Jangan Remehkan Doa dalam Pemilihan Pemimpin (Nasihat Menjelang Pilpres)

2
2902

[بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ]

Berdoa kepada Allah Ta'ala

Doa bagi seorang mukmin adalah senjata, baik ia mampu berusaha di samping berdoa maupun saat ia tidak mampu berusaha, apakah karena keterbatasannya secara qodari maupun secara syar’i. Terutama dalam keadaan-keadaan genting, dalam kondisi terdesak, saat tidak ada lagi daya dan upaya kecuali pertolongan Allah ta’ala,

أَمَّنْ يُجِيبُ الْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوءَ وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَاءَ الأرْضِ أَإِلَهٌ مَعَ اللَّهِ قَلِيلا مَا تَذَكَّرُونَ

“Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi!? Apakah di samping Allah ada sesembahan (yang lain yang berhak)!? Amat sedikitlah kamu mengingati (Nya).” [An-Naml: 62]

Dan diantara doa Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam,

اللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَا يَحُولُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعَاصِيكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَا بِهِ جَنَّتَكَ وَمِنَ الْيَقِينِ مَا تُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مُصِيبَاتِ الدُّنْيَا وَمَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ ظَلَمَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى مَنْ عَادَانَا وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيبَتَنَا فِى دِينِنَا وَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا

“Ya Allah, anugerahkanlah kepada kepada kami rasa takut kepada-Mu yang menghalangi kami dari bermaksiat kepada-Mu, dan ketaatan kepada-Mu yang mengantarkan kami kepada surga-Mu, dan keyakinan yang meringankan musibah-musibah dunia. Berilah kenikmatan kepada kami dengan pendengaran kami, penglihatan kami dan kekuatan kami selama Engkau menghidupkan kami, dan jadikanlah itu sebagai warisan dari kami. Dan jadikanlah pembalasan atas orang yang menzhalimi kami, dan tolonglah kami atas orang-orang yang memusuhi kami. Dan janganlah Engkau jadikan musibah kami pada agama kami. Dan jangan Engkau jadikan dunia sebagai impian terbesar kami, serta pengetahuan kami yang tertinggi, dan janganlah Engkau kuasakan atas kami orang-orang yang tidak menyayangi kami.” [HR. At-Tirmidzi dari Ibnu Umar radhiyallahu’anhuma, Shahih At-Tirmidzi: 2783]

Perhatikanlah bagian akhir doa ini,

وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا

“…dan janganlah Engkau kuasakan atas kami orang-orang yang tidak menyayangi kami.”

Al-Mubarakfuri rahimahullah berkata,

أَيْ لَا تَجْعَلْنَا مَغْلُوبِينَ لِلْكُفَّارِ وَالظَّلَمَةِ أَوْ لَا تَجْعَلْ الظَّالِمِينَ عَلَيْنَا حَاكِمِينَ فَإِنَّ الظَّالِمَ لَا يَرْحَمُ الرَّعِيَّةَ

“Maknanya adalah, janganlah Engkau jadikan kami takluk terhadap orang-orang kafir dan zalim, atau janganlah Engkau jadikan orang-orang zalim sebagai penguasa atas kami, karena sesungguhnya orang yang zalim tidak akan menyayangi rakyat.” [Tuhfatul Ahwadzi, 8/401]

Dan usaha seorang mukmin untuk mendapatkan pemimpin yang baik bukanlah berarti ia harus terjun dalam politik demokrasi yang ia yakini sebagai sesuatu yang menyimpang, bahkan usahanya yang terbaik adalah memperbaiki dirinya dengan menuntut ilmu, mengamalkannya dan menyebarkannya di tengah-tengah umat. Inilah perbaikan negeri menurut seluruh para nabi dan rasul ‘alaihimussalaam. Karena dengan itu ia akan meraih pertolongan Allah ta’ala (baca: https://sofyanruray.info/cara-ahlus-sunnah-menghadapi-kekuatan-kekuatan-politik-anti-islam/).

Dan beribadah kepada Allah ta’ala, takwa kepada-Nya, serta senantiasa memohon pertolongan-Nya adalah sebaik-baik usaha seorang mukmin untuk meraih kehidupan yang lebih baik. Allah ta’ala berfirman,

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا

“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar, dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” [Ath-Tholaq: 2-3]

Ingatlah ketika Nabiyullah Yunus ‘alaihissalaam sudah tidak mampu berbuat apa-apa lagi di dalam perut ikan, beliau pun tetap beribadah, berdzikir dan berdoa, maka Allah ta’ala pun menyelamatkan beliau,

فَلَوْلَا أَنَّهُ كَانَ مِنَ الْمُسَبِّحِينَ لَلَبِثَ فِي بَطْنِهِ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُون

“Maka kalau sekiranya dia (Yunus) tidak termasuk orang-orang yang banyak (bertasbih) mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit.” [Ash-Shaffaat: 143-144]

Asy-Syaikh Al-‘Allamah Al-Mufassir As-Sa’di rahimahullah berkata,

{ فَلَوْلا أَنَّهُ كَانَ مِنَ الْمُسَبِّحِينَ } أي: في وقته السابق بكثرة عبادته لربه، وتسبيحه، وتحميده، وفي بطن الحوت حيث قال: { لا إِلَهَ إِلا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ }

{ لَلَبِثَ فِي بَطْنِهِ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ } أي: لكانت مقبرته، ولكن بسبب تسبيحه وعبادته للّه، نجاه اللّه تعالى، وكذلك ينجي اللّه المؤمنين، عند وقوعهم في الشدائد.

“Firman Allah ta’ala: “Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak (bertasbih) mengingat Allah” maknanya adalah, Allah menyelamatkan beliau karena amalan beliau di masa sebelumnya, yaitu banyaknya ibadah beliau kepada Rabbnya, tasbihnya, tahmidnya, demikian pula ketika di perut ikan beliau membaca,

لا إِلَهَ إِلا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ

“Laa ilaaha illa Anta, subhaanaka inni kuntu minazzhoolimiin”

“Tidak ada yang berhak disembah selain Engkau ya Allah, dan sungguh aku termasuk orang-orang yang zalim.”

Dan firman Allah ta’ala: “Niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit” maknanya adalah perut ikan itu akan menjadi kuburan beliau, akan tetapi disebabkan karena tasbihnya dan ibadahnya kepada Allah, maka Allah ta’ala menyelamatkan beliau, demikianlah Allah menyelamatkan kaum mukminin tatkala mereka berada dalam keadaan-keadaan genting.” [Taysirul Kariimir Rahman fi Tafsiri Kalaamil Mannan, hal. 707]

Sebagaimana, andaikan Allah ta’ala menguasakan atas kita pemimpin yang zalim sekali pun maka solusi terbaiknya adalah sabar, doa dan tetap bertakwa kepada Allah ta’ala, tidak dibenarkan menempuh jalan-jalan yang keliru. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ رَأَى مِنْ أَمِيرِهِ شَيْئًا يَكْرَهُهُ فَلْيَصْبِرْ فَإِنَّهُ مَنْ فَارَقَ الْجَمَاعَةَ شِبْرًا فَمَاتَ فَمِيتَةٌ جَاهِلِيَّةٌ

“Barangsiapa yang melihat suatu (kemungkaran) yang ia benci pada pemimpinnya, maka hendaklah ia bersabar, karena sesungguhnya barangsiapa yang memisahkan diri dari jama’ah (pemerintah) sejengkal saja kemudian ia mati, maka matinya adalah mati jahiliyah.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu’anhuma]

Beliau shallallahu’alaihi wa sallam juga bersabda,

إِنَّكُمْ سَتَرَوْنَ بَعْدِي أَثَرَةً وَأُمُورًا تُنْكِرُونَهَا قَالُوا فَمَا تَأْمُرُنَا يَا رَسُولَ اللهِ قَالَ أَدُّوا إِلَيْهِمْ حَقَّهُمْ وَسَلُوا اللَّهَ حَقَّكُمْ

“Sesungguhnya kalian akan melihat (pada pemimpin kalian) kecurangan dan hal-hal yang kalian ingkari (kemungkaran)”. Mereka bertanya, “Apa yang engkau perintahkan kepada kami wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Tunaikan hak mereka (pemimpin) dan mintalah kepada Allah hak kalian (berdoa).” [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu]

Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata,

“Demi Allah, andaikan manusia bersabar dengan musibah berupa kezaliman penguasa, maka tidak lama Allah ta’ala akan menghilangkan kezaliman tersebut dari mereka, namun apabila mereka mengangkat senjata melawan penguasa yang zalim, maka mereka akan dibiarkan oleh Allah. Dan demi Allah, hal itu tidak akan mendatangkan kebaikan kapan pun. Kemudian beliau membaca firman Allah ta’ala,

وَتَمَّتْ كَلِمَتُ رَبِّكَ الْحُسْنَى عَلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ بِمَا صَبَرُوا وَدَمَّرْنَا مَا كَانَ يَصْنَعُ فِرْعَوْنُ وَقَوْمُهُ وَمَا كَانُوا يَعْرِشُونَ

“Maka sempurnalah kalimat Rabbmu yang maha baik kepada Bani Israil disebabkan kesabaran mereka dan Kami musnahkan apa yang diperbuat oleh Fir’aun dan kaumnya dan apa yang mereka bina.” (Al-A’rof: 137).” [Lihat Madarikun Nazhor, hal. 6]

Al-Hasan Al-Basri rahimahullah juga berkata,

إن الحجاج عذاب الله فلا تدفعوا عذاب الله بأيديكم ولكن عليكم بالاستكانة والتضرع فإن الله تعالى يقول ولقد أخذناهم بالعذاب فما استكانوا لربهم وما يتضرعون

“Sesungguhnya Al-Hajjaj (penguaza zalim) adalah azab Allah, maka janganlah kalian menolak azab Allah dengan tangan-tangan kalian, akan tetapi hendaklah kalian merendahkan diri karena takut kepada-Nya dan tunduk berdoa, karena Allah ta’ala berfirman,

وَلَقَدْ أَخَذْنَاهُمْ بِالْعَذَابِ فَمَا اسْتَكَانُوا لِرَبِّهِمْ وَمَا يَتَضَرَّعُونَ

“Dan sungguh Kami telah timpakan kepada mereka azab, namun mereka tidak takut kepada Rabb mereka dan tidak pula berdoa.” (Al-Mu’minun: 76).” [Lihat Minhaajus Sunnah, 4/315]

Thalq bin Habib rahimahullah berkata,

اتقوا الفتنة بالتقوى فقيل له أجمل لنا التقوى فقال أن تعمل بطاعة الله على نور من الله ترجو رحمة الله وأن تترك معصية الله على نور من الله تخاف عذاب الله رواه أحمد وابن أبي الدنيا

“Hadapilah ‘fitnah’ dengan ketakwaan.” Maka dikatakan kepada beliau: “Jelaskan kepada kami secara global apa itu taqwa?” Beliau berkata: “Takwa adalah engkau mengamalkan ketaatan kepada Allah berdasarkan cahaya (ilmu) dari Allah dalam keadaan engkau mengharap rahmat Allah, dan engkau tinggalkan kemaksiatan kepada Allah berdasarkan cahaya (ilmu) dari Allah dalam keadaan engkau takut azab Allah.” (Diriwayatkan Imam Ahmad dan Ibnu Abid Dunya).” [Lihat Minhaajus Sunnah, 4/315]

Maka jangan remehkan doa wahai saudaraku…!

Terutama di bulan Ramadhan 1435 H ini, saat negeri kita akan berganti pemimpin, manfaatkanlah momen puasa untuk memperbanyak amal shalih dan berdoa. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

ثَلاَثَةٌ لاَ تُرَدُّ دَعْوَتُهُمْ ، الإِمَامُ الْعَادِلُ ، وَالصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ ، وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ

“Ada tiga orang yang doanya tidak akan ditolak: Pemimpin yang adil, orang yang berpuasa sampai dia berbuka, dan doanya orang yang dizalimi.” [HR. Ahmad, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, dishahihkan oleh Syu’aib Al-Arnauth]

Dan Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah orang-orang yang penyayang, maka doakanlah kebaikan bagi seluruh saudaramu kaum muslimin (baca: https://sofyanruray.info/ahlus-sunnah-yang-penyayang-catatan-kecil-menjelang-pemilihan-presiden-indonesia-2014/)

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم

FansPage Website: Sofyan Chalid bin Idham Ruray [www.fb.com/sofyanruray.info]

2 KOMENTAR

  1. disini saya menemukan jawaban yg bikin saya bingung selama ini.
    yaitu : ” Sebagaimana, andaikan Allah ta’ala
    menguasakan atas kita pemimpin yang
    zalim sekali pun maka solusi terbaiknya
    adalah sabar, doa dan tetap bertakwa
    kepada Allah ta’ala, tidak dibenarkan
    menempuh jalan-jalan yang
    keliru. ”

    tapi sayang pertanyaan saya di halaman sebelumnya tidak di respon.
    jazzakallohu khair ustadz.

  2. Assalamualaikum ustadz, semoga Alloh senantiasa meridhoi ustadz.
    Afwan ustadz, saya dapat artikel ini, Krn Googling atas doa yg dalam kitab kecil yg ana dapat waktu haji, kita doa menyeluruh karya Syaikh Abdul Malik Kasim, hal. 42. Yg sayangnya, dlm buku itu, tertulis dalam Arab gundul. Dan sayangnya juga di tulisan ustadz juga tertulis dalam Arab Gundul (Krn keterbatasan pengetahuan ana dlm membaca tulisan Arab gundul)
    Ana coba lacak di aplikasi hadits, utk shahih Tirmidzi no. 2783, ternyata berkaitan dgn amalan yg kontinu, bukan dgn doa diatas.
    Mohon penjelasannya ustadz.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini