PERANG TERHADAP TERORIS KHAWARIJ BUKAN PERANG TERHADAP ISLAM

131
5055

بسم الله الرحمن الرحيم

PERANG TERHADAP TERORIS KHAWARIJ BUKAN PERANG TERHADAP ISLAM

Tidak Mau Mendoakan Penguasa Ciri Khawarij

Kami sebut sebagai ajaran Teroris, karena dampak dari ajaran-ajaran mereka bermuara pada aksi-aksi terorisme. Adapun penyebutan Khawarij, inilah sebenarnya akar kesesatan mereka. Khawarij adalah satu kelompok sesat yang akarnya telah ada di zaman Nabi shallallahu’alaihi wa sallam dan akan terus berlanjut sampai akhir zaman, hingga generasi terakhir mereka akan bergabung bersama Dajjal –wal’iyadzu billah-.

Akar Khawarij bermula dari protes terang-terangan atas nama “amar ma’ruf nahi munkar” oleh seorang yang bernama Dzul Khuwaisiroh terhadap kebijakan Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam dalam distribusi harta kekayaan negara, bahkan dia menuduh Nabi shallallahu’alaihi wa sallam tidak berlaku adil, sampai dia berkata, “Wahai Rasulullah, berlaku adillah”. Nabi shallallahu’alaihi wa sallam berkata, “Celaka engkau, siapa lagi yang bisa berlaku adil jika aku tidak berlaku adil. Sungguh engkau celaka dan merugi jika aku tidak berlaku adil.” (HR. Muslim, no. 2505)

Nabi shallallahu’alaihi wa sallam juga bersabda:

يخرج من ضئضئ هؤلاء قومٌ يتلون كتاب الله رطباً لا يجاوز حناجرهم يمرقون من الدين كما يمرق السهم من الرمية

“Sesungguhnya akan keluar dari orang ini satu kaum yang membaca Kitabullah (Al-Qur’an) dengan mudah, namun tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka keluar dari agama bagaikan anak panah yang meleset dari sasarannya.” (HR. Muslim, no. 2500)

Beliau juga bersabda:

ينشأ نشأ يقرءون القرآن لا يجاوز تراقيهم كلما خرج قرن قطع كلما خرج قرن قطع حتى يخرج في أعراضهم الدجال

“Akan muncul sekelompok pemuda yang (pandai) membaca Al-Qur‘an namun bacaan mereka tidak melewati kerongkongannya. Setiap kali muncul sekelompok dari mereka pasti tertumpas”. (Dalam satu riwayat Ibnu Umar radhiyallahu’anhuma berkata, “Saya mendengar Rasulullah mengulang kalimat,Setiap kali muncul sekelompok dari mereka pasti tertumpas” lebih dari 20 kali”). Hingga beliau bersabda, “Sampai muncul Dajjal dalam barisan mereka.” (HR. Ibnu Majah, dihasankan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahihul Jami’, no. 8171)

Hadits ini menunjukkan bahwa eksistensi kelompok Khawarij akan tetap ada sampai akhir zaman. Berikut ini insya Allah kami akan menyebutkan ciri-ciri kaum khawarij.

Pertama: Mengkafirkan kaum muslimin, khususnya pemerintah muslim

Inilah ciri Khawarij yang paling menonjol, yaitu pemahaman takfiri, mengkafirkan kaum muslimin yang pada zaman modern ini dihidupkan kembali oleh Sayid Qutb, tokoh Ikhwanul Muslimin Mesir, yang buku-bukunya banyak dikonsumsi oleh gerakan-gerakan Islam di tanah air. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah menjelaskan diantara sifat Khawarij adalah, “Mengkafirkan orang-orang yang menyelisihi mereka.” (Lihat Majmu’ Al-Fatawa, 3/355)

Padahal Nabi shallallahu’alaihi wa sallam telah mengingatkan bahaya gegabah dan terburu-buru dalam mengkafirkan seorang muslim, beliau bersabda:

أيما امرئٍ قال لأخيه كافر فقد باء بها أحدهما إن كان كما قال وإلا رجعت عليه

“Siapa saja berkata kepada saudaranya, “Wahai kafir!” maka salah satu dari keduanya menjadi kafir. Jika yang dipanggil benar-benar kafir, jika tidak maka kembali kepada yang mengatakannya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Umar radhiyallahu’anhuma)

Asy-Syaikh Al-‘Allamah Shalih Al-Fauzan hafizhahullah berkata:

“Menghukumi seseorang telah murtad atau keluar dari agama Islam adalah kewenangan para ulama yang mendalam ilmunya, mereka adalah para qadhi di mahkamah syari’at dan para ahli fatwa yang diakui keilmuannya. Sebagaimana pula dalam permasalahan lainnya, berbicara dalam masalah seperti ini bukanlah hak setiap orang, bukan pula hak para penuntut ilmu atau yang menisbatkan diri kepada ilmu agama padahal pemahamannya tentang ilmu agama masih sangat terbatas.

Bukanlah hak mereka untuk menghukumi seseorang telah murtad, karena perbuatan tersebut akan melahirkan kerusakan. Bisa jadi mereka memvonis seseorang telah murtad padahal dia tidak murtad. Sedang mengkafirkan seorang muslim yang tidak melakukan salah satu pembatal keislaman sangat berbahaya. Barangsiapa yang mengatakan kepada saudaranya, “wahai kafir” atau “wahai fasik”, padahal dia tidak seperti itu maka perkataan itu kembali kepada orang yang mengucapkannya. Olehnya, yang berhak memvonis murtad hanyalah para qadhi syar’i dan ahli fatwa yang diakui keilmuannya. Adapun yang merealisasikan hukumnya adalah pemerintah kaum muslimin, selain itu hanya akan melahirkan kekacauan.” (Lihat Min Fatawa As-Siyasah Asy-Syar’iyyah, softcopy dari www.sahab.net)

Pada kesempatan lain, ketika Asy-Syaikh Al-‘Allamah Shalih Al-Fauzan hafizhahullah ditanya, “Apakah masih ada di zaman ini orang yang mengusung pemikiran Khawarij?” Baliau menjawab, “Subhanallah, mengkafirkan kaum muslimin, bukankah itu perbuatan Khawarij?! Bahkan lebih parah lagi, membunuh dan memusuhi kaum muslimin. Ini adalah mazhab Khawarij, yang terdiri dari tiga bagian. Pertama: Mengkafirkan kaum muslimin. Kedua: Keluar dari ketaatan kepada penguasa. Ketiga: Menumpahkan darah kaum muslimin. Ini adalah mazhab Khawarij, meskipun seseorang hanya meyakini dalam hati tanpa mengatakan atau melakukan aksi apa pun, dia telah menjadi seorang Khawarij dalam aqidah dan pemikirannya.” (Muhadharah: Ya Ahlal Haramain wa ‘Askaral Islam, Asy-Syaikh Sulthon Al-‘Ied hafizhahullah, hal. 6)

Kedua: Memahami Al-Qur’an dengan pemahaman Khawarij, bukan pemahaman Ahlus Sunnah

Diantaranya kesalahan fatal mereka dalam menafsirkan firman Allah Ta’ala:

وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ

“Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.” (Al-Maidah: 44)

Dengan modal pemahaman yang salah terhadap ayat inilah mereka mengkafirkan kaum muslimin, Al-Imam Al-Mufassir Al-Jasshash rahimahullah berkata:

“Khawarij mentakwikan ayat ini untuk mengkafirkan orang yang meninggalkan hukum Allah meskipun dia tidak mengingkari (hukum Allah tersebut).” (Lihat Ahkamul Qur’an, 2/534)

Adapun pemahaman Ahlus Sunnah, yaitu sahabat Nabi shallallahu’alaihi wa sallam yang dibina oleh beliau dan para ulama Ahlus Sunnah setelahnya adalah sebagai berikut:

Sahabat yang mulia Abdullah bin Abbas radhiyallahu’anhuma menjelaskan tafsir ayat di atas adalah, “Barangsiapa yang mengingkari hukum Allah maka dia kafir, adapun yang masih mengakuinya namun tidak berhukum dengannya maka dia zalim lagi fasik.” [Dikeluarkan oleh Ath-Thobari dalam Jami’ul Bayan (6/166), dihasankan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah (6/114)]

Al-Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah berkata, “Bukan kekafiran yang mengeluarkan pelakunya dari Islam (yakni kufur asghar).” (Lihat Suaalat Ibni Hani’, 2/192)

Al-Imam Ibnul Jauzi rahimahullah berkata, “Kesimpulannya, barangsiapa yang tidak berhukum dengan hukum Allah disertai pengingkaran terhadapnya, padahal dia tahu bahwa itu adalah hukum Allah, seperti yang dilakukan oleh Yahudi, maka dia kafir. Adapun orang yang tidak berhukum dengan hukum Allah karena menuruti hawa nafsu tanpa disertai pengingkaran terhadapnya, maka dia zalim lagi fasik.” (Lihat Zadul Masir, 2/366)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Perkataan Salaf bahwa, “Bisa jadi dalam diri seseorang terdapat keimanan dan kemunafikan”, sama dengan perkataan mereka, “Pada dirinya ada keimanan dan kekafiran”, maka yang dimaksudkan adalah bukan kekafiran yang menyebabkan murtad, sebagaimana perkataan Ibnu Abbas dan murid-murid beliau dalam menjelaskan firman Allah, “Barangsiapa yang tidak berhukum dengan apa yang Allah turunkan, maka mereka itulah orang-orang yang kafir” (Al-Maidah: 44), maksud ayat ini bukanlah kekafiran yang menyebabkan murtad. Pemahaman terhadap ayat ini kemudian diikuti oleh Al-Imam Ahmad bin Hanbal dan para ulama Ahlus Sunnah lainnya.” (Lihat Majmu’ Al-Fatawa, 7/312)

