بسم الله الرحمن الرحيم
SHOLAT SUNNAH MENYEMPURNAKAN SHOLAT WAJIB
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلاَتُهُ فَإِنْ صَلُحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ فَإِنِ انْتَقَصَ مِنْ فَرِيضَتِهِ شَىْءٌ قَالَ الرَّبُّ عَزَّ وَجَلَّ انْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِى مِنْ تَطَوُّعٍ فَيُكَمَّلَ بِهَا مَا انْتَقَصَ مِنَ الْفَرِيضَةِ ثُمَّ يَكُونُ سَائِرُ عَمَلِهِ عَلَى ذَلِكَ
“Sesungguhnya, amalan seorang hamba yang pertama akan dihisab pada hari kiamat adalah sholatnya, apabila baik sholatnya maka ia telah beruntung dan selamat, dan apabila rusak maka ia telah celaka dan merugi, lalu apabila ada yang kurang pada sholat wajibnya, maka Allah ‘azza wa jalla berfirman: Lihatlah apakah hamba-Ku memiliki amalan sholat sunnah, maka dengan sholat sunnah itu disempurnakan kekurangan pada sholat wajibnya, kemudian semua amalan dihisab seperti itu.” [HR. At-Tirmidzi dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Shahihut Targhib: 540]
(1) SHOLAT SUNNAH DI ANTARA AZAN DAN IQOMAH
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
بَيْنَ كُلِّ أَذَانَيْنِ صَلاَةٌ – قَالَهَا ثَلاَثًا قَالَ فِى الثَّالِثَةِ – لِمَنْ شَاءَ
“Diantara setiap azan dan iqomah terdapat sholat –beliau mengatakannya tiga kali, pada ketiganya beliau berkata- bagi siapa yang mau.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Mughoffal radhiyallahu’anhu]
(2) KEUTAMAAN SHOLAT SUNNAH RAWATIB
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يُصَلِّى لِلَّهِ كُلَّ يَوْمٍ ثِنْتَىْ عَشْرَةَ رَكْعَةً تَطَوُّعًا غَيْرَ فَرِيضَةٍ إِلاَّ بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِى الْجَنَّةِ
“Tidaklah seorang muslim melakukan sholat sunnah karena Allah setiap hari sebanyak 12 raka’at yang bukan sholat wajib, kecuali Allah akan membangunkan baginya sebuah rumah di surga.” [HR. Muslim dari Ummu Habibah radhiyallahu’anha]
Dalam riwayat lain, terdapat perincian 12 raka’at tersebut, yaitu:
أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ قَبْلَ الظُّهْرِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَهَا وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْمَغْرِبِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْعِشَاءِ وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْفَجْرِ
“Empat raka’at sebelum zhuhur, dua raka’at setelah zhuhur, dua raka’at setelah maghrib, dua raka’at setelah isya, dan dua raka’at sebelum shubuh.” [HR. At-Tirmidzi dari Aisyah dan Ummu Habibah radhiyallahu’anhuma, Shahihul Jaami’: 6183]
(3) KEUTAMAAN SHOLAT MALAM (TAHAJJUD & WITIR)
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
عَلَيْكُمْ بِقِيَامِ اللَّيْلِ فَإِنَّهُ دَأْبُ الصَّالِحِينَ قَبْلَكُمْ وَإِنَّ قِيَامَ اللَّيْلِ قُرْبَةٌ إِلَى اللَّهِ وَمَنْهَاةٌ عَنِ الإِثْمِ وَتَكْفِيرٌ لِلسَّيِّئَاتِ
“Hendaklah kalian melakukan sholat malam, karena ia adalah kebiasaan orang-orang shalih sebelum kalian, dan sungguh sholat malam itu adalah pendekatan diri kepada Allah, pencegah dari dosa dan penghapus kesalahan-kesalahan.” [HR. At-Tirmidzi dari Bilal radhiyallahu’anhu, Shahihul Jaami’: 4079]
(4) KEUTAMAAN MENELADANI WUDHU NABI SHALLALLAHU’ALAIHI WA SALLAM & SHOLAT DUA RAKA’AT SETELAHNYA
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوئِي هَذَا ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ لاَ يُحَدِّثُ فِيهِمَا نَفْسَهُ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa berwudhu seperti wudhuku ini, kemudian sholat dua raka’at tanpa berkata-kata terhadap jiwanya (khusyu’), maka akan diampuni dosanya yang telah lalu.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari ‘Utsman bin ‘Affan radhiyallahu’anhu]
(5) SHOLAT TAHIYATUL MASJID
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا دَخَلَ أَحَدُكُمُ الْمَسْجِدَ فَلاَ يَجْلِسْ حَتَّى يُصَلِّيَ رَكْعَتَيْنِ
“Apabila seorang dari kalian masuk masjid maka janganlah ia duduk sampai ia melakukan sholat dua raka’at.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Qotadah bin Rib’i Al-Anshori radhiyallahu’anhu]
(6) KEUTAMAAN SHOLAT TAUBAT
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ رَجُلٍ يُذْنِبُ ذَنْبًا ثُمَّ يَقُومُ فَيَتَطَهَّرُ ثُمَّ يُصَلِّى ثُمَّ يَسْتَغْفِرُ اللَّهَ إِلاَّ غَفَرَ اللَّهُ لَهُ. ثُمَّ قَرَأَ هَذِهِ الآيَةَ وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ
“Tidaklah seseorang melakukan dosa, kemudian ia bangkit untuk bersuci (berwudhu), lalu melakukan sholat (dua raka’at), kemudian memohon ampun kepada Allah, kecuali Allah akan mengampuninya.”
Lalu Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam membaca ayat,
وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ
“Dan orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun atas dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” (Ali Imron: 135) [HR. At-Tirmidzi dari Abu Bakr radhiyallahu’anhu, Shahihut Targhib: 680]
(7) KEUTAMAAN SHOLAT SUNNAH DI HARI JUM’AT SEBELUM KELUARNYA IMAM (UNTUK BERKHUTBAH)
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
مَنِ اغْتَسَلَ ثُمَّ أَتَى الْجُمُعَةَ فَصَلَّى مَا قُدِّرَ لَهُ ثُمَّ أَنْصَتَ حَتَّى يَفْرُغَ مِنْ خُطْبَتِهِ ثُمَّ يُصَلِّىَ مَعَهُ غُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْجُمُعَةِ الأُخْرَى وَفَضْلَ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ
“Barangsiapa mandi, kemudian mendatangi Jum’at, lalu sholat sesuai dengan kemampuan yang Allah tentukan baginya, kemudian ia diam sampai imam selesai dari khutbahnya, kemudian ia sholat bersamanya, maka akan diampuni dosanya antara Jum’at itu sampai Jum’at berikutnya dan ditambah tiga hari.” [HR. Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu]
(8) SHOLAT SUNNAH SETELAH JUM’AT
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمُ الْجُمُعَةَ فَلْيُصَلِّ بَعْدَهَا أَرْبَعًا
“Apabila seorang dari kalian telah melakukan sholat Jum’at, maka hendaklah melakukan sholat sunnah 4 raka’at setelahnya.” [HR. Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu]
(9) KEUTAMAAN SHOLAT DHUHA DAN WAKTUNYA YANG PALING UTAMA
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلاَمَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْىٌ عَنِ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنَ الضُّحَى
“Setiap pagi, atas setiap persendian seorang dari kalian hendaklah bersedekah, maka setiap ucapan tasbih (subhaanaLlaah) adalah sedekah, setiap ucapan tahmid (alhamduliLlaah) adalah sedekah, setiap ucapan tahlil (laa ilaaha illaLlaah) adalah sedekah, setiap ucapan takbir (Allaahu Akbar) adalah sedekah, memerintahkan yang ma’ruf adalah sedekah, dan melarang yang mungkar juga sedekah. Dan mencukupi itu semua dua raka’at sholat dhuha yang dilakukan seseorang.” [HR. Muslim dari Abu Dzar radhiyallahu’anhu]
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam juga bersabda,
صَلاَةُ الأَوَّابِينَ حِينَ تَرْمَضُ الْفِصَالُ
“Sholatnya orang-orang yang taat (sholat dhuha) adalah ketika anak-anak unta mulai kepanasan.” [HR. Muslim dari Zaid bin Arqom radhiyallahu’anhu]
An-Nawawi rahimahullah berkata,
وَفِيهِ : فَضِيلَة الصَّلَاة هَذَا الْوَقْت . قَالَ أَصْحَابنَا : هُوَ أَفْضَل وَقْت صَلَاة الضُّحَى ، وَإِنْ كَانَتْ تَجُوز مِنْ طُلُوع الشَّمْس إِلَى الزَّوَال
“Dalam hadits ini terdapat keutamaan sholat (dhuha) di waktu ini. Para ulama sahabat-sahabat kami berkata, inilah waktu sholat dhuha yang paling afdhal (yaitu tatkala anak-anak unta mulai kepanasan), meskipun boleh sholat dhuha sejak terbit matahari (yakni sempurna terbitnya) sampai waktu tergelincir (yakni sebelum waktu zhuhur).” [Syarah Muslim, 6/30]
وبالله التوفيق، وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم
[…] https://sofyanruray.info/keutamaan-beberapa-sholat-sunnah/ […]
[…] ? Sumber: https://sofyanruray.info/keutamaan-beberapa-sholat-sunnah/ […]
[…] Sumber: https://sofyanruray.info/keutamaan-beberapa-sholat-sunnah/ ══════ ❁✿❁ […]