Abu Daud, dan sanadnya sesuai syarat Al-Bukhari dan Muslim]
Video
Audio
Download (Durasi: 1:10:29| 16MB)
35. Bernazar untuk Selain Allah Termasuk Syirik (Bab 12 Dalil ke 1-3)
Allah ta’ala berfirman,
يوفُونَ بِالنَّذْرِ وَيَخَافُونَ يَوْمًا كَانَ شَرُّهُ مُسْتَطِيرًا
“Mereka menepati nazar, dan takut akan suatu hari yang azabnya merata di mana-mana.” [Al-Insan: 7]
Allah ta’ala juga berfirman,
وَمَا أَنفَقْتُم مِّن نَّفَقَةٍ أَوْ نَذَرْتُم مِّن نَّذْرٍ فَإِنَّ اللَّـهَ يَعْلَمُهُ
“Dan apapun yang kalian nafkahkan, dan apapun yang kalian nazarkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.” [Al-Baqarah: 270]
Rasulullah shallallaahu’alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ نَذَرَ أَنْ يُطِيْعَ اللهَ فَلْيُطِعْهُ، وَمَنْ نَذَرَ أَنْ يَعْصِيَ اللهَ فَلاَ يَعْصِهِ
“Barangsiapa bernazar untuk menaati Allah maka ia wajib menaati-Nya, dan barangsiapa bernazar untuk bermaksiat kepada Allah maka janganlah ia bermaksiat kepada-Nya.” [HR. Al-Bukhari dari Aisyah radhiyallahu’anha]
Video
Audio
Download (Durasi: 58:26| 13MB)
36. MENYINGKAP TIPU DAYA JIN DAN DUKUN (Bab 13 Dalil ke 1)
Allah ‘azza wa jalla berfirman,
وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِّنَ الْإِنسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِّنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا
“Bahwa ada beberapa orang laki-laki dari manusia yang meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki dari jin, maka jin-jin itu hanya menambah rasa takut dan kelemahan.” [Al-Jin: 6]
Al-Imam Ibnu Abi Hatim rahimahullah meriwayatkan dengan sanadnya dari Ikrimah rahimahullah, beliau berkata,
كان الجن يَفْرَقُون من الإنس كما يفرَق الإنس منهم أو أشد، وكان الإنس إذا نزلوا واديا هرب الجن، فيقول سيد القوم: نعوذ بسيد أهل هذا الوادي.فقال الجن: نراهم يفرقون منا كما نفرق منهم. فدنوا من الإنس فأصابوهم بالخبل والجنون
“Dahulu jin lari dari manusia (karena takut) sebagaimana manusia lari dari jin, atau bahkan lebih takut lagi. Dan ketika manusia mendatangi lembah tertentu maka jin pun lari, lalu pemimpin kaum manusia (yang melewati lembah tersebut) berkata, “Kami berlindung dengan penguasa (jin) yang menghuni lembah ini,” maka jin berkata, “Kita lihat mereka (manusia) takut kepada kita sebagaimana kita takut kepada mereka.” Lalu para jin mulai mendekat kepada manusia dan menimpakan penyakit gila dan linglung (kesurupan).” [Tafsir Ibnu Katsir, 8/239]
Video
Audio
Download (Durasi: 1:14:57| 17MB)
37. Agar Terlindung dari Semua Bahaya (Bab 13 Dalil ke 2)
Rasulullah shallallaahu’alaihi wa sallam bersabda,
مَن نَزَلَ مَنْزِلًا، ثُمَّ قالَ: أَعُوذُ بكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِن شَرِّ ما خَلَقَ، لَمْ يَضُرَّهُ شيءٌ، حتَّى يَرْتَحِلَ مِن مَنْزِلِهِ ذلكَ
“Barangsiapa mendatangi suatu tempat, kemudian ia membaca:
أَعُوذُ بكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِن شَرِّ ما خَلَقَ
Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari keburukan makhluk-Nya.