Al-‘Allamah Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata, “Yang benar dalam permasalahan ini adalah, sesungguhnya berhukum dengan selain hukum Allah mencakup dua bentuk kekafiran, yaitu kufur asghar (kecil) dan kufur akbar (besar), maka hukumnya tergantung keadaan pelakunya. Jika dia meyakini wajibnya berhukum dengan hukum Allah, hanya saja dia berpaling karena mempertututkan nafsu kemaksiatannya dengan tetap meyakini bahwa dia telah salah hingga berhak dihukum, maka yang seperti ini kufur asghar (tidak sampai murtad). Adapun jika dia meyakini bahwa tidak wajib berhukum dengan syari’at Allah, atau boleh memilih antara hukum syari’at dan hukum buatan manusia, padahal dia yakin bahwa itu memang hukum Allah, maka yang seperti ini kufur akbar (menyebabkan murtad). Akan tetapi jika dia jahil dan tersalah karena kejahilannya itu maka hukumnya sama dengan hukum kepada orang yang jahil (yakni dimaafkan dan diajarkan).” (Lihat Madarijus Salikin, 1/336)

Inilah sesungguhnya pemahaman ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah terhadap ayat di atas. Maka tidak boleh gegabah dan terburu-buru memvonis kafir penguasa muslim karena telah melakukan satu bentuk kekafiran dan tetap wajib bagi setiap muslim untuk menaati penguasa dalam perkara yang ma’ruf meskipun penguasa tersebut zalim dan fasik, sebagaimana telah kami jelaskan dalam artikel: Pemerintah Indonesia, Masihkah Layak Ditaati?

Ketiga: Memuji dan memberi semangat kepada pelaku aksi Teroris Khawarij

Setiap kali polisi berhasil membunuh atau menangkap teroris, ada yang berkomentar bahwa mereka itu adalah “mujahid bukan teroris”.

Tidak diragukan lagi, pujian-pujian kepada para pelaku terorisme sebagai “mujahid” merupakan pembakar semangat bagi anak-anak muda yang miskin ilmu.

Hal ini mengingatkan kita kepada salah satu sekte Khawarij yang bernama Al-Qa’adiyah, mereka tidak turun langsung berperang melawan pemerintah kaum muslimin, namun kerjaan mereka adalah memprovokasi kaum muslimin untuk memberontak.

Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata, “Al-Qa’adiyah memprovokasi pemberontakan kepada para penguasa, meskipun mereka tidak terlibat langsung.” [Lihat Hadyus Sari, oleh Al-Hafizh Ibnu Hajarrahimahullah-, (hal. 459), sebagaimana dalam Syarru Qatla tahta Adimis Sama’, (hal. 20)]

Bahkan sekte Khawarij inilah sebenarnya yang paling berbahaya, karena dengan sebab ceramah-ceramah mereka kemudian orang-orang terprovokasi untuk menentang penguasa dan melakukan aksi-aksi terosisme.

Abdullah bin Muhammad Adh-Dha’if rahimahullah berkata: “Kelompok Al-Qa’adiyah ini merupakan pecahan khawarij yang paling jelek!” [Riwayat Abu Dawud dalam Masaa’il Al-Imam Ahmad, (hal. 271), sebagaimana dalam Syarru Qatla tahta Adimis Sama’, (hal. 21)]

Keempat: Memberontak kepada pemerintah muslim, baik dengan demonstrasi, menyebarkan aib penguasa melalui mimbar-mimbar terbuka ataupun pernyataan di media masa, hingga membentuk organisasi yang menyerupai negara dalam negara

Mengingkari kemungkaran penguasa secara terang-terangan di depan khalayak dengan demonstrasi dan orasi di mimbar-mimbar terbuka atau menulis artikel sebagai teguran kepada pemerintah di media massa adalah bentuk pemberontakan kepada penguasa yang dicontohkan oleh kaum Khawarij. Adapun tuntunan Islam dalam menasihati penguasa adalah dengan tidak menampakkannya kepada khalayak ramai, sebagaimana telah kami jelaskan dalam artikel: Tuntunan Islam dalam Menasihati Penguasa, Sebuah Renungan Bagi Para Pencela Pemerintah.

Asy-Syaikh Ahmad bin Umar Bazmul hafizhahullah berkata, “Nasihat kepada penguasa secara rahasia merupakan salah satu pokok dari pokok-pokok Manhaj Salaf yang diselisihi oleh ahlul ahwa’ wal bida’, seperti Khawarij.”

Beliau (Asy-Syaikh Ahmad bin Umar Bazmul–hafizhahullah-) juga menjelaskan bahwa menyebarkan aib-aib penguasa merupakan bentuk pertolongan kepada Khawarij dalam membunuh penguasa muslim, sehingga jelas bahwa pemberontakan itu tidak hanya dengan senjata, tapi juga dengan lisan.

Beliau berkata: “Hal tersebut dilarang karena bisa mengantarkan kepada perbuatan menumpahkan darah dan pembunuhan, sebagaimana yang dikeluarkan oleh Ibnu Sa’ad dalam At-Tabaqot, dari Abdullah bin Ukaim al-Juhani, bahwa beliau berkata:

“Aku tidak akan menolong pembunuhan seorang Khalifah selamanya setelah Utsman”, maka dikatakan kepadanya, “Wahai Abu Ma’bad, apakah engkau telah membantu (Khawarij) dalam membunuh Utsman?” Maka beliau berkata, “Sungguh aku menganggap perbuatan membicarakan keburukan-keburukan beliau sebagai bentuk pertolongan kepada (Khawarij) dalam membunuhnya”.

Maka camkanlah baik-baik atsar ini, tatkala beliau menganggap pembicaraan tentang kejelekan-kejelekan penguasa termasuk perkara yang membantu pembunuhannya.”

Kemudian beliau (Asy-Syaikh Ahmad bin Umar Bazmul hafizhahullah) memberikan komentar pada catatan kaki, “Atsar ini berfaedah pelajaran bahwa pemberontakan itu dapat terjadi dengan senjata (pedang), maupun dengan ucapan. Berbeda dengan pendapat (yang salah) bahwa pemberontakan itu tidak terjadi kecuali dengan senjata. Maka camkanlah ini baik-baik dan ingatlah selalu.”

Beliau juga menukil penegasan Asy-Syaikh Bin Baz –rahimahullah-, “Bukan termasuk manhaj Salaf menelanjangi aib-aib penguasa dan membicarakannya di atas mimbar-mimbar, karena hal tersebut mengantarkan kepada kudeta dan ketidaktaatan masyarakat dalam hal yang ma’ruf kepada penguasa. Lebih dari itu, mengantarkan kepada pemberontakan yang hanya membahayakan dan tidak bermanfaat.” [Lihat As-Sunnah fii maa Yata’allaqu bi Waliyyil Ummah, oleh Asy-Syaikh Ahmad bin Umar Bazmul –hafizhahullah-, softcopy dari www.sahab.net]

Terlebih lagi membentuk organisasi yang menyerupai negara dalam negara, dimana para anggota menyebut pemimpinnya sebagai Amir, membuat aturan-aturan khusus yang harus ditaati dan anggotanya pun berjanji atau melakukan bai’at (sumpah setia) untuk mendengar dan taat kepada pemimpin tersebut sebagaimana layaknya ketaatan kepada seorang pemimpin negara. Lebih parah dari itu, apabila ada anggotanya keluar atau memisahkan diri dari kelompoknya maka mereka mengatakan kepadanya, “Anda telah keluar dari jama’ah”. Bahkan tidak jarang disertai dengan pengucilan dan pengkafiran anggota yang keluar dari jama’ah mereka.

Hal ini terjadi karena kebodohan mereka dalam memahami makna jama’ah yang ada dalam dalil-dalil syar’i. Mereka mengira bahwa jama’ah yang dimaksud adalah asal ngumpul lalu mengangkat seorang amir.

Padahal jama’ah yang dimaksudkan adalah mengikuti kebenaran dan bersatu di bawah pemerintah kaum muslimin yang memiliki kekuatan dan wilayah kekuasaan.

Oleh karena itu, langkah yang mereka tempuh dengan membentuk jama’ah dalam jama’ah adalah bentuk pemberontakan kepada pemimpin kaum muslimin.

Kelima: Menyerukan slogan-slogan Khawarij, yakni perkataan yang benar namun yang diinginkan dengannya adalah kebatilan

Golongan berpaham khawarij di mana-mana selalu meneriakkan jihad dan penegakkan syari’at Islam, meskipun hakikatnya mereka tidak menerapkan syari’at itu dalam diri dan keluarga mereka.

Seruan jihad dan penegakkan syari’at Islam adalah seruan yang mulia, namun yang mereka inginkan di balik seruan yang mulia tersebut sebenarnya adalah kebatilan. Sebab jihad mereka bukanlah jihad yang syar’i, sebagaimana telah kami jelaskan dalam artikel: Nasihat Kepada Teroris, Ketahuilah Beda Jihad dengan Terorisme.

