بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّهُ لَيْسَ شَيْءٌ يُقَرِّبُكُمْ مِنَ الْجَنَّةِ, وَيُبَاعِدُكُمْ مِنَ النَّارِ إِلَّا قَدْ أَمَرْتُكُمْ بِهِ, وَلَيْسَ شَيْءٌ يُقَرِّبُكُمْ مِنَ النَّارِ, وَيُبَاعِدُكُمْ مِنَ الْجَنَّةِ إِلَّا قَدْ نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ, وَأَنَّ الرُّوحَ الْأَمِينَ نَفَثَ فِي رُوعِيَ أَنَّهُ لَنْ تَمُوتَ نَفْسٌ حَتَّى تَسْتَوْفِيَ رِزْقَهَا, فَاتَّقُوا اللهَ وَأَجْمِلُوا فِي الطَّلَبِ, وَلَا يَحْمِلَنَّكُمُ اسْتِبْطَاءُ الرِّزْقِ أَنْ تَطْلُبُوهُ بِمَعَاصِي اللهِ, فَإِنَّهُ لَا يُدْرَكُ مَا عِنْدَ اللهِ إِلَّا بِطَاعَتِهِ
“Sungguh tidak ada satu pun yang mendekatkan kalian ke surga dan menjauhkan kalian dari neraka kecuali aku telah memerintahkannya kepada kalian, dan tidak ada satu pun yang mendekatkan kalian ke neraka dan menjauhkan kalian dari surga kecuali aku telah melarangnya atas kalian. Dan sungguh ar-ruhul amin (Malaikat Jibril yang terpercaya) telah menyampaikan kepadaku bahwa tidak akan mati satu jiwa sampai ia menyempurnakan rezekinya, maka bertakwalah kepada Allah dan perbaguslah dalam mencari rezeki, dan sekali-kali janganlah lambatnya rezeki menjadikan kalian mencarinya dengan bermaksiat kepada Allah, karena sesungguhnya tidak akan diraih apa yang ada di sisi Allah kecuali dengan menaati-Nya.” [HR. Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu, Ash-Shahihah: 2866]
Beberapa Pelajaran:
1) Dalam hadits yang mulia ini Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam menegaskan bahwa beliau telah mengajarkan semua kebaikan dan memperingatkan semua kejelekan, maka Islam adalah agama yang sempurna, mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, baik hubungan dengan Allah maupun hubungan dengan makhluk, dan seluruh aturan Islam demi mengantarkan manusia kepada kebahagiaan di dunia dan lebih utama di akhirat, yaitu selamat dari azab Allah dan masuk surga. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu.” [Al-Maidah: 3]
2) Karena seluruh kebaikan telah diajarkan oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam dan semua kejelekan telah diperingatkan oleh beliau, maka barangsiapa mengada-ada atau menambah-nambah dalam agama;
• Sama saja ia menganggap agama ini belum sempurna sehingga perlu ditambah.
• Sama saja ia menuduh Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam belum menunaikan tugas beliau untuk mengajarkan semua kebaikan karena ternyata masih ada kebaikan lain yang belum beliau ajarkan.
• Sama saja ia menganggap dirinya lebih baik dari Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam, karena ia memiliki amalan kebaikan yang belum pernah diajarkan dan diamalkan oleh beliau.
Oleh karena itu semua bid’ah sesat, walau dianggap baik (hasanah) oleh orang yang melakukannya. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam telah menegaskan,
أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
“Ammaa ba’du, sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitab Allah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad (shallallahu’alaihi wa sallam) dan seburuk-buruk urusan adalah perkara baru (dalam agama) dan semua bid’ah (perkara baru dalam agama) itu sesat.” [HR. Muslim dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu’anhuma]
3) Pentingnya menuntut ilmu agama agar dapat mengetahui dan mengamalkan semua bimbingan Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam. Sungguh sangat aneh, apabila seseorang bersemangat dalam mengamalkan perkara-perkara baru (bid’ah) dalam agama, padahal yang diajarkan Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam masih sangat banyak yang belum ia pelajari dan amalkan. Inilah diantara rahasia besar sabda Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam,
مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ
“Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan baginya, maka Allah akan memahamkannya dengan agama.”[HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Mu’awiyah radhiyallahu’anhu]
Al-Hafiz Ibnu Hajar Al-Asqoloni Asy-Syafi’i rahimahullah berkata,
وَمَفْهُومُ الْحَدِيثِ أَنَّ مَنْ لَمْ يَتَفَقَّهْ فِي الدِّينِ أَيْ يَتَعَلَّمْ قَوَاعِدَ الْإِسْلَامِ وَمَا يَتَّصِلُ بِهَا مِنَ الْفُرُوعِ فَقَدْ حُرِمَ الْخَيْرَ
“Mafhum hadits ini bahwa siapa yang tidak melakukan tafaqquh fid diin (berusaha memahami agama), yaitu tidak mempelajari kaidah-kaidah Islam dan cabang-cabangnya maka sungguh ia telah diharamkan untuk meraih kebaikan.” [Fathul Baari, 1/165]
4) Beriman kepada takdir Allah subhanahu wa ta’ala, bahwa segala sesuatu di alam ini, baik maupun buruk telah ditakdirkan oleh Allah tabaraka wa ta’ala, termasuk ketentuan rezeki, maka tidak perlu takut dan khawatir akan kekurangan rezeki, hendaklah senantiasa bergantung hanya kepada Allah ta’ala, dan Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَمَن يَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسۡبُهُۥٓۚ إِنَّ ٱللَّهَ بَٰلِغُ أَمۡرِهِۦۚ قَدۡ جَعَلَ ٱللَّهُ لِكُلِّ شَيۡءٖ قَدۡرٗا
“Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” [Ath-Thalaq: 3]
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
لَوْ أَنَّكُمْ تَوَكَّلْتُمْ عَلَى اللهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقٌ الطَّيْرَ تَغْدُوْ خِمَاصًا وَتَعُوْدُ بِطَانًا
“Jika kalian bertawakkal kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan sebenarnya, niscaya Dia akan memberi rezeki kepada kalian sebagaimana Dia memberi rezeki kepada burung, ia berangkat di pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali dalam kondisi kenyang.” [HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Umar bin Khaththab radhiyallahu’anhu, Shahih At-Tirmidzi: 1911]
5) Perintah mencari rezeki dengan cara yang halal, dan bahwa ketaatan kepada Allah adalah sebab yang melancarkan rezeki dan perbuatan dosa adalah penghalang rezeki. Allah ta’ala berfirman,
وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجۡعَل لَّهُۥ مَخۡرَجٗا وَيَرۡزُقۡهُ مِنۡ حَيۡثُ لَا يَحۡتَسِبُۚ
“Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” [Ath-Thalaaq: 2-3]
Allah subhanahu wa ta’ala juga berfirman,
وَلَوۡ أَنَّ أَهۡلَ ٱلۡقُرَىٰٓ ءَامَنُواْ وَٱتَّقَوۡاْ لَفَتَحۡنَا عَلَيۡهِم بَرَكَٰتٖ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلۡأَرۡضِ وَلَٰكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذۡنَٰهُم بِمَا كَانُواْ يَكۡسِبُونَ
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” [Al-A’raaf: 96]
Allah subhanahu wa ta’ala juga berfirman,
ظَهَرَ ٱلۡفَسَادُ فِي ٱلۡبَرِّ وَٱلۡبَحۡرِ بِمَا كَسَبَتۡ أَيۡدِي ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعۡضَ ٱلَّذِي عَمِلُواْ لَعَلَّهُمۡ يَرۡجِعُونَ
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” [Ar-Ruum: 41]
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
لَا يَزِيدُ فِي الْعُمْرِ إِلَّا الْبِرُّ، وَلَا يَرُدُّ الْقَدَرَ إِلَّا الدُّعَاءُ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيُحْرَمُ الرِّزْقَ بِالذَّنْبِ يُصِيبُهُ
“Tidak ada yang menambah umur kecuali kebajikan, tidak ada yang menolak takdir kecuali doa, dan sungguh seseorang benar-benar dihalangi untuk mendapat rezeki karena dosa yang ia kerjakan.” [HR. Ibnu Majah dari Tsauban radhiyallahu’anhu, lihat Ash-Shahihah: 154]