Maka tidak ada yang membahayakannya sampai ia meninggalkan tempat tersebut.” [HR. Muslim dari Khaulah binti Hakim radhiyallahu’anha]
Video
Audio
Download (Durasi: 1:12:57| 17MB)
38. Syirik Istighatsah dan Berdoa kepada Selain Allah ‘Azza wa Jalla (Bab 14 Dalil ke 1-2)
Allah ‘azza wa jalla berfirman,
وَلَا تَدْعُ مِن دُونِ ٱللَّهِ مَا لَا يَنفَعُكَ وَلَا يَضُرُّكَ ۖ فَإِن فَعَلْتَ فَإِنَّكَ إِذًا مِّنَ ٱلظَّٰلِمِينَ
“Dan janganlah kamu berdoa kepada selain Allah; yang tidak bisa memberi manfaat dan tidak pula menimpakan mudharat kepadamu; sebab jika kamu melakukannya maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zalim.” [Yunus: 106]
Allah ‘azza wa jalla juga berfirman,
وَإِن يَمْسَسْكَ ٱللَّهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُۥٓ إِلَّا هُوَ ۖ وَإِن يُرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلَا رَآدَّ لِفَضْلِهِۦ ۚ يُصِيبُ بِهِۦ مَن يَشَآءُ مِنْ عِبَادِهِۦ ۚ وَهُوَ ٱلْغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ
“Dan apabila Allah menimpakan suatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagimu, maka tak ada yang dapat menghalangi anugerah-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya dan Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [Yunus: 107]
Video
Audio
Download (Durasi: 54:14| 13MB)
39. Rezeki dan Segala Nikmat dari Allah Semata, Berdoalah dan Beribadahlah Hanya kepada-Nya (Bab 14 Dalil ke 3-4)
Allah tabaroka wa ta’ala berfirman,
إِنَّ الَّذِينَ تَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللَّهِ لَا يَمْلِكُونَ لَكُمْ رِزْقًا فَابْتَغُوا عِندَ اللَّهِ الرِّزْقَ وَاعْبُدُوهُ وَاشْكُرُوا لَهُ ۖ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
“Sesungguhnya mereka yang kamu sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rezeki kepadamu, maka mintalah rezeki itu kepada Allah dan sembahlah Dia (saja) serta bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada-Nya kamu akan dikembalikan.” [Al-Ankabut: 17]
Allah tabaroka wa ta’ala juga berfirman,
وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّن يَدْعُو مِن دُونِ اللَّهِ مَن لَّا يَسْتَجِيبُ لَهُ إِلَىٰ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَهُمْ عَن دُعَائِهِمْ غَافِلُونَ، وَإِذَا حُشِرَ النَّاسُ كَانُوا لَهُمْ أَعْدَاءً وَكَانُوا بِعِبَادَتِهِمْ كَافِرِينَ
“Dan tiada yang lebih sesat daripada orang yang berdoa kepada selain Allah, yang tiada dapat mengabulkan permohonannya sampai hari kiamat dan sembahan-sembahan itu lalai dari permohonan mereka. Dan apabila manusia dikumpulkan (di hari kiamat) maka sembahan-sembahan itu menjadi musuh mereka dan mengingkari peribadahan mereka.” [Al-Ahqaf: 5-6]
Video
Audio
Download (Durasi: 42:03| 10MB)
40. Hanya Allah ‘Azza wa Jalla yang Menghilangkan Segala Kesusahan (Bab 14 Dalil ke 5-6)
Allah ‘azza wa jalla berfirman,
أَمَّن يُجِيبُ الْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوءَ وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَاءَ الْأَرْضِ ۗ أَإِلَٰهٌ مَّعَ اللَّهِ ۚ قَلِيلًا مَّا تَذَكَّرُونَ
“Maka siapakah yang mengabulkan doa orang yang kesulitan saat ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan, dan yang menjadikan kamu sebagai khalifah di bumi? Adakah sesembahan (yang haq) selain Allah? Amat sedikit kamu mengingat.” [An-Naml: 62]
Al-Imam Ath-Thabarani rahimahullah meriwayatkan dengan sanad beliau,
أنه كان في زمن النبي ﷺ منافق يؤذي المؤمنين، فقال بعضهم: قوموا بنا نستغيث برسول الله ﷺ من هذا المنافق، فقال النبي ﷺ: إِنَّهُ لاَ يُسْتَغَاثُ بِيْ وَإِنَّمَا يُسْتَغَاثُ بِاللهِ
“Di zaman Nabi ﷺ ada seorang munafik yang selalu menyakiti kaum mukminin, maka seseorang berkata: Mari kita beristighatsah kepada Rasulullah ﷺ dari orang munafik ini, maka Nabi ﷺ bersabda: Sesungguhnya tidak boleh beristighatsah kepadaku, beristighatsah hanya boleh kepada Allah.”
Video
Audio
Download (Durasi: 1:17:48| 18MB)
41. Batilnya Kesyirikan dan Bukti Kebodohan Orang Musyrik (Bab 15 Dalil ke 1-2)
Allah tabaroka wa ta’ala berfirman,
أَيُشْرِكُونَ مَا لَا يَخْلُقُ شَيْئًا وَهُمْ يُخْلَقُونَ ، وَلَا يَسْتَطِيعُونَ لَهُمْ نَصْرًا وَلَا أَنفُسَهُمْ يَنصُرُونَ
“Apakah mereka mempersekutukan Allah dengan berhada-berhala yang tak dapat menciptakan apa pun? Sedangkan berhala-berhala itu sendiri adalah makhluk. Dan berhala-berhala itu tidak mampu memberi pertolongan kepada para penyembahnya, dan kepada dirinya sendiri pun berhala-berhala itu tidak dapat memberi pertolongan.” [Al-A’raf: 191-192]
Allah subhanahu wa ta’ala juga berfirman,
وَالَّذِينَ تَدْعُونَ مِن دُونِهِ مَا يَمْلِكُونَ مِن قِطْمِيرٍ ، إِن تَدْعُوهُمْ لَا يَسْمَعُوا دُعَاءَكُمْ وَلَوْ سَمِعُوا مَا اسْتَجَابُوا لَكُمْ ۖ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكْفُرُونَ بِشِرْكِكُمْ ۚ وَلَا يُنَبِّئُكَ مِثْلُ خَبِيرٍ
“Dan sesembahan-sesembahan yang kalian mintai selain Allah, tidak memiliki apa-apa walaupun setipis kulit ari. Jika kamu menyeru mereka, maka mereka tidak akan mendengar seruanmu itu; kalaupun mereka mendengar, mereka tidak sanggup mengabulkan permintaanmu; dan pada hari kiamat mereka akan mengingkari kemusyrikanmu, dan tidak ada yang dapat memberikan keterangan kepadamu sebagaimana yang diberikan oleh Yang Maha Mengetahui.” [Fathir: 13-14]
Video
Audio
Download (Durasi: 1:08:27| 16MB)
42. Pelajaran Terpenting dari Perang Uhud (Bab 15 dalil ke 3-4)
Diriwayatkan dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu, beliau berkata,
شُجَّ النَّبِيُّ ﷺ يَوْمَ أُحُدٍ، وَكُسِرَتْ رُبَاعِيَّتَهُ، فَقَالَ: كَيْفَ يُفْلِحُ قَوْمٌ شَجُّوْا نَبِيَّهُمْ، فَنُـزِلَتْ لَيْسَ لَكَ مِنَ الْأَمْرِ شَيْءٌ
“Terluka kepala Nabi ﷺ di perang Uhud dan pecah gigi seri beliau, maka beliau bersabda: ‘Bagaimana akan beruntung suatu kaum yang melukai Nabi mereka?’ Kemudian turunlah ayat: ‘Tak ada hak apapun bagimu wahai Muhammad, dalam urusan mereka itu’ (Ali Imran: 128).”
Dan diriwayatkan dalam Shahih Al-Bukhari dari Ibnu Umar radhiyallahu’anhuma bahwa beliau mendengar Rasulullah ﷺ membaca doa ketika bangkit dari ruku’ di raka’at terakhir shalat Shubuh,
اللَّهُمَّ الْعَنْ فُلاَنًا وَفُلاَناً، بَعْدَ مَا يَقُوْلُ: سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ، فَأَنْزَلَ الله: لَيْسَ لَكَ مِنَ الْأَمْرِ شَيْءٌ
“Ya Allah, laknatlah fulan dan fulan. Beliau membacanya setelah mengucapkan: ‘sami’allaahu liman hamidah, robbana lakal hamd’ maka turunlah firman Allah: ‘Tak ada hak apapun bagimu wahai Muhammad, dalam urusan mereka itu’ (Ali Imron: 128).”
Dalam riwayat yang lain, “Beliau mendoakan laknat Allah atas Shafwan bin Umayah, Suhail bin Amr, dan Al Harits bin Hisyam, maka turunlah ayat, ‘Tak ada hak apapun bagimu wahai Muhammad, dalam urusan mereka itu’ (Ali Imron: 128).”
Video
Audio
Download (Durasi: 1:22:08| 19MB)
43. Kisah Awal Nabi ﷺ Berdakwah Terang-terangan (Bab 15 dalil ke 5)
Dan dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, beliau berkata,
قام رسول الله صلى الله عليه وسلم حين أنزل عليه: {وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الأَقْرَبِينَ} فقال: يا معشر قريش – أو كلمة نحوها – اشتروا أنفسكم، لا أغني عنكم من الله شيئا. يا عباس بن عبد المطلب، لا أغني عنك من الله شيئا. يا صفية عمة رسول الله صلى الله عليه وسلم، لا أغني عنك من الله شيئا. ويا فاطمة بنت محمد، سليني من مالي ما شئت، لا أغني عنك من الله شيئا
“Ketika diturunkan kepada Rasulullah ﷺ firman Allah,
وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ
“Dan berilah peringatan kepada keluargamu yang terdekat.” (Asy-Syu’ara: 214)
Beliau berdiri dan bersabda: Wahai orang-orang Quraisy, tebuslah diri kamu sekalian (dari siksa Allah dengan memurnikan ibadah kepadaNya), sedikitpun aku tidak bisa berbuat apa-apa di hadapan Allah untuk kalian. Wahai Abbas bin Abdul Muthalib, sedikitpun aku tidak bisa berbuat apa-apa untukmu di hadapan Allah, wahai Shafiyah bibi Rasulullah, sedikitpun aku tidak bisa berbuat apa-apa untukmu di hadapan Allah nanti, wahai Fatimah binti Rasulillah, silakan minta harta yang aku miliki semaumu, tapi sedikitpun aku tidak bisa berbuat apa-apa untukmu di hadapan Allah nanti.”
Video
Audio
Download (Durasi: 1:10:34| 16MB)