Demikian pula penegakkan syari’at yang mereka serukan adalah syari’at yang sesuai manhaj Khawarij, bukan manhaj Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam dan para sahabat beliau. Hal ini mengingatkan kita kepada Khawarij generasi awal yang diperangi oleh Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib radhiyallahu’anhu. Dimana Khawarij generasi awal pun meneriakkan slogan yang sama, yakni penegakkan syari’at Islam, seperti yang dituturkan oleh Ubaidullah bin Abi Rafi’ radhiyallahu’anhu berikut ini:

أن الحرورية لما خرجت على علي بن أبي طالب وهو معه فقالوا لا حكم إلا لله قال علي كلمة حق أريد بها باطلٌ إن رسول الله {صلى الله عليه وسلم} وصف لنا ناساً إني لأعرف صفتهم في هؤلاء يقولون الحق بألسنتهم لا يجاوز هذا منهم وأشار إلى حلقه

“Bahwasannya kaum Khawarij Haruriyah ketika memberontak kepada pemerintahan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu’anhu mereka mengatakan, “Tidak ada hukum kecuali milik Allah”. Maka Ali berkata, “Perkataan yang benar, namun yang diinginkan dengannya adalah kebatilan. Sesungguhnya Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam pernah menjelaskan  kepadaku tentang ciri-ciri sekelompok orang yang telah aku tahu sekarang bahwa ciri-ciri tersebut ada pada mereka (Khawarij), yaitu mereka mengucapkan perkataan yang benar hanya dengan lisan-lisan mereka, namun tidak melewati kerongkongan mereka (yakni mereka tidak memahaminya).” (HR. Muslim, no. 2517)

Kami nasihatkan kepada kaum muslimin, khususnya para pemuda, janganlah mudah tertipu dengan seruan-seruan jihad dan penegakkan syari’at yang selalu mereka dengung-dengungkan. Karena hakikatnya, mereka tidak memahami jihad dan penegakkan syari’at seperti yang dipahami Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam dan para sahabat beliau.

Demikian pula, jangan engkau tertipu dengan penampilan yang islami, seperti memelihara jenggot, menggunakan pakaian tanpa menutupi mata kaki dan istri-istri mereka menggunakan jilbab syar’i dan menggunakan cadar.

Tidak diragukan lagi, ini semua merupakan bagian dari syari’at Islam, sebagaimana telah kami jelaskan dalam artikel: Peringatan: Cadar, Celana Ngatung dan Jenggot bukan Ciri-ciri Teroris.

Akan tetapi semua itu tidaklah berarti sama sekali bagi seseorang jika aqidahnya rusak, karena mengikuti aqidah sesat Khawarij. Inilah keadaan kaum Khawarij dahulu, sangat nampak keshalihan dan kuatnya ibadah mereka, namun sayang aqidah mereka menyelisihi aqidah Ahlus Sunnah. Nabi shallallahu’alaihi wa sallam telah memperingatkan:

يخرج قومٌ من أمتي يقرءون القرآن ليس قراءتكم إلى قراءتهم بشيء ولا صلاتكم إلى صلاتهم بشيء ولا صيامكم إلى صيامهم بشيء

“Akan keluar satu kaum dari umatku yang membaca Al-Qur’an, dimana bacaan kalian tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan bacaan mereka, demikian pula sholat kalian tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan sholat mereka, juga puasa kalian tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan puasa mereka.” (HR. Muslim, no. 2516)

Perhatikanlah bagaimana hebatnya ibadah mereka, namun bersamaan dengan itu, Nabi shallallahu’alaihi wa sallam menyatakan mereka adalah anjing-anjing neraka, sebagaimana dalam hadits berikut ini:

كلاب النار شر قتلى تحت أديم السماء خير قتلى من قتلوه

“Mereka adalah anjing-anjing neraka; seburuk-buruknya makhluk yang terbunuh di bawah kolong langit, sedang sebaik-baiknya makhluk yang terbunuh adalah yang dibunuh oleh mereka.” [HR. At-Tirmidzi, (no. 3000), dari Abu Umamah Al-Bahili -radhiyallahu’anhu-, dihasankan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Al-Misykah, (no. 3554)]

Maka jelaslah, mengikuti aqidah dan pemahaman generasi As-Salafus Shalih, yaitu generasi Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam dan para sahabat beliau, adalah perkara yang sangat penting dalam kehidupan seorang hamba, agar selamat dari jeratan-jeratan kelompok sesat dan selamat dari adzab Allah Tabaraka wa Ta’ala di negeri akhirat.

Wallahul Musta’an.

Bersambung insya Allah Ta’ala…

[Alhamdulillah tulisan bagian pertama ini selesai menjelang buka puasa 13 Ramadhan 1431 H di Maktabah Asy-Syaikh Shalih bin Abdullah Al-Ghusn hafizhahullah di kota Riyadh, KSA. Kami ucapkan jazaakumullahu khairan kepada Asy-Syaikh Shalih dan kepada Al-Akh Al-Ustadz Abu Syakir, murid Asy-Syaikh Shalih yang menjaga maktabah beliau. Tulisan ini sekaligus sebagai realisasi rujuk kami dari pemahaman Khawarij yang dulu sempat kami yakini ketika bergabung dengan salah satu kelompok yang mengaku Ahlus Sunnah namun terjangkit virus Khawarij di kota Makassar, Indonesia].

131 KOMENTAR

  1. Bismillah.
    Jazakumullah khair ustadz artikelnya, menghilangkan dahaga bagi pencari al haq, Walhamdulillah, Allah juga memberikan nikmat kepada kami As Sunnah setelah sebelumnya terjangkiti virus bid’ah khawarij dan menjadi pengidola ABB, sehingga kami tidak tahu lebih besar mana nikmat Al Islam atau nikmat lepas dari faham khawarij dan meniti As Sunnah sebagaimana kata Al Imam Abul ‘Aliyah Rahimahullah.
    Wallahu a’lam.

  2. Mohon izin dari Ustadz Sofyan untuk copas dan edarkan artikel ini di milist islam di kantor ana.

    Sekalian juga mohon bantuan dari Ustadz Sofyan untuk menjawab kalau ada banyak tanggapan negatif terkait artikel ini. Ana takut kalau ana menjawab dengan ilmu ana yang terbatas hasilnya akan buruk. Maklum kebanyakan teman kantor ana adalah pendukung ABB.

  3. Inilah ciri Khawarij yang paling menonjol, yaitu pemahaman takfiri, mengkafirkan kaum muslimin yang pada zaman modern ini dihidupkan kembali oleh Sayid Qutb, tokoh Ikhwanul Muslimin Mesir, yang buku-bukunya banyak dikonsumsi oleh gerakan-gerakan Islam di tanah air.
    Kok ABB dihubung-hubungkan dengan Tokoh yang satu ini. Tolong Tim redaksi mengedit lagi jangan hanya asal menulis . Bisa2 akan membuat bentrok sesama umat Islam yg lain……Bahwa Ikhwanul Muslimin adalah kelompok Khawarij….

    • بسم الله الرحمن الرحيم

      Alhamdulillah kami tidak asal tulis, tapi ada bukti-bukti ilmiah bahwa Sayyid Qutb -semoga Allah mengampuninya- memang seorang takfiri. Bahkan hal tersebut diakui oleh temannya sendiri, yaitu tokoh IM yang lain, sebagaimana dalam catatan berikut ini:

      PEMIKIRAN TAKFIR SAYYID DIAKUI TOKOH-TOKOH IKHWAN (IM) SENDIRI

      Sesungguhnya pemikiran takfir Sayyid Quthb tidak mungkin dipungkiri lagi. Bahkan telah diakui pula oleh beberapa tokoh Ikhwanul Muslimin sendiri. Berikut ini kita dengar beberapa ucapan mereka :

      Berkata Yusuf Al Qardlawi dalam bukunya Awliyat Al Harakah Al Islamiyah : “Dalam fase ini muncul buku-buku ‘Asy Syahid’ Sayyid Quthb yang merupakan fase terakhir dari pemikirannya yang mengkafirkan masyarakat (Islam) dan menunda dakwah sampai kepada keteraturan Islam dengan pembaharuan fiqh dan perkembangannya. Menghidupkan ijtihad serta mengajak untuk memisahkan diri secara perasaan dari masyarakat, memutus hubungan dengan orang lain, mengumumkan jihad fisik melawan seluruh manusia … ” (Awliyat hal. 110)

      Berkata Farid Abdul Khaliq, salah seorang tokoh besar IM dalam kitabnya Ikhwanul Muslimin fi Mizanil Haq hal. 115: “Kita mengetahui dari apa yang telah lewat bahwa munculnya pemikiran takfir di kalangan Ikhwan bermula dari penjara Qanathir di akhir tahun lima puluhan dan awal enam puluhan. Mereka terpengaruh oleh Sayyid Quthb dan pemikiran-pemikirannya. Mereka mengambil pemahaman darinya bahwa masyarakat ini dalam keadaan jahiliyah dan bahwasanya dia telah mengkafirkan pemerintah yang merasa asing dengan apa yang diturunkan Allah. Juga mengkafirkan rakyatnya karena mereka ridla dengan hal itu”.

      Berkata Ali Gharishah, salah seorang tokoh besar IM, sebagai berikut : “Dalam kejadian ini, terpecah satu kelompok dari kelompok Islam yang besar ketika keberadaan mereka di penjara-penjara … bersamaan dengan itu kelompok tersebut bertameng dengan pengkafiran kelompok Islam yang besar. Mereka masih tetap dalam pendapatnya tentang pengkafiran pemerintah, penolong-penolongnya serta masyarakat seluruhnya. Kemudian kelompok tersebut berpecah kembali menjadi beberapa kelompok, yang masing-masing mengkafirkan yang lain … .” (Al Ittijahat Al Fikriyah Al Mu’ashirah hal. 279)

      Ucapan-ucapan mereka ini menunjukkan bahwa pemikiran takfir Sayyid Quthb telah dikenal oleh kawan dan lawannya. Hanya saja ketika bantahan itu dari ‘kawan’ satu harakah, selalu diiringi dengan basa-basi atau penyamaran agar tidak terlihat seakan-akan permasalahan ini adalah permasalahan besar. Seperti Al Qardlawi setelah ucapannya di atas, dia berkata : ” … Dan buku-buku beliau tersebut memiliki keutamaan-keutamaan dan pengaruh-pengaruh positif yang besar di samping pengaruh-pengaruh negatif.” (Awliyat hal. 110)

      Atau seperti ucapan Ali Gharishah yang tidak menyebutkan siapa atau buku apa atau jama’ah apa, dia hanya mengatakan ‘kelompok kecil’ dan ‘kelompok besar’.

