بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Allah tabaroka wa ta’ala berfirman,
وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَى يَدَيْهِ يَقُولُ يَا لَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلًا يَا وَيْلَتَى لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيلًا لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءَنِي وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِلْإِنْسَانِ خَذُولًا
“Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata: ‘Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul. Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan sebagai teman karibku. Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al-Qur’an ketika Al-Qur’an itu telah datang kepadaku’. Dan setan itu adalah penipu manusia.” [Al-Furqon: 28-29]
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
مَثَلُ الجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالجَلِيسِ السَّوْءِ، كَمَثَلِ صَاحِبِ المِسْكِ وَكِيرِ الحَدَّادِ، لاَ يَعْدَمُكَ مِنْ صَاحِبِ المِسْكِ إِمَّا تَشْتَرِيهِ، أَوْ تَجِدُ رِيحَهُ، وَكِيرُ الحَدَّادِ يُحْرِقُ بَدَنَكَ، أَوْ ثَوْبَكَ، أَوْ تَجِدُ مِنْهُ رِيحًا خَبِيثَةً
“Perumpamaan teman duduk yang baik dan yang jelek, seperti berteman dengan penjual minyak wangi dan pandai besi; tidak akan luput untukmu dari penjual minyak wangi, apakah engkau membeli minyak wangi tersebut atau engkau mencium harumnya, adapun berteman dengan pandai besi dapat membakar badanmu, atau pakaianmu, atau engkau mencium darinya aroma yang buruk.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Musa radhiyallahu’anhu]
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam juga bersabda,
الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ، فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلْ
“Seseorang itu tergantung agama teman dekatnya, maka hendaklah setiap kalian memperhatikan siapa yang akan ia jadikan teman dekatnya.” [HR. Ahmad, Abu Daud dan At-Tirmidzi dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Ash-Shahihah: 927]
Asy-Syaikh Al-‘Allamah Ibnul ‘Utsaimin rahimahullah berkata,
يعني أن الإنسان يكون في الدين، وكذلك في الخلق على حسب من يصاحبه، فلينظر أحدكم من يصاحب، فإن صاحب أهل الخير؛ صار منهم، وإن صاحب سواهم؛ صار مثلهم. فالحاصل أن هذه الأحاديث وأمثالها كلها تدل على أنه ينبغي للإنسان أن يصطحب الأخيار، وأن يزورهم ويزوروه لما في ذلك من الخير، والله الموفق
“Makna hadits ini, bahwa akan seperti apa agama dan akhlak seseorang, tergantung dengan siapa ia berteman, maka hendaklah setiap kalian memperhatikan dengan siapa ia berteman, jika ia berteman dengan orang yang baik maka ia akan menjadi baik, jika ia berteman dengan orang yang jelek maka ia akan menjadi jelek. Alhasil, hadits-hadits ini dan yang semisalnya, semua menunjukkan bahwa sepatutnya bagi seseorang untuk berteman dengan orang-orang yang baik, mengunjungi mereka dan mereka pun mengunjunginya, karena dalam hal itu ada kebaikan, dan Allah-lah yang memberikan taufiq.” [Syarhu Riyadhis Shalihin, 3/246]
Berteman dan bergaul dengan orang-orang shalih lebih dibutuhkan lagi ketika seseorang baru taubat atau ingin bertaubat, hendaklah ia meninggalkan lingkungan pergaulan dan teman-temannya yang biasa bermaksiat bersamanya, kemudian bergaul dengan orang-orang shalih; menuntut ilmu dan beribadah bersama mereka.
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam menceritakan tentang nasihat ulama kepada Pembunuh 100 nyawa yang mau bertaubat,
انْطَلِقْ إِلَى أَرْضِ كَذَا وَكَذَا فَإِنَّ فِيهَا أُنَاسًا يَعْبُدُونَ اللَّهَ فَاعْبُدِ اللَّهَ مَعَهُمْ ولاترجع إِلَى أَرْضكِ فَإِنَّهَا أَرْضُ سُوءٍ
“Pergilah ke kampung ini dan itu, karena padanya ada orang-orang yang beribadah kepada Allah maka beribadahlah kepada Allah bersama mereka.
Dan janganlah engkau kembali ke kampungmu, karena itu adalah kampung yang buruk (dihuni oleh orang-orang yang buruk).” [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu’anhu]
Al-Imam An-Nawawi rahimahullah berkata,
قَالَ الْعُلَمَاءُ فِي هَذَا اسْتِحْبَابُ مُفَارَقَةِ التَّائِبِ الْمَوَاضِعَ الَّتِي أَصَابَ بِهَا الذُّنُوبَ وَالْأَخْدَانَ الْمُسَاعِدِينَ لَهُ عَلَى ذَلِكَ وَمُقَاطَعَتِهِمْ مَا دَامُوا عَلَى حَالِهِمْ وَأَنْ يَسْتَبْدِلَ بِهِمْ صُحْبَةَ أَهْلِ الْخَيْرِ وَالصَّلَاحِ وَالْعُلَمَاءِ وَالْمُتَعَبِّدِينَ الْوَرِعِينَ وَمَنْ يَقْتَدِي بِهِمْ وَيَنْتَفِعُ بِصُحْبَتِهِمْ وَتَتَأَكَّدُ بِذَلِكَ تَوْبَتُهُ
“Ulama berkata, dalam hadits ini terdapat pelajaran:
– Anjuran bagi orang yang bertaubat untuk meninggalkan tempat-tempat yang padanya ia melakukan dosa.
– Berpisah dengan teman-teman yang selalu mendorongnya untuk berbuat dosa dan memutus hubungan dengan mereka apabila mereka terus bermaksiat.
– Mengganti persahabatannya dengan orang-orang yang baik, shalih, para ulama, ahli ibadah yang menjaga diri dari maksiat, dan orang-orang yang dapat ia jadikan teladan serta mengambil manfaat dari pertemanan dengan mereka. Maka dengan itu dapat menguatkan taubatnya.” [Syarhu Muslim, 17/83]
Dalam hadits ini juga ada pelajaran yang sangat bernilai, bahwa untuk taat kepada Allah ta’ala dan menjauhi maksiat, demi meraih kenikmatan hakiki dan selamat dari azab, haruslah dengan PENGORBANAN dan PERJUANGAN.
Tidak diragukan lagi, diantara bentuk pengorbanan dan perjuangan adalah berhijrah; meninggalkan teman-teman karib yang masih suka berbuat dosa, yaitu tidak lagi berteman dekat dengan mereka.
Dalam hal ini, Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam dan para sahabat radhiyallahu’anhum adalah sebaik-baiknya teladan, ketika mereka rela berkorban dan berjuang meninggalkan kota Makkah yang ketika itu dikuasai oleh orang-orang kafir, menuju Madinah yang tidak lebih mulia dari Makkah, semua itu dalam rangka taat kepada Allah ta’ala; beribadah hanya kepada-Nya dan selamat dari kesyirikan, kebid’ahan dan kemaksiatan.
Maka diantara sebab terbesar yang membantu seorang hamba untuk bertaubat, mempertahankan dan menguatkan taubatnya adalah berteman dengan orang-orang yang baik dan menjauhi teman-teman yang jelek atau lingkungan pergaulan yang buruk, karena hati manusia itu lemah, cepat atau lambat, sedikit atau banyak, dapat terpengaruh oleh lingkungan pergaulannya.
Termasuk pertemanan dengan orang-orang yang jelek di media-media sosial hendaklah diwaspadai, jangan ragu untuk menasihati dan bila perlu memblokir teman-teman di media sosial yang dapat menjerumuskan Anda dalam dosa.
Karena teman yang jelek melakukan tugas setan, yang selalu mengajak untuk melakukan dosa, baik mengajak dengan ucapannya maupun perbuatannya.
Berapa banyak sudah orang baik yang terjerumus dalam dosa karena berteman dengan orang-orang yang suka berbuat dosa, apakah dosa syirik, bid’ah maupun maksiat.
Maka kewajiban orang tua terhadap anak atau suami terhadap istri untuk memperhatikan dengan siapa anak dan istri mereka berteman.
Bahkan tidak jarang, anak baik masuk pesantren bukan menjadi lebih baik malah rusak parah karena berteman dengan anak-anak nakal yang ‘dibuang’ orang tuanya ke pesantren, terlebih lagi ketika si anak kehilangan kontrol orang tuanya, sedang para pengasuh di pondok tidak sanggup mengontrol anak-anak dengan baik, karena mungkin jumlah santri terlalu banyak.
Padahal di masa-masa seorang anak masih labil dan belum dewasa, peran orang tua sangat penting untuk memberikan pendidikan emosional, menunjukkan kasih sayang dan memperhatikan dengan siapa anak-anak mereka berteman, dan terus mengawasi apa dampak dari pertemanan tersebut.
Juga termasuk teman yang terjelek di masa ini yang perlu dijauhi dan diwaspadai adalah SMARTPHONE dan TELEVISI yang menayangkan siaran-siaran perusak iman dan takwa.
Dan termasuk lingkungan pergaulan yang sangat jelek adalah lingkungan kerja atau sekolah yang bercampur antara laki-laki dan wanita, inilah diantara sebab terbesar terjadinya maksiat pacaran, perzinahan, perselingkuhan, pertengkaran suami istri, hingga retaknya rumah tangga.
BERTEMANLAH DENGAN SAUDARAMU YANG SEJATI
Al-Imam Maimun bin Mihran rahimahullah berkata,
وجدت صلاح قلبي في مجالسة العلماء
“Aku dapati kebaikan hatiku dalam bermajelis bersama para ulama.” [Jaami’ Bayaanil ‘Ilmi wa Fadlih, 1/221]
Asy-Syaikh Ibnu Baz rahimahullah berkata,
أخوك من نصحك وذكرك ونبهك، وليس أخوك من غفل عنك وأعرض عنك وجاملك، ولكن أخاك في الحقيقة هو الذي ينصحك والذي يعظك ويذكرك، يدعوك إلى الله
“Saudaramu adalah yang menasihatimu, mengingatkanmu serta menegurmu, dan bukanlah saudaramu yang tidak memperhatikanmu, berpaling darimu serta menjilatmu, akan tetapi saudaramu yang hakiki adalah yang selalu menasihatimu, memberi wejangan kepadamu, mengingatkanmu serta mengajakmu kepada Allah.” [Al-Fatawa, 14/21]
Al-‘Allamah Ibnul ‘Utsaimin rahimahullah berkata,
احرص على أن تصحب أناس أهل خير يرشدونك إذاغويت ويهدونك اذا ضللت ويذكرونك اذا نسيت ويعلمونك اذاجهلت
“Bersemangatlah dalam berteman dengan orang-orang baik yang senantiasa membimbingmu apabila kamu menyimpang, memberi petunjuk kepadamu apabila kamu tersesat, mengingatkanmu apabila kamu lupa, dan mengajarkanmu apabila kamu belum tahu.” [Syarhul Bukhari, 1/62]
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم
GABUNG TELEGRAM DAN GROUP WA TA’AWUN DAKWAH & BIMBINGAN ISLAM
Channel Telegram:
taawundakwah
kajian_assunnah
kitab_tauhid
videokitabtauhid
kaidahtauhid
akhlak_muslim
Gabung WAG Ketik: Daftar
Kirim ke 628111833375
Atau 628111377787
Medsos dan Website:
Facebook
Instagram
Website
#Yuk_share agar menjadi amalan yang terus mengalir insya Allah. Rasulullah shallallaahu’alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ
“Barangsiapa menunjukkan satu kebaikan maka ia akan mendapatkan pahala seperti orang yang mengamalkannya.” [HR. Muslim dari Abu Mas’ud Al-Anshori radhiyallaahu’anhu]