بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
? SEKILAS TENTANG KHAWARIJ, DAHULU DAN SEKARANG: MENCELA PEMERINTAH KARENA PAKAIAN TIPIS HINGGA KAOS KAKI
✅ Dahulu, kaum khawarij mengkritik para penguasa muslim secara terbuka, demikian pula sekarang.
✅ Dahulu, kaum khawarij memerangi kaum muslimin setelah mereka kafirkan, demikian pula sekarang.
✅ Dahulu, kaum khawarij menghalalkan darah kaum muslimin, demikian pula sekarang.
➡ Asy-Syaikh Al-‘Allamah Shalih Al-Fauzan hafizhahullah berkata,
ومن اتصف بخصلة من خصالهم فهو منهم :
- الذي يخرج على ولي الأمر هذا من الخوارج.
- الذي يكفر بالكبيرة هذا من الخوارج.
- الذي يستحل دماء المسلمين هذا من الخوارج.
- الذي يجمع بين الأمور الثلاثة هذا هو أشد أنواع الخوارج.
“Barangsiapa mengadopsi salah satu sifat Khawarij tersebut maka ia bagian dari mereka:
-
Siapa yang memberontak kepada pemerintah maka ia termasuk Khawarij.
-
Siapa yang mengkafirkan pelaku dosa besar maka ia termasuk Khawarij.
-
Siapa yang menghalalkan darah kaum muslimin maka ia termasuk Khawarij.
-
Siapa yang mengumpulkan tiga perkara tersebut maka ia termasuk jenis Khawarij yang paling parah.” [Mauqi’ Al-Fauzan hafizhahullah]
➡ Inilah Mirdas Abu Bilal, seorang ahli ibadah namun sayang berpaham khawarij, ia mengkritik pakaian yang dikenakan seorang gubernur di masanya, demikian pula orang yang memiliki pemahaman khawarij sekarang, sampai sholat pake kaos kaki pun dikritik.
✅ Dari Ziyad bin Kusaib Al-‘Adawi rahimahullah, ia berkata,
كَانَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَامِرٍ يَخْطُبُ النَّاسَ عَلَيْهِ ثِيَابٌ رِقَاقٌ مُرَجِّلٌ شَعْرَهُ قَالَ فَصَلَّى يَوْمًا ثُمَّ دَخَلَ قَالَ وَأَبُو بَكْرَةَ جَالِسٌ إِلَى جَنْبِ الْمِنْبَرِ فَقَالَ مِرْدَاسٌ أَبُو بِلاَلٍ : أَلاَ تَرَوْنَ إِلَى أَمِيرِ النَّاسِ وَسَيِّدِهِمْ يَلْبَسُ الرِّقَاقَ وَيَتَشَبَّهُ بِالْفُسَّاقِ فَسَمِعَهُ أَبُو بَكْرَةَ فَقَالَ لاِبْنِهِ الأُصَيْلِعِ ادْعُ لِى أَبَا بِلاَلٍ فَدَعَاهُ لَهُ فَقَالَ أَبُو بَكْرَةَ أَمَا إِنِّى قَدْ سَمِعْتُ مَقَالَتَكَ لِلأَمِيرِ آنِفًا وَقَدْ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ :« مَنْ أَكْرَمَ سُلْطَانَ اللَّهِ أَكْرَمَهُ اللَّهُ وَمَنْ أَهَانَ سُلْطَانَ اللَّهِ أَهَانَهُ اللَّهُ »
? “Dahulu Abdullah bin ‘Amir menyampaikan khutbah kepada manusia dengan mengenakan pakaian tipis lagi tersisir rambutnya. Suatu hari beliau melakukan sholat, kemudian beliau masuk dan Abu Bakrah duduk di samping mimbar. Mirdas Abu Bilal berkata, ‘Tidakkah kalian melihat pemerintah dan pemimpin manusia yang mengenakan pakaian tipis dan menyerupai orang-orang fasik?’ Abu Bakrah mendengarkan ucapannya, lalu ia berkata kepada anaknya yang masih kecil, ‘Panggilkan Abu Bilal’. Lalu ia pun memanggilnya. Abu Bakrah berkata kepadanya, ‘Sungguh aku telah mendengar ucapanmu terhadap amir (pemimpin) tadi, dan sungguh aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda: Barangsiapa yang memuliakan sultan (penguasa) Allah, maka Allah akan memuliakannya, dan barangsiapa yang menghinakan sultan Allah, maka Allah akan menghinakannya.” [HR. At-Tirmidzi dalam Sunan-nya (2224), Ibnu Abi ‘Ashim dalam As-Sunnah (no. 1017-1018), dan Al-Baihaqi dalam As-Sunan Al-Kubro (8/163-164), lihat Ash-Shahihah: 2297]
? #Beberapa_Pelajaran:
1. Pemikiran dan manhaj khawarij serta pengikut-pengikutnya masih ada sampai hari ini, diantaranya adalah mengkritik pemerintah muslim secara terang-terangan, maka tidak sepatutnya seorang Ahlus Sunnah menganggap remeh penyimpangan ini, apalagi cenderung mendukung dan men-share website-website atau media-media yang melakukannya. Bahkan inilah cara khawarij memberontak pertama kali, yaitu yang dilakukan oleh Dzul Khuwaishirah ketika mengingkari Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam secara terbuka.
✅ Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah berkata,
وهذا أكبر دليل على أن الخروج على الإمام يكون بالسيف ويكون بالقول والكلام، يعني: هذا ما أخذ السيف على الرسول صلى الله عليه وسلم، لكنه أنكر عليه
“Dan ini adalah sebesar-besarnya dalil yang menunjukkan bahwa memberontak kepada penguasa bisa jadi dengan senjata, bisa jadi pula dengan ucapan dan kata-kata. Maksudnya, orang ini tidaklah memerangi Rasul -shallallahu’alaihi wa sallam- dengan pedang, akan tetapi ia mengingkari beliau (dengan ucapan di depan umum).” [Fatawa Al-‘Ulama Al-Akabir, hal. 96]
✅ Asy-Syaikh Al-‘Allamah Shalih Al-Fauzan hafizhahullah berkata,
الخروج على الأئمة يكون بالسيف، وهذا أشد الخروج، ويكون بالكلام: بسبهم، وشتمهم، والكلام فيهم في المجالس، وعلى المنابر، هذا يهيج الناس ويحثهم على الخروج على ولي الأمر، وينقص قدر الولاة عندهم، فالكلام خروج
“Memberontak kepada Pemerintah bisa jadi dengan senjata, ini adalah pemberontakan yang paling jelek, dan bisa jadi pula dengan ucapan, yaitu dengan mencaci, mencerca dan berbicara tentang kejelekan Pemerintah di majelis-majelis dan mimbar-mimbar, ini dapat memprovokasi dan mendorong manusia untuk memberontak terhadap pemerintah dan menjatuhkan kewibawaan Pemerintah di mata mereka, maka ucapan adalah pemberontakan.” [Al-Fatawa Asy-Syar’iyyah fil Qodhoya Al-‘Ashriyyah, hal. 107]
2. Semangat dalam menjalankan agama tapi bodoh terhadap ilmu agama dan manhaj yang benar, inilah diantara sebab utama penyimpangan khawarij.
✅ Al-Imam Adz-Dzahabi rahimahullah mengomentari,
أَبُو بِلاَلٍ هَذَا هُوَ مِرْدَاسُ بنُ أُدَيَّةَ خَارِجِيٌّ، وَمِنْ جَهْلِهِ عَدَّ ثِيَابَ الرِّجَالِ الرِّقَاقَ لِبَاسَ الفُسَّاقِ
“Abu Bilal ini adalah Mirdas bin Udayyah seorang khawarij, dan diantara kebodohannya ia menganggap bahwa mengenakan pakaian laki-laki yang tipis adalah pakaiannya orang-orang fasik.” [Siyar A’laamin Nubala’, 11/310]
Karena pakaian tipis bagi laki-laki, jika hanya pakaian luar yang tidak menampakkan aurat, tidak pula ketat, maka tidak mengandung pelanggaran syari’at.
3. Semangat dalam menasihati dan mengingkari kemungkaran pemerintah, tapi tidak tahu dan tidak mau mengikuti petunjuk syari’at dalam melakukannya, inilah diantara sebab utama kesesatan khawarij.
✅ Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam telah mengingatkan,
مَنْ أَرَادَ أَنْ يَنْصَحَ لِذِي سُلْطَانٍ فَلا يُبْدِهِ عَلانِيَةً وَلَكِنْ يَأْخُذُ بِيَدِهِ فَيَخْلُوا بِهِ فَإِنْ قَبِلَ مِنْهُ فَذَاكَ وَإِلا كَانَ قَدْ أَدَّى الَّذِي عَلَيْهِ
“Barangsiapa yang ingin menasihati penguasa, janganlah ia menampakkannya terang-terangan. Akan tetapi hendaklah ia meraih tangan sang penguasa, lalu menyepi dengannya lalu sampaikan nasihatnya. Jika nasihat itu diterima, maka itulah yang diinginkan. Namun jika tidak, maka sungguh ia telah melaksanakan kewajiban (menasihati penguasa).” [HR. Ibnu Abi ‘Ashim dalam As-Sunnah dari ‘Iyadh bin Ganm radhiyallahu’anhu, dishahihkan Al-Muhaddits Asy-Syaikh Al-Albani dalam Zhilalul Jannah: 1096]
✅ Asy-Syaikh Al-‘Allamah Ibnu Baz rahimahullah berkata,
ليس من منهج السلف التشهير بعيوب الولاة , وذكر ذلك على المنابر; لأن ذلك يفضي إلى الفوضى وعدم السمع والطاعة في المعروف , ويفضي إلى الخوض الذي يضر ولا ينفع , ولكن الطريقة المتبعة عند السلف : النصيحة فيما بينهم وبين السلطان , والكتابة إليه , أو الاتصال بالعلماء الذين يتصلون به حتى يوجه إلى الخير
“Bukan termasuk manhaj Salaf, menasihati dengan cara menyebarkan aib-aib penguasa dan menyebutkannya di mimbar-mimbar, sebab yang demikian itu mengantarkan kepada kekacauan dan tidak mendengar dan taat kepada penguasa dalam perkara yang ma’ruf, dan mengantarkan kepada provokasi yang berbahaya dan tidak bermanfaat. Akan tetapi tempuhlah jalan yang telah dilalui oleh Salaf, yaitu nasihat antara mereka dan pemerintah (secara rahasia), dan menulis surat kepada penguasa, atau menghubungi ulama yang memiliki akses kepadanya, sehingga ia bisa diarahkan kepada kebaikan.” [Majmu’ Al-Fatawa, 8/210]
4. Kewajiban memuliakan pemerintah muslim dan bahaya menghina dan merendahkan seorang muslim yang Allah tadirkan sebagai pemimpin kaum muslimin.
✅ Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam telah mengingatkan dalam hadits yang mulia ini,
مَنْ أَكْرَمَ سُلْطَانَ اللَّهِ أَكْرَمَهُ اللَّهُ وَمَنْ أَهَانَ سُلْطَانَ اللَّهِ أَهَانَهُ اللَّهُ
“Barangsiapa yang memuliakan sultan (penguasa) Allah, maka Allah akan memuliakannya, dan barangsiapa yang menghinakan sultan Allah, maka Allah akan menghinakannya.” [HR. At-Tirmidzi dalam Sunan-nya (2224), Ibnu Abi ‘Ashim dalam As-Sunnah (no. 1017-1018), dan Al-Baihaqi dalam As-Sunan Al-Kubro (8/163-164), lihat Ash-Shahihah: 2297]
✅ Al-‘Allamah Al-Munawi rahimahullah berkata,
(وَمن أكْرم سُلْطَان الله فِي الدُّنْيَا) بتوقيره وإجلاله والانقياد إِلَيْهِ وَعدم الْخُرُوج عَلَيْهِ وَإِن جَار (أكْرمه الله يَوْم الْقِيَامَة) بمغفرته وَرفع دَرَجَته
“Barangsiapa yang memuliakan sultan (penguasa) Allah di dunia, artinya adalah menghargainya dan menghormatinya serta tunduk kepadanya dan tidak memberontak terhadapnya walau ia berlaku zalim. Maka Allah akan memuliakannya pada hari kiamat, maksudnya adalah dengan ampunan-Nya dan mengangkat derajatnya.” [At-Taysir bi Syarhil Jaami’ Ash-Shogir, 2/71]
✅ Asy-Syaikh Ibnul ‘Utsaimin rahimahullah berkata,
ومنها: إذا فعل السلطان شيئاً لا يراه هذا الإنسان. قال: انظروا، انظروا ماذا يفعل؟ يريد أن يهون أمر السلطان على الناس؛ لأنه إذا هون أمر السلطان على الناس استهانوا به، ولم يمتثلوا أمره، ولم يجتنبوا نهيه. ولهذا فإن الذي يهين السلطان بنشر معايبه بين الناس وذمه والتشنيع عليه والتشهير به يكون عرضة لأن يهينه الله عزّ وجلّ؛ لأنه إذا أهان السلطان بمثل هذه الأمور؛ تمرد الناس عليه فعصوه، وحينئذٍ يكون هذا سبب شر فيهينه الله عزّ وجلّ
“Dan diantara bentuk menghina penguasa adalah apabila penguasa tersebut melakukan sesuatu yang tidak disetujui oleh orang ini maka ia pun berkata: ‘Lihatlah, lihatlah apa yang penguasa ini lakukan?’ Dia ingin merendahkan urusan penguasa di hadapan orang-orang, karena apabila ia telah berhasil merendahkan urusan penguasa di hadapan orang-orang maka mereka pun merendahkannya dan tidak akan menaati perintahnya serta tidak menjauhi larangannya.
Oleh karena itu, sungguh orang yang menghina penguasa dengan menyebarkan aib-aibnya, mecelanya dan berbuat jelek kepadanya serta menyingkap kejelekan-kejelekannya, maka ia terancam akan dihinakan oleh Allah ‘azza wa jalla. Karena apabila ia menghina penguasa dengan perkara-perkara ini maka akan menyebabkan masyarakat membangkang kepada penguasa tersebut dan menentangnya, maka ketika itu menjadi sebab kejelekan, Allah ‘azza wa jalla pun menghinakannya.” [Syarhu Riyadhis Shaalihin, 3/673]
5. Peringatan bagi kaum muslimin dari akhir yang jelek dan kesudahan yang buruk orang-orang yang mengikuti pemahaman khawarij.
✅ Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
كِلاَبُ النَّارِ شَرُّ قَتْلَى تَحْتَ أَدِيمِ السَّمَاءِ، خَيْرُ قَتْلَى مَنْ قَتَلُوه
“Mereka adalah anjing-anjing neraka; seburuk-buruknya makhluk yang terbunuh di bawah kolong langit, sedang sebaik-baiknya makhluk yang terbunuh adalah yang dibunuh oleh mereka.” [HR. At-Tirmidzi dari Abu Umamah Al-Bahili radhiyallahu’anhu, Al-Misykah: 3554]
✅ Dari Sa’id bin Jumhan rahimahullah, beliau berkata,
كَانَتِ الْخَوَارِجُ تَدْعُونِي حَتَّى كِدْتُ أَنْ أَدْخُلَ مَعَهُمْ فَرَأَتْ أُخْتُ أَبِي بِلَالٍ فِي النَّوْمِ أَنَّ أَبَا بِلَالٍ كَلْبٌ أَهْلَبُ أَسْوَدُ عَيْنَاهُ تَذْرِفَانِ قَالَ: فَقَالَتْ بِأَبِي أَنْتَ يَا أَبَا بِلَالٍ مَا شَأْنُكَ أَرَاكَ هَكَذَا؟ قَالَ: جُعِلْنَا بَعْدَكُمْ كِلَابَ النَّارِ، وَكَانَ أَبُو بِلَالٍ مِنْ رُءُوسِ الْخَوَارِجِ
“Dahulu khawarij mengajakku, hingga hampir saja aku bergabung bersama mereka, tetapi saudara perempuan Abu Bilal dalam tidurnya bermimpi bahwa Abu Bilal menjadi anjing berbulu hitam yang kedua matanya berlinang air mata. Saudarinya pun bertanya: ‘Ayahku sebagai tebusanmu wahai Abu Bilal, mengapa kamu menjadi seperti ini?’ Abu Bilal berkata: ‘Kami telah dijadikan anjing-anjing neraka’. Abu Bilal dahulu termasuk pemimpin khawarij.” [As-Sunnah karya Abdullah bin Al-Imam Ahmad, no. 1509]
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم
? Sumber:
? https://www.facebook.com/sofyanruray.info/posts/633116910171128
? https://sofyanruray.info/sekilas-tentang-khawarij-dahulu-dan-sekarang-mencela-pemerintah-karena-pakaian-tipis-hingga-kaos-kaki/
══════ ❁✿❁ ══════
➡ Bergabunglah dan Sebarkan Dakwah Sunnah Bersama Markaz Ta’awun Dakwah dan Bimbingan Islam ⤵
? Join Telegram: http://goo.gl/6bYB1k
? Gabung Group WA: 08111377787
? Fb: www.fb.com/taawundakwah
? Web: www.taawundakwah.com
? Android: http://bit.ly/1FDlcQo
? Youtube: Ta’awun Dakwah
Assaamu’alaikum warrohmatullahi wabarokatuh.
Kalo bisa lampirkan juga audio ceramah2 manhaj salaf,shukon