      Saudara-saudaraku kaum Muslimin, bisa jadi sikap basa-basi dan penyamaran yang menyebabkan terasa kecilnya bahaya-bahaya besar ini adalah karena mereka satu hizb. Mereka menjaga persatuan dan kesatuan hizbnya dengan prinsip mereka yang terkenal : ‘KITA SALING TOLONG MENOLONG ATAS APA YANG KITA SEPAKATI DAN SALING TOLERANSI ATAS APA YANG KITA BERBEDA’. Kalau begitu bagaimana dengan saudara-saudara kita yang mengaku sebagai Ahlus Sunnah, Salafiyyah tetapi memiliki prinsip yang sama dengan mereka?

      Sumber: http://www.salafy.or.id/print.php?id_artikel=230

  4. Mereka (para teroris/tukang ngebom & orang2x yg bersimpati kepada perjuangan para teroris) tidak terima kalo di juluki khowarij !!,menurut mereka orang hanya bisa disebut khowarij bila dia memberontak kepada pemerintah yg menggunakan UUD negara AlQur’an & As Sunnah Secara Murni dan Konsekuen seperti zaman Rosulullah,pemerintahan Abu Bakar,Umar,Utsman dan Ali Bin Abi Tholib,sedangkan kalo memberontak pada pemerintah Republik Indonesia tidak bisa disebut khowarij karena NKRI menurut mereka pemerintahan thoghut kafir karena menggunakan asas negara bukan Alquran & As Sunnah.Bagaimana menjawab syubhat ini ustadz?? Syukron.Teruskan perjuangan mematahkan syubhat mereka Ustadz.Do’a kami menyertaimu.

  5. Tulisan ini sekaligus sebagai realisasi taubat kami dari pemahaman Khawarij yang dulu sempat kami yakini ketika bergabung dengan salah satu kelompok yang mengaku Ahlus Sunnah namun terjangkit virus Khawarij di kota Makassar, Indonesia

    ckckck salah satu point yg sangat menarik, sangat jarang ada yg seperti ini, kalao yg ust maksud WI, banyakna itu saudaraku di situ.. barakallahu fiik

    • بسم الله الرحمن الرحيم

      Mengumbar aib orang atau ghibah tidak semuanya terlarang, ada yang diperkecualikan, sebagaimana yang dijelaskan Al-Imam An-Nawawi rahimahullah dalam kitabnya Riyadus Shalihin:

      باب مَا يباح من الغيبة

      (BAB GHIBAH YANG DIBOLEHKAN)

      اعْلَمْ أنَّ الغِيبَةَ تُبَاحُ لِغَرَضٍ صَحيحٍ شَرْعِيٍّ لا يُمْكِنُ الوُصُولُ إِلَيْهِ إِلاَّ بِهَا ، وَهُوَ سِتَّةُ أسْبَابٍ :

      الأَوَّلُ : التَّظَلُّمُ ، فَيَجُوزُ لِلمَظْلُومِ أنْ يَتَظَلَّمَ إِلَى السُّلْطَانِ والقَاضِي وغَيرِهِما مِمَّنْ لَهُ وِلاَيَةٌ ، أَوْ قُدْرَةٌ عَلَى إنْصَافِهِ مِنْ ظَالِمِهِ ، فيقول : ظَلَمَنِي فُلاَنٌ بكذا .

      الثَّاني : الاسْتِعانَةُ عَلَى تَغْيِيرِ المُنْكَرِ ، وَرَدِّ العَاصِي إِلَى الصَّوابِ ، فيقولُ لِمَنْ يَرْجُو قُدْرَتهُ عَلَى إزالَةِ المُنْكَرِ : فُلانٌ يَعْمَلُ كَذا ، فازْجُرْهُ عَنْهُ ونحو ذَلِكَ ويكونُ مَقْصُودُهُ التَّوَصُّلُ إِلَى إزالَةِ المُنْكَرِ ، فَإنْ لَمْ يَقْصِدْ ذَلِكَ كَانَ حَرَاماً .

      الثَّالِثُ : الاسْتِفْتَاءُ ، فيقُولُ لِلمُفْتِي : ظَلَمَنِي أَبي أَوْ أخي ، أَوْ زوجي ، أَوْ فُلانٌ بكَذَا فَهَلْ لَهُ ذَلِكَ ؟ وَمَا طَريقي في الخلاصِ مِنْهُ ، وتَحْصيلِ حَقِّي ، وَدَفْعِ الظُّلْمِ ؟ وَنَحْو ذَلِكَ ، فهذا جَائِزٌ لِلْحَاجَةِ ، ولكِنَّ الأحْوطَ والأفضَلَ أنْ يقول : مَا تقولُ في رَجُلٍ أَوْ شَخْصٍ ، أَوْ زَوْجٍ ، كَانَ مِنْ أمْرِهِ كذا ؟ فَإنَّهُ يَحْصُلُ بِهِ الغَرَضُ مِنْ غَيرِ تَعْيينٍ ، وَمَعَ ذَلِكَ ، فالتَّعْيينُ جَائِزٌ كَمَا سَنَذْكُرُهُ في حَدِيثِ هِنْدٍ إنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى .

      الرَّابعُ : تَحْذِيرُ المُسْلِمينَ مِنَ الشَّرِّ وَنَصِيحَتُهُمْ ، وذَلِكَ مِنْ وُجُوهٍ :

      مِنْهَا جَرْحُ المَجْرُوحينَ مِنَ الرُّواةِ والشُّهُودِ وذلكَ جَائِزٌ بإجْمَاعِ المُسْلِمينَ ، بَلْ وَاجِبٌ للْحَاجَةِ .

      ومنها : المُشَاوَرَةُ في مُصاهَرَةِ إنْسانٍ أو مُشاركتِهِ ، أَوْ إيداعِهِ ، أَوْ مُعامَلَتِهِ ، أَوْ غيرِ ذَلِكَ ، أَوْ مُجَاوَرَتِهِ ، ويجبُ عَلَى المُشَاوَرِ أنْ لا يُخْفِيَ حَالَهُ ، بَلْ يَذْكُرُ المَسَاوِئَ الَّتي فِيهِ بِنِيَّةِ النَّصيحَةِ

      ومنها : إِذَا رأى مُتَفَقِّهاً يَتَرَدَّدُ إِلَى مُبْتَدِعٍ ، أَوْ فَاسِقٍ يَأَخُذُ عَنْهُ العِلْمَ ، وخَافَ أنْ يَتَضَرَّرَ المُتَفَقِّهُ بِذَلِكَ ، فَعَلَيْهِ نَصِيحَتُهُ بِبَيانِ حَالِهِ ، بِشَرْطِ أنْ يَقْصِدَ النَّصِيحَةَ ، وَهَذا مِمَّا يُغلَطُ فِيهِ . وَقَدْ يَحمِلُ المُتَكَلِّمَ بِذلِكَ الحَسَدُ ، وَيُلَبِّسُ الشَّيطانُ عَلَيْهِ ذَلِكَ ، ويُخَيْلُ إِلَيْهِ أنَّهُ نَصِيحَةٌ فَليُتَفَطَّنْ لِذلِكَ.

      وَمِنها : أنْ يكونَ لَهُ وِلايَةٌ لا يقومُ بِهَا عَلَى وَجْهِها : إمَّا بِأنْ لا يكونَ صَالِحاً لَهَا ، وإما بِأنْ يكونَ فَاسِقاً ، أَوْ مُغَفَّلاً ، وَنَحوَ ذَلِكَ فَيَجِبُ ذِكْرُ ذَلِكَ لِمَنْ لَهُ عَلَيْهِ ولايةٌ عامَّةٌ لِيُزيلَهُ ، وَيُوَلِّيَ مَنْ يُصْلحُ ، أَوْ يَعْلَمَ ذَلِكَ مِنْهُ لِيُعَامِلَهُ بِمُقْتَضَى حالِهِ ، وَلاَ يَغْتَرَّ بِهِ ، وأنْ يَسْعَى في أنْ يَحُثَّهُ عَلَى الاسْتِقَامَةِ أَوْ يَسْتَبْدِلَ بِهِ .

      الخامِسُ : أنْ يَكُونَ مُجَاهِراً بِفِسْقِهِ أَوْ بِدْعَتِهِ كالمُجَاهِرِ بِشُرْبِ الخَمْرِ ، ومُصَادَرَةِ النَّاسِ ، وأَخْذِ المَكْسِ ، وجِبَايَةِ الأمْوَالِ ظُلْماً ، وَتَوَلِّي الأمُورِ الباطِلَةِ ، فَيَجُوزُ ذِكْرُهُ بِمَا يُجَاهِرُ بِهِ ، وَيَحْرُمُ ذِكْرُهُ بِغَيْرِهِ مِنَ العُيُوبِ ، إِلاَّ أنْ يكونَ لِجَوازِهِ سَبَبٌ آخَرُ مِمَّا ذَكَرْنَاهُ .

      السَّادِسُ : التعرِيفُ ، فإذا كَانَ الإنْسانُ مَعْرُوفاً بِلَقَبٍ ، كالأعْمَشِ ، والأعرَجِ ، والأَصَمِّ ، والأعْمى ، والأحْوَلِ ، وغَيْرِهِمْ جاز تَعْرِيفُهُمْ بذلِكَ ، وَيَحْرُمُ إطْلاقُهُ عَلَى جِهَةِ التَّنْقِيصِ ، ولو أمكَنَ تَعْريفُهُ بِغَيرِ ذَلِكَ كَانَ أوْلَى ، فهذه ستَّةُ أسبابٍ ذَكَرَهَا العُلَمَاءُ وأكثَرُها مُجْمَعٌ عَلَيْهِ ، وَدَلائِلُهَا مِنَ الأحادِيثِ الصَّحيحَةِ مشهورَةٌ .

      Jadi ada 6 macam ghibah yang dibolehkan, diantaranya yang ke-4: Memperingatkan dan menasihati kaum muslimin akan kesesatan seorang tokoh atau satu kelompok.

      Al-Hafizh Ibnu Rajab al-Hambaly -rahimahullah- menegaskan, “Oleh karena itu, tidaklah nasihat seperti ini termasuk dalam bab ghibah secara keseluruhan, walaupun diduga bahwa seseorang akan membenci apabila kesalahannya yang menyelisihi al-haq ditampakkan, sehingga kebenciannya pada hal ini tidaklah dianggap. Karena kebencian akan ditampakkannya kebenaran, hanya karena menyelisihi pendapat orang tersebut bukanlah termasuk perangai yang terpuji, bahkan wajib bagi setiap muslim untuk mencintai ditampakkannya kebenaran, sehingga kaum muslimin mengetahuinya, sama saja apakah kebenaran itu selaras dengan pendapatnya ataukah berlawanan.” (Lihat Al-Farqu baina an-Nashihah wat Ta’yir, karya Al-Imam al-Hafizh Ibnu Rajab al-Hambaly rahimahullah, soft copy dari http://www.sahab.net)

  6. Bismillah., Ustad sebagai seorang Awam Bolehkah Ana Minta Alamat Email Atau YM Antum. Ada sedikit Yang Ingin Ana tanyakan.. Sebagai seorang Muslim tidak pantas membicarakannya di ruang Publik.. Demi Alloh Ana tidak ingin menjelekkan suatu Kaum dan membaikkan kaum lainnya..

  7. jazakumullah khair … alhamdulilah sebuah pencerahan dan jawaban ahti yang mulai bimbang …
    mohon izin copy pastenya tad ..

  8. alahmdulillahi Rabbil ‘alamiin. sekarang sudah mengerti. semoga kita terhindar dari kaum khawarij. ijinkan saya meng-copy paste

  9. assalamualaikum,

    bagaimana label takfiri diberikan kepada Sayyid Qutb?
    bagaimana Islam mengatur etika labelling (wahabi, salafi, takfiri dll) terhadap ulama, seseorang atau golongan?
    sudilah kiranya ustad memberikan pencerahan kepada saya yang awam.
    semoga jawaban ustad bisa berguna bagi pembaca blog yang lain.
    terima kasih

    wassalamualaikum

    • Wa’alaykumussalam, terima kasih atas pertanyaan Anda, Sayid Qutb memang takfiri karena dia mengkafirkan kaum muslimin daam banyak kitabnya. Berikut penjelasan Al Ustadz Muhammad Umar As Sewed hafizhahullah:

      PENGKAFIRAN SAYYID TERHADAP KAUM MUSLIMIN

      Akibatnya sungguh mengerikan! Dia mengkafirkan seluruh kaum muslimin dan umat islam secara tersirat dan tersurat dan meremehkan kesyirikan dalam masalah ibadah. Perhatikanlah ucapannya : ”Termasuk dalam ruang lingkup masyarakat jahiliyah adalah masyarakat yang mengaku dirinya muslim. Masyarakat tersebut masuk kedalam lingkungan ini bukan karena meyakini uluhiyah kepada selain Allah dan tidak pula menghadapkan syiar-syiar ibadah kepada selain Allah, tetapi mereka masuk ke dalam masyarakat jahiliyah ini karena tidak beragama dengan ‘peribadatan’ pada Allah dalam undang-undang kehidupan mereka. Maka yang demikian walaupun mereka tidak meyakini uluhiyyah seorangpun kecuali Allah tetapi mereka telah memberikan yang paling istimewa dari keistimewaan- keistimewaan ketuhanan pada selain Allah dan beragama dengan hakimiyah pada selain Allah.” (Fi Zhilal)

      Tampak dari ucapannya bahwa masyarakat Islam hanya pengakuan, padahal sebenarnya mereka adalah masyarakat jahiliyah. Terkesan pula bahwa memberikan syiar-syiar kepada selain Allah adalah masalah sepele, bahkan sebagaimana diterangkan oleh Syaikh Rabi’ bahwa hampir pada semua tulisan Sayyid dalam tafsir Fii Zhilalil Qur’an dan yang lainnya tidak memperdulikan para penyembah kubur, orang-orang yang melampaui batas dalam terhadap ahlul bait dan para wali, serta orang-orang yang memberikan sifat-sifat uluhiyyah dan ubudiyyah kepada mereka. Dia tidak menghukumi manusia kecuali dengan penyelisihannya terhadap hakimiyyah. Dan penafsiran Sayyid terhadap Laa ilaaha illallah tidak keluar dari hakimiyyah, kekuasaan, dan kepemimpinan semata.

      Juga ucapan Sayyid ketika menafsirkan surat Yusuf 106 :

      ”Tidaklah kebanyakan mereka beriman pada Allah kecuali dalam keadaan musyrik.” (Surat Yusuf 106)

      Setelah Sayyid menyebutkan syirik yang samar dia mengatakan : ”Dan di sana ada syirik yang tampak jelas yaitu tunduk kepada selain Allah dalam salah satu urusan kehidupan dan tunduk kepada aturan syari’at yang dijadikan oleh manusia sebagai hukum. Hal ini merupakan asas dalam kesyirikan yang tidak bisa dibantah. Demikian pula tunduk kepada adat-adat kebiasaan seperti mengadakan perayaan-perayaan, musim-musim yang diatur oleh manusia padahal tidak disyariatkan oleh Allah, tunduk pada aturan pakaian yang menyelisihi apa yang diperintahkan oleh Allah untuk ditutupi dan membuka aurat-aurat yang syariat Allah telah menetapkan untuk ditutupi[1]. Urusan seperti ini lebih dari sekedar pelanggaran dan dosa penyelisihan syariat, karena urusan itu merupakan ketaatan dan ketundukan pada pemahaman yang umum pada masyarakat berupa ciptaan hamba dan meninggalkan perkara yang jelas yang muncul dari penguasa para hamba. Sesungguhnya ketika itu bukan lagi dia sebagai dosa melainkan pensyariatan karena yang demikian merupakan ketundukan pada selain Allah dalam perkara yang menyelisihi perintah Allah.” (Fi Zhilalil Qur’an 4/2023)

      Dalam ucapan Sayyid diatas terdapat dua bahaya besar. Pertama, pengkafiran kaum muslimin karena dosa-dosa seperti mengikuti adat kebiasaan, berpakaian yang menyelisihi syari’at dan lain-lain. Kedua, penafsiran Al Qur’an tidak seperti apa yang dikehendaki Allah khususnya dalam masalah kesyirikan.Hal ini terjadi karena Sayyid bersikap ghuluw pada masalah hakimiyah sampai-sampai dia berkata : “Sesungguhnya kesyirikan mereka ( jahiliyah) yang asasi bukan dalam keyakinan tapi dalam masalah hakimiyah” (Fi Zhilal : 3/1492)

      Sungguh aneh pemahaman Sayyid ini. Bagaimana kira-kira dia menghukumi raja Najasyi yang masuk islam dengan keyakinannya dan belum sempat mempraktekkan hukum-hukum islam dan belum menerapkan Al Hakimiyah di negaranya? Kalau menurut pemahaman Sayyid berarti dia tetap kafir karena menurutnya kesyirikan hakiki adalah pada penerapan hakimiyah dan bukan pada masalah keyakinan!

      Adapun pemahaman Ahlus Sunnah adalah pemahaman Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Beliau bersabda kepada para shahabat ketika mendengar raja Najasyi meninggal :

      “Telah meninggal hari ini seorang yang shalih dari habasyah. Marilah kemari ! Shalatkanlah dia!” (HR. Bukhari dengan Fathul Bari 3/1320)

      Bagaimanakah pendapat anda kalau raja Najasyi menerapkan hakimiyah tetapi tidak meyakini aqidah tauhid den beribadah kepada kuburan-kuburan? Apakah Rasulullah akan menganggap dia sebagai muslim?!

      ANGGAPAN SAYYID BAHWA UMAT ISLAM TELAH LENYAP

      Saudarakau kaum muslimin, sesungguhnya Sayyid Quthb tidak menganggap keberadaan kita sebagai kaum Muslimin. Dia menganggap umat Islam telah lenyap dengan lenyapnya kekhilafahan! Lihatlah dia berkata dalam bukunya Hadlirul Islam wa Mustaqbaluh (Islam kini dan Esok) : ”Kami mengajak untuk mengembalikan kehidupan Islami dalam masyarakat yang Islami dengan hukum aqidah Islam dan pandangan yang Islami, sebagaimana dihukumi pula oleh syariat Islam dan aturan yang Islami. Kita telah mengetahui bahwa kehidupan Islam seperti ini telah berhenti sejak lama di seluruh permukaan bumi. Dan keberadaan Islam pun telah berhenti … .”

      Tenang sebentar! Jangan tergesa-gesa menafsirkan dengan tafsiran pembelaan, karena Sayyid akan berkata lebih jelas lagi, yaitu : ” … kami menampakkan kenyataan yang terakhir ini walaupun akan menyebabkan munculnya benturan keras dan keputus asaan dari orang-orang yang masih tetap menginginkan untuk menjadi Muslimin.”

      Lihat dia menyebut kaum Muslimin dengan ungkapan : ”Orang-orang yang ingin menjadi Muslimin”!

      Ucapan yang hampir sama ia ucapkan pula dalam bukunya Al Adalah Al Ijtima’iyah, setelah dia membawakan ayat-ayat tentang hakimiyah : ”Ketika kita memperhatikan seluruh permukaan hari ini, di bawah cahaya ketetapan Ilahi terhadap pemahaman dien ini, kita tidak mendapatkan keberadaaan dien ini … sesungguhnya keberadaan dien ini telah lenyap sejak kelompok terakhir dari kaum Muslimin melepaskan pengesaan Allah dalam Hakimiyah dalam kehidupan manusia. Yang demikian adalah ketika mereka meninggalkan berhukum dengan syari’at Allah semata dalam segala aspek kehidupan. Kita harus mengakui kenyataan pahit ini dan harus menampakkanya. Janganlah kita khawatir munculnya “putus harapan” dalam hati-hati kebanyakan orang-orang yang suka untuk menjadi Muslimin. Mereka seharusnya meyakini bagaimana mereka dapat menjadi muslimin. Sesungguhnya musuh-musuh dien ini telah menjalankan usaha sejak beberapa abad dan masih tetap melaksanakan usaha-usaha maksimal yang menipu dan jahat untuk merampas kehendak kebanyakan orang yang ingin menjadi Muslimin?” (Al Adalah Al Ijtima’iyah hal. 183-184)

      Di sini terlihat pemikiran-pemikiran Sayyid yang berbahaya di aataranya anggapan beliau bahwa :

      Kehidupan Islam telah tiada
      Bahkan wujud Islam telah berhenti
      Anggapan bahwa kaum muslimin adalah orang-orang kafir jahiliyah yang menginginkan Islam
      Inti Islam yang hakiki adalah tauhid hakimiyah
      Dia mengharuskan dan menegaskan untuk mengumumkan pengkafiran umat Islam
      Adakah pengkafiran yang lebih jelas daripada pengkafiran Sayyid Quthb ini?! Mana yang dinamakan pengkafiran kalau ucapan seperti ini tidak dinamakan pengkafiran? Perhatikanlah wahai orang-orang yang memiliki pandangan!

      UMAT ISLAM TELAH MURTAD DAN ADZAB BAGI MEREKA LEBIH KERAS DARI PADA ORANG KAFIR LAINNYA

      Sayyid Quthb berkata : ”Telah bergeser jaman, kembali seperti keadaan pada hari datangnya dien ini kepada manusia (yaitu masa jahiliyah). Telah murtad manusia menuju peribadatan kepada hamba-hamba dan menuju kerusakan agama-agama. Mereka telah berpaling dari Laa Ilaaha Illallah, walaupun sekelompok dari mereka masih tetap mengumandangkan di menara-menara adzan Laa Ilaaha Illallah tanpa memahami maksudnya, tanpa mengerti apa konsekwensinya, padahal dia mengulang-ulangnya. Juga tanpa menolak pensyariatan hakimiyah yang diaku oleh para hamba untuk diri-diri mereka. Hal ini sama dengan penuhanan (uluhiyah). Sama saja, apakah diaku oleh pribadi-pribadi atau kelompok pensyariatan ataupun oleh masyarakat…” (fi Zhilalil Qur’an 2/1057)

      Bahkan lebih kejam lagi dia berkata : ”… yaitu kemanusiaan seluruhnya, termasuk di dalamnya mereka yang mengulang-ulang di menara-menara adzan di timur atau di barat bumi ini kalimat Laa Ilaaha Illallah tanpa maksud dan tanpa kenyataan. Mereka paling berat dosanya dan paling keras adzabnya karena mereka telah murtad kepada peribadatan para hamba setelah jelas baginya petunjuk dan karena mereka sebelumnya berada dalam dien Allah”. (Fi Zhilalil Qur’an 2/1057)

      Lihatlah betapa beraninya Sayyid mengkafirkan kaum Muslimin dan menganggap mereka orang-orang murtad yang paling keras adzabnya. Padahal mereka masih mengumandangkan adzan dan masih shalat. Lantas apa anggapan dia tentang peribadatan mereka di masjid-masjid?

      MASJID MENURUT SAYYID ADALAH TEMPAT PERIBADATAN JAHILIYAH

      Bertolak dari pengkafiran dia terhadap masyarakat Islam, maka Sayyid menganggap masjid-masjid mereka sebagai tempat-tempat peribadatan jahiliyah. Dia berkata ketika menafsirkan ucapan Allah dalam surat Yunus 87 :

      “Dan Kami wahyukan kepada Musa dan saudaranya : ’Ambillah olehmu berdua beberapa rumah di Mesir untuk tempat tinggal bagi kaummu dan jadikanlah olehmu rumah-rumahmu itu tempat sembahyang dan dirikanlah olehmu sembahyang serta gembirakanlah orang-orang yang beriman.’ ” (Surat Yunus 87)

      Dia berkata : ” … inilah pengalaman yang Allah tunjukkan kepada kelompok Mukmin agar menjadi teladan. Bukan khusus bagi Bani Israil. Tapi ini adalah pengalaman iman yang murni. Kadang-kadang orang-orang beriman mendapati diri-diri mereka terusir pada suatu hari dari masyarakat jahiliyah, ketika fitnah telah merata, thoghut telah bertambah sombong dan manusia telah rusak, serta lingkungan telah membusuk. Demikian pula keadaan di jaman Fir’aun pada masa ini. Di sini Allah mengarahkan kita pada beberapa perkara :

      Memisahkan diri dari masyarakat jahiliyah, busuknya, rusaknya, dan kejelekannya sebisa mungkin. Dan mengumpulkan ‘kelompok mukmin’ yang baik dan bersih dirinya untuk mensucikan, membersihkan, dan melatih serta menyusun mereka hingga datang janji Allah untuk mereka.
      Menghindari tempat-tempat peribadatan jahiliyah dan menjadikan rumah-rumah ‘kelompok Muslim’ sebagai masjid yang di sana mereka dapat merasakan keterpisahan mereka dari masyarakat jahiliyah. Kemudian di sana mereka melangsungkan peribadatan kepada Rabb mereka dengan cara yang benar. Dan melanjutkan dengan ibadah tersebut menuju semacam keteraturan (tandhim) dalam lingkungan suasana ibadahyang suci. (Fi Zhilalil Qur’an 3/1816) ”
      Apa yang akan terjadi kalau dakwah Sayyid seperti ini dibiarkan ? Jelas penafsiran yang bathil ini akan mengakibatkan ditinggalkannya masjid-masjid dan munculnya Neo Khawarij dengan gaya baru yang memisahkan diri dari masyarakat Islam dan mengkafirkan mereka. Kemudian siapa yang dimaksud ‘kelompok Mukmin’, ‘kelompok Muslim’ dalam masyarakat jahiliyah ini? Tentu pembaca dapat menebak dengan melihat aqidah dan pemikiran Sayyid yang telah dijelaskan. Ya tentunya yang dia maksud adalah dirinya dan orang-orang yang mengikuti pemikirannya.

      Sumber: http://darus-sunnah.blogspot.com/2008/06/waspadalah-dari-tokoh-takfiri-satu-ini.html

  10. Assalamualaikum,

    Isi blog antum bermanfaat sekali. Sangat bermanfaat. Namun, untuk lebih meng efisiensikan, ukuran font nya bisa lebih sedikit dikecilkan..
    Jazaakallahu khayran.

  11. ustadz, mohon dijelaskan, karena saya memang belum tahu, mengenai hubungan antara kedua hadits di bawah ini yang terkesan terpisah satu dan lainnya karena diriwayatkan oleh Rawi yang berbeda, dan tidak ada kelanjutan dari HR Muslim ataupun hadits yang mengawai HR At-tirmidzy.

    Nabi shallallahu’alaihi wa sallam telah memperingatkan:

    يخرج قومٌ من أمتي يقرءون القرآن ليس قراءتكم إلى قراءتهم بشيء ولا صلاتكم إلى صلاتهم بشيء ولا صيامكم إلى صيامهم بشيء

    “Akan keluar satu kaum dari umatku yang membaca Al-Qur’an, dimana bacaan kalian tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan bacaan mereka, demikian pula sholat kalian tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan sholat mereka, juga puasa kalian tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan puasa mereka.” (HR. Muslim, no. 2516)

    Perhatikanlah bagaimana hebatnya ibadah mereka, namun bersamaan dengan itu, Nabi shallallahu’alaihi wa sallam menyatakan mereka adalah anjing-anjing neraka, sebagaimana dalam hadits berikut ini:

    كلاب النار شر قتلى تحت أديم السماء خير قتلى من قتلوه

    “Mereka adalah anjing-anjing neraka; seburuk-buruknya makhluk yang terbunuh di bawah kolong langit, sedang sebaik-baiknya makhluk yang terbunuh adalah yang dibunuh oleh mereka.” [HR. At-Tirmidzi, (no. 3000), dari Abu Umamah Al-Bahili -radhiyallahu’anhu-, dihasankan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Al-Misykah, (no. 3554)]

    • Bismillah,

      Hadits kedua saya ringkas, kisahnya tentang orang-orang yang disebutkan pada hadits yang pertama, demikian pula yang dijelaskan para ulama, diantaranya dalam kitab Talbis Iblis karya Al-Imam Ibnul Jauzi rahimahullah, silakan dirujuk. Wallahu A’lam.

  12. terus bagaimana usaha antum untuk menegakkan syariah islam di negeri ini??? apakah hanya dengan tholabul ilmi sampai ubanan tanpa pengamalan?? kita butuh aksi bukan saling tuding sana sini.

    • Bismillah,

      “Tegakkan syari’at dalam dirimu, niscaya dia akan tegak di bumi mu.”

      Minimalnya seseorang menegakkan syari’at dalam diri dan keluarganya, kemudian masyarakatnya dan seterusnya. Sedang syari’at yang dipahami para ulama Salaf adalah keseluruhan agama ini, dan yang paling penting adalah tauhid yang benar, manhaj yang lurus, meneladani Nabi shallallahu’alaihi wa sallam dan para sahabat dalam setiap aspek kehidupan. Jadi siapapun bisa menegakkan syari’at sesuai kemampuannya, tidak harus menunggu pemerintah atau menunggu sampai berkuasa

      Perlu dicamkan baik-baik, penegakkan syari’at tidak akan mungkin bisa benar kecuali dengan ilmu, yaitu petunjuk Allah dan Rasul-Nya. Jika tidak maka hasilnya seperti apa yang dilakukan orang-orang yang mengikuti paham teroris khawarij. Oleh karena itu ketika Al-Imam Ahmad rahimahullah ditanya, sampai kapan menuntut ilmu? Apakah beliau menjawab sampai ubanan saja. Tidak, bahkan kata beliau, sampai mati. Dalam riwayat lain: “Bersama pena dan tinta sampai ke kuburan”. Sebab menuntut ilmu itu sendiri termasuk bagian terpenting dari penegakkan syari’ah Islam, sehingga kata Nabi shallallahu’alaihi wa sallam:

      مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيْقًا اِلىَ اْلجَنَّةِ

      “Barangsiapa yang menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu agama, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu)

      Allahu yahdiyk.

  13. “Menghukumi seseorang telah murtad atau keluar dari agama Islam adalah kewenangan para ulama yang mendalam ilmunya, mereka adalah para qadhi di mahkamah syari’at dan para ahli fatwa yang diakui keilmuannya.”

    memperhatikan kutipan diatas, Ana mau bertanya, apakah kita boleh mengatakan kafir kepada pengikut syiah rafidah dengan dasar pendapat para ulama ?
    syukran.

    • Bismillah,

      Orang-orang Syi’ah Rafidhah bertingkat-tingkat kesesatannya, para ulama pun menghukumi pengkafiran jika kesesatannya sampai pada kekafiran, seperti; mempercayai imam-imam mereka mengetahui perkara ghaib, meyakini bahwa Al-Qur’an telah diubah, mencela agama para sahabat, dll. Hanya saja dibedakan anatara mengatakan kafir secara muthlaq dan mu’ayyan. Wallahu A’lam.

  14. Bismillah
    BaarakAllahufiyk wa yuhayyik ustadz..artikel yg masyaAllah manfaat..ada sedikit pertanyaan..bgm mennggapi org yg msh berpendapat beliau ABB-hadahullaahu- bkn khawaarij?

    • بسم الله الرحمن الرحيم

      Permasalahan yang paling penting adalah berhati-hati dari aqidah dan pemikiran ABB yang sudah terbukti bahwa aqidah dan pemahamannya adalah Khawarij. Hendaklah kita nasihatkan saudara kita dengan penjelasan yang ilmiah, disertai dalil-dalil dan penjelasan para ulama. Wallahu A’lam.

  15. izin kopi paste ya ustadz
    smoga Allah azza wa jalla senantiasa memberikan kekuatan dan kesehtan kpd antum.
    Barakallahu fika
    Jazakallahkhaer

  16. Kalau di Indonesia, beliau adalah salah satu penerusnya Imam DI/TII Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo, bersama dengan rekan beliau Abdullah Sungkar.

  17. subhanallah tulisan yang bagus. klo bisa ana usul supaya tulis juga artikel mengenai jihad yang syari’, supaya jelas siapa yang menolong agama Allah dan siapa yang berbuat kerusakan dimuka bumi.

  18. Jazaakumullaahu khairan.

    ‘Afwan yaa Ustadz, manakah yang shahih dari hadits yang antum nukil: “Wahai Rasulullah, berlaku adillah!” ataukah “Wahai Muhammad, berlaku adillah!”?

    Baarakallaahu fiikum.

  19. Alhamdullah ABB ditangkap oleh pemerintah kita, Sebagian dari kita tahu bahwa ABB adalah salah seorang pemikir pemberontakan terhadap pemerintah muslim di indonesia yang sempat melarikan diri dari tanah air di jaman pemerintahan pak Soeharto…. namun pemikiran khawarij masih banyak bercokol di tanah air kita….semoga kita semua yang mengaku salafiyyin terhindar dari subhat-subhat para pemikir dari kalangan mereka…..untuk kelompok-WI-memang sudah banyak anggota mereka yang keluar dan merujuk kepada Salaf sehingga Ustadz ini dan Ustadz Salaf bahkan Ulama Salaf sangat di benci oleh mereka walau terkadang memakai pemikiran ulama Salaf sebagian-sebagian tapi yang hanya cocok dengan perut mereka. Mereka memang salah satu kelompok besar didaerah saya yang saya kira pergerakan mereka perlu diawasi oleh pemerintah kita…dan kita doakan agar pemimpin-pemimpin kita dapat diberi petunjuk dan kebenaran dari Allah SWT Subhanahu wa Ta’ala, sehingga nantinya dapat menggapai negara dan pemerintahan Islam yang kuat,amin

  20. Afwan, Oot Of Topic
    ana mau nanya kalau mengatakan kafir untuk syiah rafidah yang menghujat sahabat seperti Abu Bakar ra. dan Umar ra. gimana ustadz ?
    Jazakallah.

    • بسم الله الرحمن الرحيم

      Pertama: Jika yang dihujat adalah berpegang teguhnya para sahabat terhadap agama yang telah dipuji oleh Allah maka itu termasuk kekafiran. Adapun jika yang dihujat adalah hal-hal yang bersifat duniawi maka itu termasuk dosa besar.

      Kedua: Mengatakan seorang itu kafir ada dua bentuk:
      1. Muthlaq (umum), contoh: “Orang Syi’ah yang menghujat agama sahabat maka dia kafir” (Perhatikan, tanpa menyebut nama si fulan atau fulanah)
      2. Ta’yin (vonis terhadap person), untuk mengatakan orang kafir secara person perlu adanya syarat-syarat yang harus terpenuhi dan terangkatnya penghalang, dimana sudah kita isyaratkan di atas, dari penjelasan Syaikh Shalih Al-Fauzan, bahwa hal itu hanya dapat direalisasikan oleh orang-orang yang berilmu. Wallahu A’lam.

  21. PERANG TERHADAP TERORIS KHAWARIJ BUKAN PERANG TERHADAP ISLAM (Sebuah Catatan Atas Tertangkapnya Abu Bakar Ba’asyir, Bag. 1) « Tholibah.web.id PERANG TERHADAP TERORIS KHAWARIJ BUKAN PERANG TERHADAP ISLAM (Sebuah Catatan Atas Tertangkapnya Abu Bakar Ba’asyir, Bag. 1) « Tholibah.web.id

    […] Selengkapnya.. […]

  22. Jazakumullah khairan ya ustadz…
    Smg nasihat yg bermanfaat ini menjadi amal kebaikan diakhirat nanti…
    Tlg sampaikan salam ana kpd syaikh shaleh alghusn dan muridnya imam syuhada aliskandar…
    Uhibbukum fillah…

  23. bismillahirohmanirohim
    assalamaualaikum ustadz punten izin tanya

    apakah jama’ah NII/DI/TII ( bukan AL-ZAYTUN INDRAMAYU ) termasuk khawarij ? karena karakteristiknya sama ( saya pernah bergabung di dalamnya alhamdulillah sekarang sudah keluar )

    1. berbaiat ( mengucapkan syahadat di depan pemimpin rayon )
    2. tauhid terbagi 3 ( rububiyah uluhiyah mulkiyah )
    3. diluar jamaah belumah islam hingga mereka berbaiat
    4.distribusi zakat dan infaq khusus di lingkungan jamaah
    5. syariat Qurban berdasarkan ijtihad amir mereka boleh diganti dengan uang (bukan penyembelihan hewan qurban) yg diberikan kepada panitia dan kemudian diberikan kepada mustahiq ( padahal mereka sendiri membuka usaha depot hewan qurban terbesar di bandung untuk dijual kpd masyarakat umum,..aneh kan )
    6. pengkafiran kepada pemerintah NKRI

    mohon bimbinganmu ustadz karena saya terlanjur mengajak saudara untuk masuk ke jamaah mereka,..what should i do ??

    jazakallah khairan

    • بسم الله الرحمن الرحيم

      Wa’alaykumussalam warahmatullah, insya Allah kami tidak ragu untuk mengatakan merekalah Khawarij tulen, karena adanya penyimpangan-penyimpangan seperti yang Antum sebutkan. Adapun orang-orang yang dulu Antum ajak bergabung dengan mereka, maka wajib bagi Antum untuk menjelaskan kepada mereka penyimpangan AL-ZAYTUN dan ajak kembali mereka untuk keluar dari kelompok sesat tersebut dan rujuk kepada manhaj Ahlus Sunnah wal Jama’ah.

      Wajazaakumullahu khairon.

  24. Ustad terus terang saya tidak setuju dengan penangkapan Ustad (?) Baasyir. Kenapa, apa yang dikemukakan ustad tidak seluruhnya tidak saya setujui namun juga banyak yang saya setujui, hanya satu yang tidak saya setujui Ustad lupa IKROMUL MUSLIMIN, kalo ada benranya ini dari ALLOH kalo salah ini KEBODOHAN SAYA, semoga ALLOH mengampuni kesalahan saya.

