Petunjuk dalam Menyikapi Kenaikan Harga

3
2894

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Menyikapi Kenaikan Harga

Sahabat yang Mulia Anas bin Malik radhiyallahu’anhu berkata,

غَلاَ السِّعْرُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ، سَعِّرْ لَنَا، فَقَالَ إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمُسَعِّرُ، القَابِضُ، البَاسِطُ، الرَّزَّاقُ، وَإِنِّي لأَرْجُو أَنْ أَلْقَى رَبِّي وَلَيْسَ أَحَدٌ مِنْكُمْ يَطْلُبُنِي بِمَظْلِمَةٍ فِي دَمٍ وَلاَ مَالٍ

“Harga barang pernah naik di masa Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam, maka para sahabat berkata: Wahai Rasulullah, aturlah ketetapan harga untuk kami? Beliau bersabda: Sesungguhnya Allah Dia-lah yang mengatur harga, yang menahan, yang melapangkan dan yang Maha Memberikan rezeki, dan sungguh aku berharap untuk berjumpa dengan Rabbku dalam keadaan tidak ada seorang pun dari kalian yang menuntutku karena suatu kezaliman pada darah dan harta.” [HR. Ahmad, Abu Daud, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah, Ghayatul Marom: 323]

Beberapa Pelajaran:

1) Allah ta’ala Dia-lah yang menakdirkan segala sesuatu yang terjadi di alam ini, Dia-lah yang menetapkan harga, menyempitkan dan melapangkan rezeki, maka hendaklah setiap hamba hanya bersandar dan berdoa kepada-Nya, bersabar dan bertaubat kepada-Nya, serta senantiasa bertakwa kepada-Nya. Sahabat yang Mulia Abu Hurairah radhiyallahu’anhu berkata,

أَنَّ رَجُلًا جَاءَ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، سَعِّرْ، فَقَالَ: «بَلْ أَدْعُو» ثُمَّ جَاءَهُ رَجُلٌ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، سَعِّرْ، فَقَالَ: بَلِ اللَّهُ يَخْفضُ وَيَرْفَعُ، وَإِنِّي لَأَرْجُو أَنْ أَلْقَى اللَّهَ وَلَيْسَ لِأَحَدٍ عِنْدِي مَظْلَمَةٌ

“Bahwa seseorang datang kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam lalu berkata: Wahai Rasulullah, tetapkanlah harga untuk kami. Maka beliau bersabda: “Aku hanya bisa berdoa”. Kemudian datang lagi orang yang lain lalu berkata: Wahai Rasulullah tetapkanlah harga untuk kami. Maka beliau bersabda: Sesungguhnya Allah yang menurunkan dan menaikkan harga, dan sungguh aku berharap untuk berjumpa dengan Allah dalam keadaan tidak ada seorang pun yang menuntutku karena suatu kezaliman.” [HR. Ahmad dan Abu Daud, Shahih Ar-Raudh An-Nadhir: 405]

2) Kenaikan harga adalah karena kondisi pasar mengharuskan demikian, seperti karena kurangnya barang, atau banyaknya permintaan, atau naiknya harga BBM dan lain-lain. Adapun apabila kenaikan harga disebabkan ‘permainan’ para pedagang maka termasuk perbuatan zalim, dan tidak dibenarkan bagi para pedagang untuk menetapkan harga melebihi pasaran.

3) Hadits ini juga menunjukkan bahwa pemerintah tidak boleh menetapkan harga-harga barang, tetapi hendaklah membiarkan sesuai kondisi pasar yang berlaku, kecuali apabila para pedagang mempermainkan harga maka hendaklah pemerintah mengaturnya sesuai dengan harga yang sebenarnya (lihat Fatawa Al-Lajnah Ad-Daimah, 13/185 no. 6374 Pertanyaan no. 2).

4) Ulama berbeda pendapat tentang (الْمُسَعِّرُ) yang menetapkan harga, (القَابِضُ) yang menahan rezeki, (البَاسِطُ) yang melapangkan rezeki, (الرَّزَّاقُ) yang memberi rezeki, apakah termasuk nama-nama Allah atau tidak, yang dikuatkan oleh Al-‘Allamah Al-Muhaddits Asy-Syaikh Abdul Muhsin Al-‘Abbad hafizhahullah adalah, hanya Ar-Rozzaq yang merupakan nama Allah ta’ala berdasarkan firman-Nya,

إن الله هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ

“Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezeki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh.” [Adz-Dzariyyat: 58]

Adapun hadits ini tidak menetapkan nama-nama Allah ta’ala, maka tiga nama sebelumnya adalah termasuk sifat-sifat perbuatan Allah ta’ala namun bukan termasuk nama-nama-Nya (lihat Syarhu Sunan Abi Daud, 8/394 versi Asy-Syaamilah).

5) Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam sangat takut berbuat zalim, dan beliau telah memperingatkan bahayanya dalam hadits ini, sebagaimana beliau juga bersabda,

أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لاَ دِرْهَمَ لَهُ وَلاَ مَتَاعَ فَقَالَ إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِى يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاَةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِى قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِى النَّارِ

“Tahukah kalian siapa orang yang bangkrut itu?” Sahabat menjawab, “Orang yang bangkrut di tengah-tengah kami adalah orang yang tidak memiliki dinar dan harta”. Maka Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa amalan sholat, puasa, zakat, namun dia pernah mencaci fulan, menuduh fulan, memakan harta fulan, menumpahkan darah fulan dan memukul fulan. Maka diambil kebaikan-kebaikan yang pernah dia lakukan untuk diberikan kepada orang-orang yang pernah dia zalimi. Hingga apabila kebaikan-kebaikannya habis sebelum terbalas kezalimannya, maka kesalahan orang-orang yang pernah dia zalimi ditimpakan kepadanya, kemudian dia dilempar ke neraka.” [HR. Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu]

6) Kesempurnaan Islam, mengatur seluruh aspek kehidupan manusia dengan aturan yang paling baik demi meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat.

7) Aturan Islam tegak di atas keadilan dan kemaslahatan, sangat jauh dari kezaliman dan kemudaratan.

8) Kewajiban tunduk kepada ketetapan Allah ta’ala, dan Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam serta para sahabat radhiyallahu’anhum adalah sebaik-baik teladan dalam beribadah kepada Allah ‘azza wa jalla.

9) Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam adalah manusia biasa seperti kita juga, beliau tidak punya andil sedikit pun dalam menguasai dan mengatur alam ini, beliau tunduk dengan ketetapan Allah tabaraka wa ta’ala, beliau bersandar dan bermohon hanya kepada-Nya, maka tidak sepatutnya beliau dipersekutukan dengan Allah jalla wa ‘ala.

Maka hendaklah kita meneladani beliau yang hanya beribadah kepada Allah ta’ala; hanya bersandar dan berdoa kepada-Nya, tidak kepada malaikat, para nabi dan orang-orang shalih yang telah meninggal dunia, karena berdoa kepada selain Allah ta’ala termasuk syirik besar yang menyebabkan pelakunya murtad, keluar dari Islam dan mengekalkannya di neraka.

10) Apabila beliau tidak pantas dipersekutukan dengan Allah, maka seluruh makhluk selain beliau yang derajatnya lebih rendah dari beliau, apakah malaikat, para nabi dan para wali, tentunya lebih tidak patut dipersekutukan dengan Allah tabaraka wa ta’ala.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم

www.facebook.com/sofyanruray.info

3 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini