بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Tidak seorang pun yang mampu menjalankan perintah Allah ta’ala dan menjauhi larangan-Nya tanpa pertolongan-Nya, karena makhluk itu lemah, jika Allah ta’ala tidak menolongnya maka ia tidak akan mampu beribadah kepada-Nya.
Inilah diantara rahasia besar, mengapa kita selalu membaca “iyyaaka na’budu”, lalu disusul dengan “wa iyyaaka nasta’in”, sebagaimana firman Allah ‘azza wa jalla,
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
“Hanya kepada-Mu kami beribadah dan hanya kepada-Mu kami mohon pertolongan.” [Al-Fatihah: 4]
Al-‘Allamah Al-Mufassir As-Sa’di rahimahullah berkata,
وذكر { الاستعانة } بعد { العبادة } مع دخولها فيها، لاحتياج العبد في جميع عباداته إلى الاستعانة بالله تعالى. فإنه إن لم يعنه الله، لم يحصل له ما يريده من فعل الأوامر، واجتناب النواهي
“Dan disebutkan isti’anah (mohon pertolongan) setelah ibadah, padahal isti’anah juga ibadah, sebab seorang hamba membutuhkan pertolongan Allah ta’ala dalam seluruh ibadahnya, karena jika Allah ta’ala tidak menolongnya maka ia tidak akan berhasil dalam mengamalkan ibadah yang ia inginkan, apakah menjalankan perintah atau menjauhi larangan.” [Tafsir As-Sa’di, hal. 39]
KETAATAN ADALAH ANUGERAH DAN RAHMAT ALLAH ‘AZZA WA JALLA
Allah ‘azza wa jalla berfirman,
وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ مَا زَكَى مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ أَبَدًا
“Sekiranya tidaklah karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorang pun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya.” [An-Nur: 21]
Al-‘Allamah Al-Mufassir As-Sa’di rahimahullah berkata,
أي: ما تطهر من اتباع خطوات الشيطان، لأن الشيطان يسعى، هو وجنده، في الدعوة إليها وتحسينها، والنفس ميالة إلى السوء أمارة به، والنقص مستول على العبد من جميع جهاته، والإيمان غير قوي، فلو خلي وهذه الدواعي، ما زكى أحد بالتطهر من الذنوب والسيئات والنماء بفعل الحسنات، فإن الزكاء يتضمن الطهارة والنماء، ولكن فضله ورحمته أوجبا أن يتزكى منكم من تزكى. وكان من دعاء النبي صلى الله عليه وسلم: اللهم آت نفسي تقواها، وزكها أنت خير من زكاها، أنت وليها ومولاها
“Maknanya: Tidak ada yang bisa selamat dari mengikuti langkah-langkah setan (tanpa pertolongan Allah ta’ala), karena:
– Setan dan bala tentaranya terus berusaha sekuat tenaga untuk mengajak ke jalannya dan menipu manusia.
– Hawa nafsu yang condong dan selalu memerintahkan kepada kejelekan.
– Kekurangan yang mendominasi seorang hamba dari semua sisi.
– Iman tidak kuat.
Maka apabila ia dibiarkan bersama semua faktor pendorong kepada maksiat ini, niscaya tidak seorang pun dapat mensucikan diri dari dosa-dosa dan kesalahan, serta bertambah kebaikan dengan melakukan ketaatan (karena makna bersih (الزكاء) yang disebutkan dalam ayat ini mencakup dua perkara; mensucikan diri dari dosa, dan bertambah kebaikan dengan ketaatan).
Akan tetapi keutamaan Allah dan rahmat-Nya mengharuskan ada di antara kalian yang dapat menyucikan diri dari dosa dan melakukan ketaatan.
Dan diantara doa Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam,
اللهُمَّ آتِ نَفْسِي تَقْوَاهَا، وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا، أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا
‘Allaahumma aati nafsi taqwaaha, wazakkihaa, Anta khairu man zakkaahaa, Anta Waliyyuha wa Maulaaha’.
‘Ya Allah anugerahkanlah ketakwaan kepada jiwaku, dan bersihkanlah jiwaku, Engkau-lah sebaik-baik yang membersihkannya, Engkau-lah Penolong dan Penguasa jiwaku’.” (HR. Muslim dari Zaid bin Arqom radhiyallahu’anhu) [Tafsir As-Sa’di, hal. 563]
DAHSYATNYA TEKAD SETAN UNTUK MENYESATKAN MANUSIA
Allah ‘azza wa jalla berfirman,
قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ ثُمَّ لَآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ
“Iblis menjawab: Karena Engkau telah menghukum aku tersesat, aku benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian aku akan mendatangi mereka dari depan dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).” [Al-A’rof: 16-17]
Sahabat yang Mulia Ibnu ‘Abbas radhiyallahu’anhuma berkata,
{ثُمَّ لآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ} أُشَكِّكُهُمْ فِي آخِرَتِهِمْ، {وَمِنْ خَلْفِهِمْ} أُرَغِّبُهُمْ فِي دُنْيَاهُمْ {وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ} أشبَه عَلَيْهِمْ أَمْرَ دِينِهِمْ {وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ} أُشَهِّي لَهُمُ الْمَعَاصِي
“Makna ucapan setan: ‘Kemudian aku akan mendatangi mereka dari depan mereka’, adalah ‘Aku akan membuat mereka ragu dengan akhirat’.
Makna: ‘Dan dari belakang mereka’, adalah ‘Aku akan membuat mereka cinta dunia’.
Makna: ‘Dan dari kanan mereka’, adalah ‘Aku buat samar (syubhat) dalam perkara agama mereka’.
Makna: ‘Dan dari kiri mereka’, adalah ‘Aku buat mereka senang bermaksiat’.” [Tafsir Ibnu Katsir, 3/394]
Al-Imam Qotadah rahimahullah berkata,
أتاك الشيطان يا ابن آدم من كل وجه غير أنه لم يأتك من فوقك. لم يستطع أن يحول بينك وبين رحمة الله
“Wahai anak Adam, setan mendatangimu dari segenap penjuru, akan tetapi ia tak mampu mendatangimu dari arah atasmu, karena ia tak mampu menghalangi antara dirimu dan rahmat Allah (maka berdoalah kepada Allah ta’ala).” [Ighatsatul Lahfan, 1/103]
TIDAK ADA JALAN SELAMAT KECUALI MEMOHON PERLINDUNGAN KEPADA ALLAH TA’ALA
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَرَاوَدَتْهُ الَّتِي هُوَ فِي بَيْتِهَا عَنْ نَفْسِهِ وَغَلَّقَتِ الْأَبْوَابَ وَقَالَتْ هَيْتَ لَكَ قَالَ مَعَاذَ اللَّهِ
“Dan wanita (istri Raja) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya), dan wanita itu telah menutup pintu-pintu, seraya berkata: ‘Marilah ke sini’. Yusuf berkata: ‘Aku berlindung kepada Allah’.” [Yusuf: 23]
Allah subhanahu wa ta’ala juga berfirman,
وَإِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ إِنَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
“Dan jika setan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” [Al-A’rof: 200]
Al-‘Allamah Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata,
فلا نجاة من مصائده ومكائده إلا بدوام الاستعانة بالله تعالى، والتعريض لأسباب مرضاته، والتجاء القلب إليه، وإقباله عليه فى حركاته وسكناته، والتحقق بذل العبودية الذى هو أولى ما تلبس به الإنسان ليحصل له الدخول فى ضمان {إِنّ عِبَادِي لَيْسَ لَكَ عَلَيْهِمْ سُلْطَانٌ}
“Maka tidak ada jalan selamat dari perangkap dan tipu daya setan kecuali dengan:
– Terus menerus meminta pertolongan kepada Allah ta’ala.
– Berusaha menempuh sebab-sebab untuk meraih keridhoaan-Nya.
– Bersandar hati hanya kepada-Nya.
– Selalu tunduk kepada-Nya dalam segala kondisi.
– Merendahkan diri untuk menghamba hanya kepada-Nya, yang merupakan sebaik-baik cara manusia untuk masuk dalam jaminan penjagaan Allah dari setan, sebagaimana firman Allah ta’ala,
إِنّ عِبَادِي لَيْسَ لَكَ عَلَيْهِمْ سُلْطَانٌ
‘Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tidak ada kekuasaan bagimu atas mereka (wahai setan)’.” (Al-Hijr: 42) [Ighatsatul Lahfan, 1/5]
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم
GABUNG TELEGRAM DAN GROUP WA TA’AWUN DAKWAH & BIMBINGAN ISLAM
Channel Telegram:
taawundakwah
kajian_assunnah
kitab_tauhid
videokitabtauhid
kaidahtauhid
akhlak_muslim
Gabung WAG Ketik: Daftar
Kirim ke 628111833375
Atau 628111377787
Medsos dan Website:
Facebook
Instagram
Website
#Yuk_share agar menjadi amalan yang terus mengalir insya Allah. Rasulullah shallallaahu’alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ
“Barangsiapa menunjukkan satu kebaikan maka ia akan mendapatkan pahala seperti orang yang mengamalkannya.” [HR. Muslim dari Abu Mas’ud Al-Anshori radhiyallaahu’anhu]