    • Bismillah, Assalamu’alaykum, Ya Akhi, mari kita perhatikan sabda Nabi shallallahu’alaihi wa sallam tentang kaum muslimin yang bergabung dengan kelompok Khawarij, kata beliau, “Mereka adalah anjing-anjing neraka”. Dan beliau berpesan, “Di mana saja kalian mendapati mereka, maka perangilah mereka, karena dalam memerangi mereka terdapat pahala pada hari Kiamat bagi siapa saja yang memeranginya”. Tentunya tidak bisa kita katakan bahwa Nabi shallallahu’alaihi wa sallam tidak IKROMUL MUSLIMIN.

  25. Jazakumullah khair pada Uztads atas bimbingannya dan juga kepada pemerintah muslimin indonesia dan segenap aparat penegak hukum kita yang semoga mereka mendapat petunjuk kebenaran dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala kepada din islam yang benar . Ana minta ijin pada Uztads atas tulisannya untuk copy paste di blog ana

  26. Sekedar tambahan ustadz. APRIL 2008 Waktu di Bontang pas jenguk mertua ana dengar lewat Radio perkataan ABB yg merekomendasikan buku SEORANG AL QAEDA kepada seorang penanya di majelisx kemudian dia (ABB) Berkata -secara makna krna ana gak ingat lg dngn jelas lafalx : “di sana (di buku trsbut) anda akan temukan bahwa Saudi itu negara SEKULER.”

  27. […] pada artikel sebelumnya yang berjudul PERANG TERHADAP TERORIS KHAWARIJ BUKAN PERANG TERHADAP ISLAM, kami telah menjelaskan bukti-bukti ilmiah bahwa sepak terjang Abu Bakar Ba’asyir, para pembela […]

  28. Sungguh sangat bermamfaat apa yang ust tulis dalam bloq ini,,,,semoga Ust Sofyan d panjangkan Umurnya dan kokoh d atas Al Islam dan Assunnah serta d tambahkan ilmu agamanya……..ana support

  29. Bismillah.
    Sebagai tambahan bukti, ana pernah mendengar perkataan ABB sendiri sewaktu berada di salah satu majelisnya di Semarang dahulu bahwa pemerintah, yang waktu itu dipimpin oleh Ibu Megawati, adalah antek toghut amerika. alhamdulillah Alloh mentaqdirkan saya untuk mengenal manhaj salaf sehingga tidak terjerumus lebih jauh dalam pemahamannya. baarokalluhu fiik.

  30. PERANG TERHADAP TERORIS KHAWARIJ ADALAH KEWAJIBAN PEMERINTAH MUSLIM « WAHAI UMAT MANUSIA, PELUKLAH AGAMA ISLAM AGAR KALIAN SELAMAT DUNIA AKHERAT, SESUNGGUHNYA ISLAM ADALAH SATU-SATUNYA JALAN KESELAMATAN (085657260185) PERANG TERHADAP TERORIS KHAWARIJ ADALAH KEWAJIBAN PEMERINTAH MUSLIM « WAHAI UMAT MANUSIA, PELUKLAH AGAMA ISLAM AGAR KALIAN SELAMAT DUNIA AKHERAT, SESUNGGUHNYA ISLAM ADALAH SATU-SATUNYA JALAN KESELAMATAN (085657260185)

    […] pada artikel sebelumnya yang berjudul PERANG TERHADAP TERORIS KHAWARIJ BUKAN PERANG TERHADAP ISLAM, kami telah menjelaskan bukti-bukti ilmiah bahwa sepak terjang Abu Bakar Ba’asyir, para pembela […]

  31. Sangt bermanfaat stad,jd tahu siapa khawarij,cz ana slh seorng yg simpatik dg ABB,dg sloganny menegakkn syariat,tp setlh bc tulisn antum mt dn hati ini jd terbk,mhn doany stad ana diberi keistiqomahn hati tuk selalu berada dlm jaln yg lurus,manhaj yg haq sbgmn Rosulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam,dn para sahabat Radhialllahu ‘anhuma ajma’in cntohkan. Ijin copas ya stad,jazakallah khairan.

  32. pratama says:
    26 Agustus 2010 pukul 9:38 am
    Subhanallah, klo bisa ana usul supaya tulis juga artikel mengenai jihad yang Syari’, supaya jelas siapa yang menolong agama Allah dan siapa yang berbuat kerusakan dimuka bumi.
    Jazakumullahukhairan

  33. minta izin copas dan printing ustadz. ana selalu mendukung segala upaya untuk menjelaskan kepada umat siapa itu teroris berselubungkan islam itu.Efek dari perbuatan khawairij ini sudah memberikan fitnah yg sedemikian besar di dlm lingkungan masyarakat. Teman2 yg berpenamplian sesuai sunnah mendapatkan fitnah lantaran bajunya sama dengan golongan khawarij.Masyarakat yg msh sedikit ilmu syar’i yg dipunyainya biasanya langsung menuduh sebagai bagian dr mereka.Ada baiknya untuk menggelar suatu dauroh besar dengan pembahasan khawairij ini dengan mengundang ulil amri dan kepolisian agar ada pelurusan pemikiran.Ini juga menjadi penegasan bahwa kita yg bermanhaj salaf mendukung usaha pemerintah.

  34. PERANG TERHADAP TERORIS KHAWARIJ BUKAN PERANG TERHADAP ISLAM (via موقع أبي عبد الله سفيان خالد بن إدهام روراي السلفي الأندونيسي) « Ummu 'Abdillah as Slemaniyyah's Blog PERANG TERHADAP TERORIS KHAWARIJ BUKAN PERANG TERHADAP ISLAM (via موقع أبي عبد الله سفيان خالد بن إدهام روراي السلفي الأندونيسي) « Ummu 'Abdillah as Slemaniyyah's Blog

    […] بسم الله الرحمن الرحيم PERANG TERHADAP TERORIS KHAWARIJ BUKAN PERANG TERHADAP ISLAM (Sebuah Catatan Atas Tertangkapnya Abu Bakar Ba’asyir, Bag. 1) Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah menganugerahkan nikmat yang sangat besar kepada kaum muslimin di bulan Ramadhan tahun 1431 H yang penuh berkah ini, yaitu dengan tertangkapnya seorang tokoh yang berpaham Teroris Khawarij, Abu Bakar Ba’asyir. Ucapan terima kasih juga selayaknya dibe … Read More […]

  35. […] kita singgung pada catatan sebelumnya yang berjudul PERANG TERHADAP TERORIS KHAWARIJ BUKAN PERANG TERHADAP ISLAM, bahwa diantara ciri-ciri Khawarij yang ada pada diri Abu Bakar Ba’asyir (ABB) dan kelompoknya […]

  36. […] = {"data_track_clickback":true};Telah kita singgung pada catatan sebelumnya yang berjudulPERANG TERHADAP TERORIS KHAWARIJ BUKAN PERANG TERHADAP ISLAM, bahwa diantara ciri-ciri Khawarij yang ada pada diri Abu Bakar Ba’asyir (ABB) dan kelompoknya […]

  37. […] kita singgung pada catatan sebelumnya yang berjudul Perang Terhadap Teroris Khawarij Bukan Peran Terhadap Islam, bahwa diantara ciri-ciri Khawarij yang ada pada diri Abu Bakar Ba’asyir (ABB) dan kelompoknya […]

  38. […] PERANG TERHADAP TERORIS KHAWARIJ BUKAN PERANG TERHADAP ISLAM (via موقع أبي عبد الله سفيان خالد بن إدهام روراي السلفي الأندونيسي) oleh azmanutara pada Jun 10, 2011 بسم الله الرحمن الرحيم PERANG TERHADAP TERORIS KHAWARIJ BUKAN PERANG TERHADAP ISLAM (Sebuah Catatan Atas Tertangkapnya Abu Bakar Ba’asyir, Bag. 1) Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah menganugerahkan nikmat yang sangat besar kepada kaum muslimin di bulan Ramadhan tahun 1431 H yang penuh berkah ini, yaitu dengan tertangkapnya seorang tokoh yang berpaham Teroris Khawarij, Abu Bakar Ba’asyir. Ucapan terima kasih juga selayaknya dibe … Read More […]

  39. aqidah syiah jelas bentuknya: ingkar thd keutamaan abubakar, umar, ustman, muawiyah… dan itu diwariskan sampai kini. Sedangkan orang2 yg diberi label khawarij, apakah mereka juga benci Ali, benci Amar, benci Muawiyah?

    • بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

      Khawarij generasi awal membenci para sahabat secara keseluruhan karena bertentangan dengan mazhab mereka, bahkan mereka membunuh sebagian sahabat seperti Ali bin Abi Thalib dan Abdullah bin Khabbab, dan usaha membunuh Mu’awiyah gagal, radhiyallahu’anhum ajma’in.

      Adapun KGB (Khawarij Gaya Baru) mungkin tidak membenci sahabat, bahkan memusuhi Syi’ah karena membenci sahabat, akan tetapi kelakuan mereka menyelisihi manhaj sahabat dan menyepakati manhaj Khawarij seperti menentang pemerintah kaum muslimin bahkan mengkafirkan dan memahami ayat sesuai pemahaman Khawarij, yaitu sesuai hawa nafsu mereka.

      Silakan perhatikan kembali tulisan di atas pada poin kedua, bagaimana Khawarij sekarang mengikuti penafsiran ayat Khawarij generasi awal. Perhatikan juga tulisan bagian ketiga: http://nasihatonline.wordpress.com/2011/04/29/mengkafirkan-penguasa-muslim-adalah-akar-kesesatan-teroris-khawarij/

      Semoga Allah ta’ala memberikan hidayah kepadaku dan kepadamu.

  40. alhamdulillah..tercerahkan. gak kebayang dulu ikut2 liqo model sayyid qutb, yang ada bawannya mau panas saja sama kondisi muslim yang gak ideal ini. untung dulu, pernah ikut kajian salaf.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini